29 minyak transportasi air akan terserap langsung pada absorbsi tanah yang terbawa
ke perairan. Hal ini sangat mempengaruhi penyebaran makrozoobentos dalam suatu habitat. Menurut Kerbs 1985, indeks similaritas digunakan untuk
mengetahui seberapa besar kesamaan makrozoobentos yang hidup di luar tempat yang berbeda. Apabila semakin besar indeks similaritasnya, maka jenis
makrozoobentos yang sama pada stasiun yang berbeda semakin banyak. Selanjutnya dijelaskan bahwa kesamaan makrozoobenos antara dua lokasi yang
dibandingkan sangat dipengaruhi oleh kondisi faktor lingkungan yang terdapat pada daerah tersebut. Hal yang paling penting diantaranya adalah kondisi substrat
dasar perairan dan kandungan organiknya.
4.4 Faktor Fisik-Kimia Perairan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh rata-rata nilai faktor fisik- kimia perairan pada setiap stasiun penelitian pada Tabel 5.
Tabel 5. Nilai Faktor Fisik-Kimia Perairan pada Setiap Stasiun Penelitian No.
Parameter Satuan
Stasiun 1
2 3
4 A
Parameter Fisika
1. Suhu
C 27
26 26
27 2.
Intensitas Cahaya Candela
1740 1585
1846 1350
3. Penetrasi Cahaya
Cm 390
258 325
425
B Parameter Kimia
4. pH air
- 7,2
7,1 7,2
7,2 5.
pH substrat -
6,7 6,5
6.6 6,5
6. Oksigen Terlarut
mgL 6,2
6,5 6,8
7,0 7.
BOD mgL
1,6 1,7
1,2 0,9
8. Kejenuhan Oksigen
78,88 81,35
85,10 89,05
9. Kadar Organik
Substrat 2,272
1,951 1,806
1.554 10.
Substrat Dasar Berpasir
Berbatu dan
berpasir Berbatu
dan berpasir
Berbatu dan
berpasir Keterangan:
Stasiun 1 : Daerah Keramba Stasiun 2 : Daerah Dermaga
Stasiun 3 : Daerah Parawisata Stasiun 4 : Daerah Kontrol Bebas Aktivitas
Berdasarkan Tabel 5 dapat dilihat bahwa suhu air pada semua stasiun penelitian berkisar antara 26 C-27 C. Suhu tertinggi terdapat stasiun 1 dan stasiun 4 sebesar
27 C dan suhu terendah terdapat pada stasiun 2 dan stasiun 3 sebesar 26 C. Suhu
30 pada empat stasiun tersebut relatif sama, tidak mengalami fluktuasi, karena
keadaan cuaca pada saat pengukuran suhu relatif sama sehingga tidak mengalami perubahan dan keadaan suhu dalam suatu perairan dapat dipengaruhi oleh tinggi
rendahnya cahaya yang masuk ke danau. Menurut Nyabakken 1992, umumnya suhu di atas 30 C dapat menekan pertumbuhan populasi hewan bentos. Menurut
Barus 2004, secara umum kisaran suhu 26 C-27 C merupakan kisaran normal bagi mahkluk hidup perairan terutama makrozoobentos. Fluktuasi suhu di perairan
tropis umumnya sepanjang tahun mempunyai fluktuasi suhu air juga tidak terlalu besar.
Intensitas cahaya memiliki peranan yang penting juga bagi makrozoobentos. Intensitas cahaya pada semua stasiun penelitian berkisar antara 1350–1846
candela. Intensitas cahaya tertinggi terdapat pada stasiun 3 sedangkan nilai terendah terdapat pada stasiun 4. Intensitas cahaya sangat mempengaruhi
fitoplankton dalam suatu perairan. Besarnya intensitas cahaya berpengaruh besar dalam proses fotosintesis. Fitoplankton merupakan sebagian dari sumber nutrisi
untuk makrozoobentos. Menurut Nugroho 2006, sebagian besar fitoplankton berperan sebagai produsen yang dapat melakukan aktivitas fotosintesis.
