Jamaludin Akbar, 2013 Implementasi Kompetensi Profesional Dalam Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Pada
Pembelajaran PKn Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
|
perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru harus dapat menanamkan cara berpikir yang lebih kritis pada siswa
dalam pembelajaran
PKn, pembelajaran
yang menyajikan
permasalahan agar merangsang siswa untuk berpikir lebih luas dan kritis. Strategi pembelajaran menggunakan masalah yang ada di kehidupan sehari-
hari yang nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan untuk memecahkan sebuah masalah dan menemukan
jawabannya serta memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran khususnya pelajaran PKn. Siswa hendaknya dibiasakan untuk
dihadapkan pada suatu masalah, karena dengan adanya masalah siswa dituntut untuk berpikir kritis dalam menyelesaikan masalah tersebut. Akan
tetapi, dalam kenyataannya proses pembelajaran di dalam kelas lebih mengarahkan kepada siswa untuk lebih menghafal materinya saja. Siswa
beranggapan bahwa mata pelajaran PKn lebih cenderung kepada teori saja tanpa praktek yang mengakibatkan siswa merasa jenuh pada saat mata
pelajaran PKn. Melihat permasalahan di atas menjadi sebuah PR bagi kita semua,
baik pemerintah maupun guru yang bersangkutan. Upaya mencerdaskan bangsa dan meningkatkan kualitas kinerja tenaga pengajar merupakan
langkah awal, dimana pemerintah mengupayakan sumber daya guru agar terciptanya tenaga pendidik yang profesional terhadap profesinya, yakni
dengan program sertifikasi guru. Sebuah program yang berisi tentang proses pemberian sertifikat pendidik bagi guru, sebuah penghargaan bagi guru ketika
lolos uji kompetensi yang dinyatakan sebagai guru profesional. Selain dari pemerintah, program yang diadakan oleh pihak swastapun ikut ambil andil
dalam meningkatkan keprofesionalan guru, seperti workshop, seminar.
Jamaludin Akbar, 2013 Implementasi Kompetensi Profesional Dalam Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Pada
Pembelajaran PKn Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
|
perpustakaan.upi.edu
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti di SMP Negeri 15 Bandung, terdapat permasalahan yang ditemukan
yaitu transisi pola pikir dari pendidikan dasar menuju pendidikan menengah pertama, beragamnya persepsi siswa tentang pembelajaran PKn khususnya
kinerja guru dalam proses pembelajaran, kurangnya keseriusan siswa terhadap mata pelajaran PKn yang berakibatkan kurangnya memahami dan
mengetahui materi yang diajarkan oleh guru, yang menuntut mereka berpersepsi bahwa mata pelajaran PKn lebih mengharuskan mereka untuk
menghafal teori saja dan metode yang digunakan saat pembelajaran masih terpaku pada metode ceramah yang menjadikan mereka merasa jenuh pada
saat pembelajaran berlangsung. Tenaga pengajar di SMP Negeri 15 Bandung khususnya pada mata
pelajaran PKn telah mengikuti sertifikasi keguruan, serta aktif dalam mengikuti seminar serta workshop pelatihan keguruan dimana para tenaga
pengajar telah memiliki kompetensi profesional guru. Namun, dalam kenyataanya guru masih mengalami kesulitan dalam mengelola kelas
sehingga kondisi kelas menjadi tidak kondusif. Dilihat dalam kegiatan diskusi dari 36 siswa hanya 27 atau 10 orang siswa saja yang aktif bertanya,
menjawab dan menanggapi atau mengemukakan pendapatnya. Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 dinyatakan
bahwa kompetensi guru meliputi kompetensi kepribadian, padagogik, sosial dan profesional. Hal itu diperkuat dengan lahirnya permendiknas No. 16
Tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, yang menjelaskan Empat jenis kompetensi guru beserta subkompetensi dan
indikator esensialnya diuraikan sebagai berikut: a.
Kompetensi kepribadian Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal
yang mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, serta menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak
mulia.
