Nilai Kepadatan, Kepadatan Relatif, dan Frekuensi Kehadiran Makrozoobentos

22 Genus makrozoobentos yang hanya terdapat pada stasiun 2 pada Paludestrina. Hai ini disebabkan kondisi lingkungan perairan yang sesuai untuk pertumbuhan genus Paludestrina. Hal ini disebabkan faktor kimia yang cukup baik untuk kehidupan genus ini. Menurut Hutchinson 1993, genus Paludestrina dapat bertahan hidup pada kisaran pH air 7-8. Hal ini sesuai dengan faktor fisik kimia perairan yang didapatkan pada stasiun ini yaitu pH 7,1 seperti terlihat pada Tabel 5. Menurut Barus 1996, nilai pH air yang ideal bagi kehidupan organisme akuatik pada umumnya terdapat antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan yang sangat asam akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi. Genus makrozoobentos yang hanya dijumpai di stasiun 4 yaitu Viviparus. Hal ini disebabkan pada stasiun ini memiliki nilai oksigen terlarut DO paling tinggi dibandingkan stasiun lain yang menyebabkan banyak makrozoobentos dapat hidup. Oksigen terlarut dalam air sangat dibutuhkan oleh makrozoobentos maupun biota perairan lainnya untuk kelestarian jenis makrozoobentos. Oksigen terlarut dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi pertumbuhan dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan organik dan anorganik dalam proses aerobik. Sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal dari suatu proses difusi udara bebas dan hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut Salmin 2000.

4.1.2. Nilai Kepadatan, Kepadatan Relatif, dan Frekuensi Kehadiran Makrozoobentos

Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat Kepadatan, Kepadatan Relatif dan Frekuensi kehadiran tertinggi terdapat pada genus Goniobasis sebesar 45,37 indm² K, 14,23 KR, dan 88,88 FK. Hal ini disebabkan karena stasiun1 memiliki nilai kadar organik substrat 2,272, seperti terlihat pada Tabel 5 yang paling tinggi yang merupakan faktor utama untuk pertumbuhan makrozoobentos seperti ketersediaan nutrisi pada perairan tersebut. Umumnya jumlah Goniobasis sp. akan melimpah pada tempat yang dangkal serta pada perairan dengan pH air = 6, akan tetapi genus Goniobasis juga memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi terhadap 21 Tabel 2. Nilai Kepadatan indm², Kepadatan Relatif , dan Frekuensi Kehadiran , pada Setiap Stasiun Penelitian No. Genus Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 4 K KR FK K KR FK K KR FK K KR FK 1. Sphaerium 24,69 6,82 88,88 27,16 10,02 66,66 21,60 15,83 88,88 - - - 2. Macrobrachium 16,05 3,11 33,33 6,17 1,73 22,22 6,17 2,52 22,22 - - - 3. Palaemonetes 18,52 3,59 33,33 17,28 4,81 33,33 11,11 4,54 33,33 - - - 4. Pseudosucinaea 33,22 9,94 100 - - - 17,56 12,94 66,66 15,74 8,73 66,66 5. Paludestrina - - - 48,76 22,23 66,66 - - - - - - 6. Pomatiopsis 34,87 11,47 100 - - - - - - 33,64 21,43 66,66 7. Floridobia 6,17 1,2 33,33 - - - 2,47 1,01 11,11 - - - 8. Apella 41,35 13,67 77,77 46,29 22,24 66,66 26,54 18,01 77,77 48,14 37,83 77,77 9. Goniobasis 45,37 14,23 88,88 30,55 15,31 66,66 23,45 13,94 66,66 - - - 10. Viviparus - - - - - - - - - 11,11 4,76 33,33 11. Truncatella 39,81 12,14 88,88 - - - - - - 18,26 11,37 55,55 12. Lioplax 21,60 6,36 66,66 - - - - - - 2,43 1,05 11,11 13. Campeloma 13,58 2,63 33,33 - - - 8,64 3,53 33,33 - - - 14. Thiara 43,21 12,15 100 35,71 19,05 77,77 35,80 24,12 88,88 15,43 11,64 55,55 15. Haemodipsa 1,23 0,24 11,11 3,70 1,03 22,22 - - - - - - 16. Progomphus - - - 7,40 2,06 33,33 3,70 1,51 33,33 4,93 2,11 33,33 17. Plathemis 3,70 0,72 33,33 4,93 1,37 33,33 4,93 2,02 22,22 2,43 1,05 22,22 18. Ectopria 4,93 0,96 33,33 - - - - - - - - 19. Notonecta 3,70 0,72 22,22 - - - - - - - - Jumlah 