8 g. Bentos adalah konsumsi sebagian besar ikan, sehingga perubahan pada
komunitas bentos dapat mempengaruhi jaring-jaring makanan di perairan tersebut.
Adapun kelemahan penggunaan bentos sebagai indikator adalah: a. Bentos tidak selalu bereaksi terhadap seluruh perubahan lingkungan.
b. Sebagian jenis bentos hidup musiman. c. Karena ukurannya kecil, bentos mudah terbawa arus.
2.4 Faktor Fisik-Kimia Perairan 2.4.1 Suhu
Kenaikan suhu air tesebut akan mengakibatkan menurunnya oksigen terlarut di dalam air, meningkatnya kecepatan reaksi kimia, terganggunya kehidupan ikan
dan hewan air lainnya. Naiknya suhu air yang relatif tinggi seringkali di tandai dengan munculnya hewan air lainnya ke permukaan air untuk mencari oksigen.
Jika suhu tersebut tidak juga kembali pada suhu normal, lama kelamaan dapat menyebabkan kematian hewan lainnya Nugroho, 2006.
Berdasarkan suhunya, suatu badan air dapat di bagi atas epilimnion dan hipolimnion. Bagian epilimnion merupakan lapisan air bagian atas yang mendapat
panas dari sinar matahari sehingga air bagian atas lebih panas dan ringan dari hipolimnion yaitu lapisan bawah yang tidak terkena cahaya matahari. Batas antara
epilimnion dan hipolimnion disebut termoklin. Karena berbedanya suhu perairan berdasarkan kedalamannya maka pengukuran suhu badan air selalu diukur
berdasarkan kedalaman yang berbeda Suin, 2002.
2.4.2 Kelarutan Oksigen
Dissolved Oxygen Dissolved Oxygen DO merupakan oksigen terlarut dalam suatu perairan.
Oksigen terlarut merupakan faktor yang sangat penting di dalam ekosistem perairan, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi sebagian besar
organisme-organisme air. Kelarutan oksigen di dalam air sangat dipengaruhi oleh faktor temperatur. Kelarutan oksigen di dalam air terdapat 0 C, yaitu sebesar ml
O
2.
Dengan terjadinya peningkatan temperatur akan menyebabkan konsentrasi oksigen akan menurun dan sebaliknya suhu yang semakin rendah akan meningkat
9 konsentrasi oksigen terlarut. Oksigen terlarut di dalam air bersumber terutama dari
adanya kontak antara permukaan air dengan udara dan dari proses fotosintesis. Selanjutnya air kehilangan oksigen melalui pelepasan dari permukaan ke atmosfer
dan melalui aktivitas respirasi dari organisme akuatik. Kisaran toleransi- toleransi makrozoobentos terhadap oksigen terlarut berbeda-beda Barus, 2004.
Naik turunnya kadar oksigen terlarut dalam air itu disebut fluktuasi oksigen oxygen pulse. Besarnya fluktuasi oksigen dalam suatu badan air sangat
menentukan kehidupan hewan air. Hewan air yang kurang tahan pada air yang kadar oksigennya rendah, titik kritis baginya adalah pada saat kadar oksigen di
malam hari. Karena itu fluktuasi kadar oksigen terlarut sangat penting diukur dalam studi ekologi perairan Suin, 2002.
2.4.3 pH Derajat Keasaman
Nilai pH menyatakan nilai konsentrasi ion hidrogen dalam suatu larutan, didefenisikan sebagai logaritma dari resiprokal aktivitas ion hidrogen dan secara
matematis dinyatakan sebagai pH = log IH, Dimana H
+
adalah banyaknya ion hidrogen dalam mol per liter larutan. Kemampuan air untuk mengikat atau
melepaskan sejumlah ion hidrogen akan menunjukkan apakah larutan tersebut bersifat asam atau basa. Organisme air dapat hidup dalam suatu perairan yang
mempunyai nilai pH netral dengan kisaran toleransi antara asam lemah sampai basa lemah. Nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya
terdapat antara 7 samapi 8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan
menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi. Disamping itu pH yang sangat rendah akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa logam berat
terutama ion Aluminium yang bersifat toksik, semakin tinggi yang tentunya akan mengancam kelangsungan hidup organisme air. Sedangkan pH yang tinggi akan
menyebabkan keseimbangan antara amonium dan amoniak dalam air akan terganggu Barus, 2004.
10
2.4.4 Biochemical Oxygen DemandBOD