3.2.4 Stasiun 4
Stasiun ini terle Haranggaol Horisan,
02º51’06,3” LU dan Substrat pada lokasi ini
Gam
3.3 Alat dan Bahan
Adapun alat-ala surber net, kertas graf
label, pensil, pH mete digital, pipet tetes, Er
lux meter, bagan kerj System, serta buku inde
Pennak 1978. Bahan 70, Mn SO
4
, KOH-K
3.4 Pengambilan Sam
Pengambilan be surber net, dengan pe
kisaran sampai denga dengan 3 kali ulang
dicuci dengan akuade
13 rletak di perairan Danau Toba, Desa Harangg
san, Kabupaten Simalungun, yang secara dan 098º41’30,7 BT. Daerah ini merupakan
si ini berupa berbatu dan berpasir.
ambar 4. Daerah Bebas Aktivitas Kontrol
an
alat yang digunakan pada penelitian ini adalah grafik,, lakban, cool box, plastik 5 kg, tali plasti
eter, termometer, Stopwatch, keeping sechii, pe s, Erlemeyer 150 ml, spit 1 ml, spit 3 ml, spit 5 m
kerja DO Dissolved Oxigen, dan GPS Global buku indentifikasi bentos Glacia 2011 dan Boucha
han- bahan yang digunakan dalam penelitian ini H-KI, H
2
SO
4,
Na
2
S
2
O
3
dan amilum.
ampel
n bentos dilakukan dengan menggunakan Eck n pengambilan sampel pada kedalaman yaitu
ngan 50 cm, 5 meter, dan 10 meter dari tepi ngan setiap stasiun. Sampel yang didapat disor
dest dan dikeringkan, selanjutnya dimasukkan 13
ggaol, Kecamatan ra terletak pada
n daerah kontrol.
ol
ah Eckman-grabb, stik, spidol, kertas
, penggaris, camera 5 mil, botol alkhol,
lobal Positioning ouchard 2012 dan
n ini adalah alkhol
ckman-grabb dan tu 0 meter dengan
pi danau, diambil disortir. Kemudian
sukkan ke dalam botol
14 koleksi yang berisi 70 sebagai pengawet lalu diberi label. Kemudian sampel
dibawa ke Labaratorium untuk diidentifikasi jenisnya dengan menggunakan buku identifikasi Glacia 2011, Bouchard 2012 dan Pennak 1978. dihitung indeks
keanekaragaman dan indeks keseragamannya.
3.5 Pengukuran faktor Fisik- Kimia Perairan di Perairan Haranggaol, Danau Toba, Sumatera Utara
3.5.1 Suhu
Pengukuran suhu dilakukan dengan menggunakan alat termometer dengan skala 0-100 C. Termometer dimasukkan ke badan air dan biarkan beberapa saat
lalu dibaca skala dari termometer tersebut dan dicatat hasil yang tertera pada skala termometer.
3.5.2 pH air substrat
Pengukuran pH air dilakukan dengan menggunakan pH meter. Sebelumnya dikalibrasi dulu pH dengan pH 7. pH meter dimasukkan ke badan air lalu dibaca
nilainya dan dicatat hasilnya pada skala pH meter, sedangkan pH substrat dilakukan dengan menggunakan soil tester. Sebelumnya substrat diambil dengan
menggunakan eckman grabb, kemudian soil tester dimasukkan ke dalam substrat tersebut lalu dibaca nilainya dan dicatat hasilnya.
3.5.3 Penetrasi Cahaya
Pengukuran penetrasi cahaya dilakukan dengan menggunakan keeping Sechii, caranya dengan keeping Sechii dimasukkan ke dalam perairan danau,
sampai Keeping Sechii tersebut tidak kelihatan, kemudian diukur panjang talinya.
