Jamaludin Akbar, 2013 Implementasi Kompetensi Profesional Dalam Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Pada
Pembelajaran PKn Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan peneliti pada siswa, guru PKn serta Kepala SMP Negeri 15 Bandung
tentang kompetensi profesional guru dalam meningkatkan berpikir krtitis siswa, maka peneliti dapat menarik beberapa kesimpulan dari setiap pertanyaan dan
fakta-fakta penelitian. Di samping itu, peneliti mengungkapkan beberapa saran yang kiranya dapat membangun dalam meningkatkan kinerja guru dan berpikir
kritis pada siswa.
A. Kesimpulan
Secara keseluruhan diketahui bahwa kompetensi profesioanl guru PKn berperan positif dalam upaya meningkatkan berpikir kritis siswa kelas VII
khususnya, dan siswa SMP Negeri 15 Bandung pada umumnya. Hal ini dapat diketahui sebagai berikut.
1. Perencanaan program pembelajaran PKn oleh guru yang memiliki
kompetensi profesional
diantaranya guru
sudah mampu
mengembangkan kerangka
dasar kurikulum,
guru telah
mengaplikasikan beban belajar sebelum masuk kedalam pembelajaran, menyusun kalender akademik dan mengembangkan silabus serta
menyusun RPP yang berlandaskan pada peningkatan berpikir kritis siswa dalam setiap materi yang akan disampaikan sebagai pedoman
dalam proses pembelajaran. Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menemukan belum maksimalnya karakter siswa yang diterapkan
sesuai RPP yang telah disusun dalam proses pembelajaran, ditemukannya kesulitan bagi guru dalam menentukan model
pembelajaran apa yang mampu meningkatkan berpikir kritis pada siswa yang akan dicapai dalam RPP.
Jamaludin Akbar, 2013 Implementasi Kompetensi Profesional Dalam Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Pada
Pembelajaran PKn Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
2. Pelaksanaan proses pembelajaran PKn oleh guru yang memiliki
kompetensi profesional dalam meningkatkan berpikir kritis siswa yaitu guru telah menguasai standar proses pembelajaran PKn di dalam kelas,
mampu mengembangkan materi pembelajaran PKn secara kreatif, mampu memanajemen kelas dalam pembelajaran PKn, dan guru sudah
menguasai standar penilaian pendidikan dalam pembelajaran PKn. Berdasarkan hasil temuan di lapangan penerapan metode pembelajaran
dengan menggunakan media sebagai model pembelajaran secara kreatif mampu memberikan stimulus positif dalam meningkatkan
berpikir kritis siswa, peneliti menemukan belum maksimalnya penguasaan media pembelajaran oleh guru, hal itu ditemukan masih
terfokus pada media gambar berupa poster. Kurangnya penguasaan guru dalam pemanfaatan teknologi dan informasi, itu dibuktikan
dengan jarangnya guru memberikan tugas melalui media sosial network serta guru masih kurang mengetahui cara memperoleh data
sebagai penunjang dalam proses pembelajaran melalui web internet. 3.
Kemampuan berpikir kritis pada siswa dalam pembelajaran PKn yaitu ditandi dengan termotivasinya siswa untuk mengemukakan pendapat,
mampu menemukan masalah-masalah aktual, berdiskusi dalam memecahkan masalah pada proses pembelajaran, memberikan
kontribusi pemecahan masalah, menyimpulkan jawaban dengan kriteria-kriteria alasan yang logis, mampu mengoreksi opsiargumen,
dan siswa mampu mengembangkan berpikir secara kreatif dalam pembelajaran PKn. Berdasarkan hasil temuan dilapangan, pemberian
materi dengan mengembangkan materi secara kreatif serta didukung dengan manajemen kelas oleh guru dengan baik mampu memotivasi
siswa dalam
mengemukakan pendapatnya.
Namun masih
ditemukannya siswa
yang merasa
takut dan
malu untuk
mengemukakan pendapatnya.
Jamaludin Akbar, 2013 Implementasi Kompetensi Profesional Dalam Meningkatkan Berpikir Kritis Siswa Pada
Pembelajaran PKn Studi Deskriptif Siswa Kelas VII SMP Negeri 15 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
4. Program-program sekolah dalam meningkatkan kompetensi
profesional guru
diantaranya sekolah telah
mengembangkan kompetensi profesional guru dengan mengikutsertakan para guru
mengikuti sertifikasi guru, mengikuti sertifikasi kepala sekolah, sekolah mengadakan pembinaan dan pelayanan terhadap guru PKn
dengan menjadi supervisi penilaian terhadap kinerja guru PKn, mengumpulkan administrasi pembelajaran oleh guru PKn kepada
sekolah, mengadakan pelatihan dengan mengadakan acara pembinaan disekolah, mengikutsertakan guru PKn pada pelatihan-pelatihan yang
menunjang untuk meningkatkan kompetensi profesional guru. Serta mengikutsertakan guru PKn dalam kegiatan PPDKB di sekolah. Dalam
hal ini, peneliti belum menemukan program yang menerapkan program pelatihan komputerisasi bagi para guru, reward kepada guru yang
berprestasi, tidak adanya ruangan khusus dalam menunjang pembelajaran PKn.
A. SARAN