Fotosintesis dapat berlangsung jika intensitas cahaya yang diterima fitoplankton besar cukup banyak. Oleh karena itu cahaya merupakan faktor lingkungan yang
sangat menentukan produktivitas suatu perairan. Penetrasi cahaya memiliki peranan yang penting juga bagi makrozoobentos.
Penetrasi cahaya yang diukur di setiap stasiun berada pada kisaran 258-425 cm. Nilai tertinggi terdapat pada stasiun 4 sedangkan yang terendah terdapat pada
stasiun 2. Penetrasi cahaya yang berbeda ini disebabkan pada stasiun 2 merupakan daerah dermaga dengan adanya buangan limbah berupa minyak dan sisa-sisa
pakan ikan disekitar perairan yang menghambat masuknya cahaya ke perairan tersebut sehingga
berpengaruh juga terhadap kehidupan makrozoobentos sedangkan pada stasiun 4 merupakan daerah tidak adanya aktivitas yang akan
mempengaruhi tingginya penetrasi cahaya. Penetrasi cahaya memberi pengaruh pada makrozoobentos dalam ketersediaan nutrisi, apabila adanya bahan-bahan
terlarut dan suspensi padatan yang tinggi serta bahan oerganik yang tinggi, cahaya matahari tidak dapat menembus dasar perairan sehingga mempengaruhi
31 fotosintesis dan menurunnya jumlah fitoplankton yang merupakan sumber nutrisi
bagi makrozoobentos. Menurut Nyabakken 1992, zat-zat tersuspensi dalam perairan akan menimbulkan kekeruhan pada perairan tersebut dan kekeruhan ini
akan mempengaruhi ekologi dalam hal penurunan penetrasi cahaya yang sangat mencolok.
Derajat keasaman pH air merupakan tingkat konsentrasi ion hidrogen yang ada dalam perairan. Hasil pengukuran pH yaitu 7,1–7,2. Nilai pH yang didatkan di
semua lokasi penelitian relatif sama. Namun demikian secara keseluruhan nilai pH pada lokasi penelitian masih cukup baik untuk kehidupan dan perkembangan
makrozoobentos. pH sangat berperan penting di dalam metabolisme makrozoobentos. Menurut Sinaga 2009, nilai pH yang ideal bagi kehidupan
makrozoobentos pada umumnya adalah 7-8,5. Kondisi perairan yang sangat basa maupun asam akan membahayakan kelangsungan hidup makrozoobentos karena
akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi. Derajat keasaman pH substrat yang didapatkan pada semua lokasi
penelitian berkisar 6,5–6,7. pH substrat tertinggi terdapat pada stasiun 1 sedangkan terendah terdapat pada stasiun 2 dan 4. Nilai pH substrat yang
didapatkan pada semua lokasi masih cukup baik untuk kehidupan makrozoobentos. Nilai pH substrat mampengaruhi ketersediaan nutrisi untuk
makrozoobentos. Menurut Sastrawijaya 2009, bahwa pH substrat yang cocok untuk hewan makrozoobentos berkisar 6-8. Menuru Syafriel 2008, nilai pH
substrat 6-8 merupakan kisaran yang cenderung bersifat asam sampai netral. Hal ini hubungannya dengan bahan organik, tipe substrat dan kandungan oksigen.
Kisaran nilai tersebut masih mendukung kelangsungan hidup bagi organisme makrozoobentos.
Nilai kandungan oksigen terlarut pada semua stasiun penelitian berkisar antara 6,2–7,0 mgL. Nilai tertinggi terdapat pada stasiun sedangkan nilai terendah
terdapat. Secara keseluruhan nilai kandungan oksigen terlarut dianggap masih ideal untuk pertumbuhan makrozoobentos. Hal ini disebabkan karena danau masih
memiliki kondisi yang yang baik. Menurut Sinambela 1994, kehidupan makrozoobentos di air dapat bertahan jika ada oksigen terlarut minimum sebanyak
2 mgL. Menurut Agusnar 2007, konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu rendah
32 akan mengakibatkan organisme air salah satunya makrozoobentos yang
membutuhkan oksigen akan mati. Sebaliknya konsentrasi oksigen terlarut yang terlalu tinggi juga mengakibatkan proses pengkaratan yang semakin cepat karena
oksigen akan mengikat hidrogen yang melapisi permukaan logam. Kelarutan oksigen sangat mempengaruhi keberadaan makrozoobentos untuk bertahan hidup.