Jamaludin Akbar, 2013 Implementasi Kompetensi Profesional Dalam Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Pada
Pembelajaran PKn Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
|
perpustakaan.upi.edu
b. Kompetensi padagogik
Kompetensi padagogik meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
c. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga pendidikan, orang tuawali siswa, serta masyarakat sekitar.
d. Kompetensi profesional
Kompetensi profesional merupakan penguasaan dari empat kompetensi guru, yakni penguasaan materi pembelajaran secara luas
dan mendalam dengan penguasaan SK dan KD yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi
keilmuan yang menaunginya, penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuaanya dengan mengkreatifkan pembelajaran
dengan tujuan menciptakan suasana pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, memanfaatkan teknologi dan informasi serta
mengaplikasikannya dalam
pembelajaran dan
pengembangan keprofesionalan dengan mengikuti kegiatan-kegiatan yang menunjang
untuk selalu berusaha meningkatkan keprofesionalannya. Kompetensi profesional terdiri dari menguasai standar kompetensi
dasar mata pelajaran yang diampu, mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif, mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri. Guru wajib
mengembangkan kompetensi profesional, dikarenakan isi dalam kompetensi profesional sangatlah berperan penting dalam kemajuan peserta didik.
Jamaludin Akbar, 2013 Implementasi Kompetensi Profesional Dalam Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Pada
Pembelajaran PKn Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
|
perpustakaan.upi.edu
Hal ini diperkuat dengan Krisna 2010,a yang menjelaskan “pemanfaatan teknolgi dan informasi dan komunikasi yang dilakukan oleh
guru dalam rangka untuk pengembangan diri dianggap masih kurang maksimal
”. Dalam perkembangan zaman, tenaga pendidik dituntut menguasai pengetahuan dibidang ilmu yang diampunya sesuai dengan SK dan KD,
mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif, teknologi, budaya, serta diwajibkan untuk selalu mengembangkan keprofesianya secara
berkelanjutan peneliti juga menemukan belum maksimalnya guru PKn SMP Negeri 15 Bandung dalam pemanfaatan teknologi dan informasi.
Lebih lanjut Kusd inarsah 2011,a menyimpulkan “terdapat bentuk
peningkatan kualitas mengajar guru PKn setelah mengikuti sertifikasi dan terdapat kontribusi guru yang lulus sertifikasi terhadap peningkatan prestasi
belajar siswa”. Oleh karena itu, kompetensi guru harus bisa diimplementasikan dan jangan hanya sebuah angin lalu tanpa ada penerapan.
Kompetensi guru itu sendiri terdiri dari kompetensi padagogik, kepribadian, sosial dan profesional, dalam penelitian ini peneliti mengambil kompetensi
profesional guru. Kompetensi profesional merupakan sebuah proses untuk mewujudkan terlaksananya suatu kebijakan dan tercapainya kebijakan
tersebut yang merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh tenaga pengajar yang bertujuan untuk mencapai cita-cita atau tujuan yang telah
ditetapkan dalam perencanaan dan proses pembelajaran serta penilaian di dalam kelas.
Berdasarkan pra penelitian di atas, peneliti beranggapan bahwa kurangnya kemampuan berpikir kritis siswa lebih diakarenakan faktor
internal dan eksternal, yaitu faktor yang timbul dari siswa itu sendiri dan faktor yang timbul dari seorang guru. Dalam mewujudkan tujuan
pembelajaran PKn di SMP Negeri 15 Bandung, maka guru perlu menarik minat dan motivasi siswa terlebih dahulu dengan pembelajaran yang
menggairahkan dan menyenangkan. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, maka guru harus bisa merancang
pembelajaran yakni bagaimana seorang guru membuat RPP yang sesuai
Jamaludin Akbar, 2013 Implementasi Kompetensi Profesional Dalam Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Pada
Pembelajaran PKn Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
|
perpustakaan.upi.edu
dengan silabus dan bagaimana proses pembelajaran tersebut dituangkan di dalam proses pembelajaran di kelas yang kreatif serta menarik yang dapat
menunjang keberhasilan tujuan pembelajaran secara optimal dan kondusif sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Hal ini diperkuat
dengan Peraturan Pemerintah RI No. 74 Tahun 2008 tentang Guru pada pasal 45 ayat 2 yang menegaskan bahwa “guru memiliki kesempatan untuk
berperan dalam penentuan kebijakan di tingkat satuan pendidikan”.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan dalam proses pembelajaran adalah dengan cara memperbaiki pola pembelajaran PKn di
SMP Negeri 15 Bandung. Guru harus mampu menerapkan pola pembelajaran yang demokratis, supaya mata pelajaran PKn lebih meningkatkan
kemampuan berpikir kritis pada siswa. Kompetensi profesional memuat bagaimana guru merancang dan melaksanakan pembelajaran di dalam kelas,
dari perencanaan dan proses pelaksanaannyapersiapan apa yang guru laksanakan untuk menunjang pada proses pembelajaran, model pembelajaran
apa yang digunakan supaya terciptanya motivasi belajar pada siswa serta mencetak siswa-siswa yang berprestasi, kritis dan menjadikan manusia yang
berakhlak mulia, berkualitas serta menjadikan warga negara yang baik sesuai dengan tujuan dalam pendidikan kewarganegaraan.
Terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia
berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah. Sesuai dengan isi paragraf
kedua dari pendahuluan Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, menyatakan :
pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.
Dalam proses tersebut diperlukan guru yang memberikan
keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan potensi dan kreativitas peserta didik. Implikasi dari prinsip ini adalah pergeseran
paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke paradigma pembelajaran. Proses pembelajaran perlu direncanakan,
dilaksanakan, dinilai, dan diawasi agar terlaksana secara efektif dan efisien.
Jamaludin Akbar, 2013 Implementasi Kompetensi Profesional Dalam Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Pada
Pembelajaran PKn Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
|
perpustakaan.upi.edu
Melihat penyataan di atas, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa proses pembelajaran berperan penting dalam menentukan keberhasilan
pendidik dalam mendidik siswanya, yang implikasinya dapat dilihat dari segi pergeseran paradigma proses pendidikan, yaitu dari paradigma pengajaran ke
pembelajaran. Dimana pendidik menjadi fasilitator dalam pembelajaran. Jhonson Sapriya, 2008:115 merumuskan istilah “berpikir kritis”
critical thinking secara etimologis, menyatakan bahwa kata “critic” dan “critical” berasal dari “krinein”, yang berarti menaksir nilai sesuatu. Dan
memberikan pengertian berpikir kritis adalah “perbuatan seseorang yang mempertimbangkan, menghargai dan menaksir nilai sesuatu hal”.
Lebih lanjut Swartz dan Perkins Hassoubah, 2008:86-87 memandang berpikir kritis merupakan sebuah pemikiran yang logis,
sebagaimana yang dikemukakannya bahwa berpikir kritis adalah: Bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang
akan kita terima atau apa yang akan kita lakukan dengan alasan yang logis, memaknai standar penilaian sebagai hasil dari berpikir kritis
dalam membuat keputusan, menerapkan berbagai strategi yang tersusun dan memberikan alasan untuk menentukan dan menerapkan
standar tersebut.
Sementara itu Ennis Sapriya, 2008:115 menjelaskan pengertian berpikir kritis lebih memfokuskan kepada lima kunci unsur berpikir kritis,
yakni “praktis, reflektif, rasional, terpercaya dan berupa tindakan”.
Menelaah pengertian berpikir kritis di atas dapat dikatakan bahwa berpikir kritis lebih memandang pada bagaimana membuat keputusan atau
pertimbangan-pertimbangan. Perlunya mengembangkan kemampuan berpikir kritis untuk para
siswa di sekolah merupakan suatu tindakan kontribusi yang besar untuk guru dalam mengajar pembelajaran di kelas. Herman Sapriya, 2008:116
menyatakan bahwa : Inkuiri dan kemampuan berpikir kritis tumbuh subur di kelas ketika
guru menilai pemikiran-pemikiran yang berbeda termasuk pemikiran yang berbeda dengan nilai yang dibawa oleh guru dan mendorong
siswa untuk berpikir secara bebas.