3.5.4 DO Dissolved Oxigen
Pengukurn oksigen terlarut dilakukan dengan menggunakan metode Winkler, yaitu sampel air dimasukkan ke dalam botol Winkler, lalu ditambahkan
masing-masing 1 ml MnS04 dan KOH-KI ke dalam botol tersebut dan dihomogenkan dan didiamkan hingga terbentuk endapan coklat. Sampel diambil
100 ml dan dimasukkan ke dalam erlemeyer lalu dititrasi dengan Na
2
S
2
O
3
0,0125 N hingga berwarna kuning pucat, lalu sampel ditetesi amilum sebayak 5 tetes dan
15 dihomogenkan hingga terbentuk larutan biru. Kemudian sampel dititrasi
menggunakan Na
2
S
2
O
3
0,0125 N hingga terjadi perubahan warna menjadi bening. Volume Na
2
S
2
O
3
0,0125 N yang terpakai dihitung dan hasilnya dicatat. Lampiran 2
3.5.5 BOD
5
Biochemical Oxigen Demand Pengukuran BOD
5
dilakukan setelah sampel air yang diambil, diinkubasi selama 5 hari, kemudian dengan metode Winkler yang memakai reagen-reagen
kimia yaitu MnSo
4
, H
2
SO
4
, Na
2
S
2
O
3
, amilum. Sampel air dimasukkan ke dalam botol Winkler, lalu ditambahkan masing-masing 1 ml MnSo
4
dan KOH-KI ke dalam botol tersebut dan dihomogenkan. Sampel didiamkan sebentar hingga
terbentuk endapan putih, kemudian ditambahkan 1 ml H
2
SO
4
, dihomogenkan dan didiamkan hingga terbentuk endapan coklat. Sampel diambil 100 ml dan
dimasukkan ke dalam erlemeyer lalu dititrasi dengan Na
2
S
2
O
3
0,0125 N hingga berwarna kuning pucat, lalu sampel ditetesi amilum sebanyak 5 tetes dan
dihomogenkan hingga terbentuk larutan biru. Kemudian sampel dititrasi menggunakan Na
2
S
2
O
3
0,0125 N hingga terjadi perubahan warna menjadi bening. Volume Na
2
S
2
O
3
0,0125 N yang terpakai dihitung dan hasilnya dicatat. Nilai BOD
5
adalah nilai DO awal dikurang dengan nilai DO akhir. Prosedur kerja BOD
5
dapat dilihat pada lampiran 3.
3.5.6 Kejenuhan Oksigen
Nilai kejenuhan oksigen dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Kejenuhan O
2
=
[ ] [ ]
x 100 Keterangan:
O
2
[U] : Nilai konsentrasi oksigen yang diukur mgl O
2
[t] : Nilai konsentrasi pada tabel lampiran E sesuai besar suhunya.
3.5.7 Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya diukur dengan menggunakan lux meter. Dicatat angka yang muncul pada lux meter tersebut.
16
3.5.8 Kadar Organik Substrat
Pengukuran kandungan organik substrat dilakukan dengan metoda analisa abu, dengan cara substrat diambil, ditimbang sebanyak 100 gr dan dimasukkan ke
dalam oven dengan temperatur 45 C sampai diperoleh berat substrat yang
konstan. Substrat kemudian dihaluskan dengan cara menggerus lalu dipanaskan kembali dalam oven pada temperatur 45 C selama 1 jam. Selanjutnya ditimbang
sebanyak 25 gr dan dibakar pada temperatur 700 C selama 3,5 jam sampai dihasilkan substrat yang sudah berupa abu. Kadar organik substrat ditentukan
dengan menggunakan rumus: A-B
KO = X 100 A
dengan: KO = Kandungan Organik
A = Berat Konstan Substrat B = Berat Abu
Analisis kandungan organik substrat dilakukan di Pusat Penelitian Lingkungan Universitas Sumatera Utara.
3.6 Analisis Data
Data makrozoobenthos yang diperoleh dihitung nilai kepadatan populasi, kepadatan relatif, frekuensi kehadiran, indeks diversitas Shannon-Weinner, dan
indeks ekuitabilitas, indeks similaritas dan analisis korelasi sebagai beriut:
a. Kepadatan populasi K