352 99,95 227,95 99,85 161,97 99,97 152,15 99,97 24 pH sehingga dapat hidup pada perairan dengan pH air 6. Nilai pH air yang didapatkan pada stasiun ini sebesar 7,2 Tabel 5, dimana masih cukup baik untuk kehidupan hewan tersebut. Menurut Cole 1983, adanya perbedaan nilai pH pada suatu perairan disebabkan karena adanya penambahan atau kehilangan Co melalui proses fotosintesis yang akan menyebabkan perubahan pH di dalam air. Kepadatan, Kepadatan Relatif dan Frekuensi Kehadiran terendah di stasiun 1 terdapat pada genus Haemodipsa sebesar 1,23 indm² K, 0,24 KR dan 11,11 FK. Hal ini disebabkan kondisi perairan yang kurang mendukung bagi pertumbuhan genus ini salah satunya substrat dasar berupa pasir, dimana genus ini menyukai hidup di daerah lembab, dan adanya vegetasi. Menurut Haynes 1976, genus Haemodipsa sp. biasanya ditemukan pada substrat dasar yaitu berlumpur, adanya vegetasi, dan perairan yang lembab. Nilai kisaran toleransi dari makrozoobentos terhadap daerah lingkungan adalah berbeda-beda. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat Kepadatan, Kepadatan Relatif dan Frekuensi kehadiran tertinggi di stasiun 2 terdapat pada genus Paludestrina sebesar 48,76 indm² K, 22,23 KR, dan 66,66 FK. Tingginya nilai kepadatan, kepadatan relatif dan frekuensi kehadiran dari genus Paludestrina disebabkan kondisi perairan yang mendukung bagi kehidupan genus ini seperti substrat dasar perairan berbatu dan berpasir seperti terlihat pada Tabel 5 dan nilai faktor fisik kimia perairan yang masih cukup baik untuk kehidupan makrozoobentos tersebut. Menurut Wargadinata 1995, Paludestrina akan melimpah pada perairan dengan substrat dasar berbatu dan berpasir. Kepadatan, Kepadatan Relatif dan Frekuensi Kehadiran terendah di stasiun 2 terdapat pada genus Haemodipsa sebesar 3,70 indm² K, 1,03 KR dan 22,22 FK. Hal ini disebabkan kondisi perairan yang kurang mendukung bagi pertumbuhan genus ini salah satunya substrat dasar perairan. Menurut Adriana 2008, genus Haemodipsa ditemukan didaerah dengan substrat berlumpur, adanya vegetasi rerumputan dan didaerah yang lembab. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat Kepadatan, Kepadatan Relatif dan Frekuensi kehadiran tertinggi di stasiun 3 terdapat pada genus Thiara sebesar 35,80 indm² K, 24,12 KR, dan 88,88 FK. Hai ini disebabkan pada stasiun 3 memiliki intensitas cahaya yang paling yaitu 1846 seperti terlihat pada 25 Tabel 5 yang mendukung untuk menghasilkan nutrisi yang dijadikan makrozoobentos sebagai makanannya. Secara keseluruhan nilai faktor fisik kimia Tabel 5 masih sesuai untuk kehidupan genus ini, selain itu disertai juga dengan kondisi substrat dasar berupa berbatu dan berpasir seperti terlihat pada tabel 5 cukup baik untuk kehidupan hewan tersebut. Menurut Hutchinson 1993 Thiara umumnya melimpah pada perairan dengan substrat dasar berbatu dan berpasir. Kepadatan, Kepadatan Relatif dan Frekuensi Kehadiran terendah di stasiun 3 terdapat pada genus Floridobia sebesar 2,47 indm² K, 1,01 KR 11,11 dan FK. Hal ini disebabkan kondisi lingkungan yang kurang mendukung untuk kehidupannya seperti substrat dasar perairan, dimana genus ini akan melimpah di daerah yang berlumpur sedangkan substrat pada lokasi ini berupa berbatu dan berpasir seperti terlihat pada Tabel 5. Menurut Dillon 2002, Floridobia sp. umumnya hidup pada perairan dengan substrat dasar perairan berupa berlumpur. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat Kepadatan, Kepadatan Relatif dan Frekuensi kehadiran tertinggi di stasiun 4 terdapat pada genus Apella sebesar 48,14 indm² K, 37,83 KR, dan 77,77 FK. Hal ini disebabkan kondisi lingkungan yang sangat mendukung untuk kehidupanya seperti nilai BOD yang cukup bagus yaitu 0,9 mgL pada Tabel 5 dibandingkan dengan stasiun yang lain. Hal lain yang mempengaruhinya adalah pada stasiun 4 memiliki penetrasi cahaya yang lebih tinggi yaitu 425 cm seperti terlihat pada Tabel 5. Menurut Brower 1990, nilai konsentrasi BOD menunjukkan suatu kualitas perairan yang masih tergolong baik dimana apabila komsumsi O selama periode 5 hari sebesar berkisar 5 mgL maka perairan itu masih tergolong baik. Biasanya genus Apella menyukai hidup di perairan yang bersih dan disebabkan tingginya oksigen terlarut pada stasiun ini sebesar 7,0 seperti yang terlihat pada Tabel 5. Menurut Pennak 1978, genus Apella banyak ditemukan perairan dengan substrat dasar berbatu dan berpasir. Kepadatan, Kepadatan Relatif dan Frekuensi Kehadiran terendah di stasiun 4 terdapat pada genus Lioplax sebesar 2,43 indm² K, 1,05 KR dan 11,11. Hai ini disebakan kondisi perairan yang kurang mendukung untuk kehidupan bentos seperti kadar organik yang rendah yaitu 1,554 dan substrat dasar perairan berupa berbatu dan berpasir seperti terlihat di Tabel 5. Menurut Bouchard 26 2012, genus ini banyak ditemukan pada habitat dasarnya berupa berlumpur. Semakin kecil jumlah spesies dan adanya beberapa individu yang jumlahnya lebih banyak mengakibatkan terjadinya ketidakseimbangan ekosistem yang kemungkinan disebabkan adanya tekanan ekologi atau gangguan dari lingkungan sekitarnya. Menurut Sastrawijaya 2009 dalam Marmita 2013, keanekaragaman makrozoobentos pada setiap stasiun berkaitan juga dengan faktor lingkungan yang ada pada tiap-tiap stasiun. Indikator biologi adalah biota air yang keberadaannya dalam suatu ekosistem perairan menunjukkan kondisi spesifik dari perairan tersebut, dimana mudah untuk memantau terjadinya pencemaran. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa genus Apella dan Thiara pada semua stasiun penelitian dapat dijadikan sebagai bioindikator kualitas perairan. Hal ini disebabkan kedua genus ini tahan terhadap tekanan lingkungan dan perubahan faktor-faktor lingkungan yang terdapat pada perairan tersebut. Pada setiap stasiun penelitian ini memiliki nilai faktor fisik-kimia yang relatif sama, dimana kedua genus ini mampu mentoleransi segala perubahan lingkungan baik perairan yang berkualitas baik maupun tercemar. Menurut Sastrawijaya 2000, perbedaan batas toleransi antara dua jenis populasi terhadap faktor-faktor lingkungan mempengaruhi kemampuan berkompetisi. Adapun genus makrozoobentos yang dapat dijadikan sebagai bioindikator hanya terdapat beberapa stasiun yaitu genus Sphaerium, Pseudosucinaea, Paludestrina, Pomatiopsis, Goniobasis, Truncatella, dan Lioplax. Hal ini disebabkan beberapa genus tersebut mampu mentolelir perubahan faktor-faktor lingkungan yang luas pada perairan tertentu, seperti genus Sphaerium dimana genus ini akan melimpah di perairan yang dangkal dan perairan yang bersih serta pada perairan dengan pH air=6, sedangkan pH yang didapatkan pada semua staiun berkisar 7,1-7,2 seperti terlihat pada Tabel 5, sehingga tidak banyak genus ini ditemukan. Makrozoobentos tersebut hanya mampu mengakumulasi beberapa bahan-bahan kimia yang tercemar pada perairan tersebut, sehingga hanya beberapa stasiun saja ditemukan genus tersebut. Menurut Sastarwijaya 2000, pertumbuhan dan perkembangan organisme akan berjalan dengan baik apabila lingkungannya mendukung dan berada dalam batas toleransi yang mampu 27 ditorerirnya. Kemampuan organisme untuk mentolerir kondisi perairan serta kualitas makanan yang tersedia yang diperoleh dari bahan organik yang masuk ke perairan

4.2 Indeks Keanekaragaman H’ dan Indeks Keseragaman E Makrozoobentos pada Setiap Stasiun