Jamaludin Akbar, 2013 Implementasi Kompetensi Profesional Dalam Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Pada
Pembelajaran PKn Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
|
perpustakaan.upi.edu
Paul Hassoubah, 2008:84 seorang pakar psikologi mengatakan bahwa dalam berpikir secara kritis terhadap anak-anak dalam sebuah
pembelajaran terdiri dari bahasa, informasi dan prasangka, seperti yang diungkapkannya :
Hanya ketika kita mengembangkan anak-anak untuk berpikir secara kritis terhadap materi pelajaran, penggunaan bahasa, informasi yang
mereka terima keadaan lingkungan, dan prasangka yang dianggap sebagai suatu kebenaran, menguji kebenaran ilmu pngetahuan
dengan pengalaman dengan tujuan menjadi manusia yang bermoral dan bertanggung jawab dan melalui komitmen meraka dapat tercipta
masyarakat yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral.
Dasar pemikiran yang melandasi pemilihan dari kompetensi profesional guru dalam rangka meningkatkan berpikir kritis siswa sesuai
dengan isi dari UU Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2007 tetang Standar Kompetensi guru mata pelajaran pendidikan dasar sampai menengah, yang
dijadikan indikator dalam kompetensi profesional guru adalah : a.
Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang di ampu
b. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara
kreatif c.
Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif
d. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri Melihat pernyataan di atas peneliti tertarik untuk meneliti kompetensi
profesional guru yang diimplementasikan dalam pembelajaran khususnya dalam pembelajaran PKn untuk meningkatkan berpikir kritis siswa dengan
mengukur sejauhmana persepsi siswa tentang kompetensi profesional guru tersebut dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil wawancara dengan
salah seorang guru PKn di SMP Negeri 15 Bandung, terdapat beberapa potensi positif permasalahan dalam pembelajaran, setiap kelas atau siswa
mengalami masalah yang berbeda. Salah satu permasalahan yang berhasil diidentifikasi muncul dari kelas VII yang mana memiliki kemampuan
berpikir kritis dalam tahap perkembangan khususnya dalam pembelajaran PKn itu ditunjukan dengan seringnya siswa bertanya dan berargumen pada
Jamaludin Akbar, 2013 Implementasi Kompetensi Profesional Dalam Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Pada
Pembelajaran PKn Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
|
perpustakaan.upi.edu
saat pembelajaran. Transisi pola pikir dari pendidikan Sekolah Dasar menjadikan pemikiran mereka masih terfokus pada materi, sehingga
beranggapan bahwa pelajaran PKn menuntut mereka untuk lebih menghafalkan teori dan membuat mereka merasa jenuh, hal tersebut terbukti
dengan adanya beberapa fakta sebagai berikut: 1.
Beragamnya persepsi siswa terhadap pembelajaran PKn 2.
Siswa kurang memberikan respon pada saat pembelajaran PKn berlangsung.
3. Dari pemantauan hasil observasi di dalam kelas, kurang dari 37
siswa yang aktif memberikan pertanyaan maupun tanggapan. 4.
Siswa lebih aktif ketika guru mengaplikasikan media dan model pada proses pembelajaran.
5. Siswa merasa jenuh ketika guru hanya berdiskusi dan hanya
menggunakan metode ceramah saja. Rohmah 2008,a menjelaskan bahwa keterampilan berpikir kritis
merupakan “keterampilan dengan tidak hanya berpikir tetapi berpikir untuk memperbaiki hasil mpemikiran sehingga didapat hasil pemikiran yanjg lebih
baik ”. Dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa,
peniliti bermaksud mengetahui sejauh mana implementasi kompetensi profesional pada pembelajaran PKn di SMP Negeri 15 Bandung dengan
harapan memberikan hasil positif terhadap pembelajaran PKn dalam meningkatkan berpikir kritis pada siswa.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti terdorong untuk mengadakan
penelitian yang berjudul Implementasi Kompetensi Profesional Guru Dalam Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran Pkn
Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung.
Jamaludin Akbar, 2013 Implementasi Kompetensi Profesional Dalam Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Pada
Pembelajaran PKn Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
|
perpustakaan.upi.edu
B. Rumusan Masalah