Nilai BOD merupakan salah satu indikaator pencemaran dalam suatu perairan. Nilai kandungan BOD pada semua stasiun penelitian berkisar antara
0,9-1,7 mgL. Nilai tertinggi terdapat pada stasiun 2 sedangkan terendah terdapat pada stasiun 4. Tinggi rendahnya BOD mempengaruhi kestabilan oksigen dalam
suatu perairan yang mempengaruhi makrozoobentos untuk bertahan hidup. Menurut Sukadi 1999, pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban
pencemaran akibat air limbah dan untuk merancang sistem sistem pengolahan biologis bagi air yang tercemar. Penguraian bahan organik, apabila tersedia
oksigen terlarut dalam jumlah yang cukup, maka proses penguraian akan berlangsung dalam suasana aerobic sampai semua bahan organik terkonsumsi.
Nilai kejenuhan oksigen pada semua stasiun penelitian berkisar antara 78,88–89,05. Nilai tertinggi terdapat pada stasiun 4 sedangkan terendah terdapat
pada stasiun. Tinggi rendahnya nilai kejenuhan oksigen disebabkan karena jumlah organisme yang berbeda memerlukan oksigen, sehingga terjadi perbedaan disetiap
stasiun yang menentukan keberlangsungan hidup makrozoobentos. Nilai kejenuhan oksigen pada semua lokasi penelitian masih cukup baik untuk
kehidupan dan perkembangan makrozoobentos. Menurut Barus 2004, konsumsi oksigen bagi organisme air berfluktuasi mengikuti proses-proses hidup yang
dilalui. Pada umumnya konsumsi oksigen bagi organisme air akan mencapai maksimum pada masa-masa reproduksi berlangsung
Nilai kandungan organik substrat yang didapatkan pada semua lokasi
penelitian berkisar 1,554–2,272. Kandungan organik substrat tertinggi terdapat pada stasiun 1 sedangkan terendah terdapat pada stasiun 4. Tingginya kadar
organik substrat pada stasiun 1 dikarenakan adanya pengaruh aktivitas keramba seperti sisa pakan ikan yang dijadikan makrozoobentos sebagai sumber nutrisi
untuk kehidupannya. Kandungan organik substrat merupakan sangat penting untuk kehidupan dan perkembangan makrozoobentos. Nilai kadar organik substrat
33 mempengaruhi ketersediaan nutrisi untuk makrozoobentos dalam suatu perairan.
Menurut Wood 1987, adanya perbedaan ukuran partikel sedimen memiliki hubungan dengan kandungan bahan organik, dimana perairan dengan sedimen
yang halus memiliki presentase bahan organik yang tinggi karena korelasi lingkungan yang tenang yang memungkinkan pengendapan sedimen lumpur yang
diikuti oleh akumulasi bahan-bahan organik dasar perairan. Substrat dasar pada semua lokasi penelitian yaitu pada stasiun 1 berpasir,
sedangkan pada stasiun 2, 3, dan 4 yaitu berbatu dan berpasir. Dari hasil yang didapatkan pada penelitian ini substrat yang cukup baik untuk kehidupan dan
perkembangan makrozoobentos adalah pada stasiun 1, dibandingkan pada stasiun 2,3 dan 4. Substrat dasar suatu perairan merupakan faktor utama yang paling
utama yang memepengaruhi kehidupan, perkembangan dan keanekaragaman makrozoobentos. Menurut Nyabakken 1988, substrat dasar merupakan salah
satu faktor ekologis utama yang mempengaruhi struktur komunitas makrobentos. Penyebaran makrozoobentos dapat dengan jelas berkolerasi dengan tipe substrat.
Makrozoobentos yang mempunyai sifat penggali pemakan deposit melimpah pada sedimen dan sedimen lunak yang merupakan daerah yang mengandung bahan
organik yang tinggi.
4.5 Analisis Korelasi