12
ini besar kemungkinan siswa akan meninggalkan perbuatan jelek hanya karena takut, bukan karena keinsyafan bahwa perbuatannya memang
terbentuk dari kata hatinya.
11
Berdasarkan beberapa pendapat yang di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan atau maksud dari hukuman ialah mencegah dan mengoreksi anak
sekaligus memberi kesadaran bagi anak untukmengenal dan mengetahui kesalahannya dan mau memperbaiki tabiat dan tingkah laku kesehariannya
di sekolah.
3 Fungsi Hukuman
Fungsi hukuman selain alat pendidikan yang dapat membantu tercapainya tujuan pendidikan, dapat pula menjadi alat motivasi bagi siswa,
sebagaimana yang diungkapkan oleh Amir Daein Indrakusuma, sebagai berikut:
Hukuman walaupun alat pendidikan yang tidak menyenangkan, alat pendidikan yang bersifat negatif, namun dapat pula menjadi alat motivasi,
alat pendorong untuk mempergiat belajar. Siswa yang pernah mendapat hukuman oleh karena kelalaian, karena tidak mengerjakan tugas, maka ia
akan berusaha untuk dapat selalu memenuhi tugas-tugas belajarnya, agar terhindar dari hukuman. Hal ini berarti ia didorong untuk selalu belajar
membiasakan dan bertingkah laku baik.
12
d. Prinsip dan Syarat-Syarat Hukuman 1 Prinsip-Prinsip Hukuman dalam Pendidikan
a Prinsip Psikologis kejiwaan
Setiap guru berkewajiban mencermati tingkah laku siswanya, baik dari segi tabiat, pembawaan, kesenangan, akhlak dan kejiwaannya. Guru yang
bersangkutan bertugas mengenal semua siswanya lebih dekat agar dapat
11
M.Ngalim Purwanto,Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Bandung: Remaja Rosdakarya,2007,Cet.18, h.188
12
Amir Daien Indrakusuma, Ilmu Pendidikan Islam, Surabaya: Usaha Nasional, 1979, Cet.I, h. 165
13
melayani mereka dengan layanan yang sesuai, sehingga tidak terjadi pemberian hukuman kepada mereka
Suatu hukuman mungkin cocok untuk seorang siswa, namun bukan berarti cocok pula buat siswa lainnya. Sebagaimana ungkapan Al-Ghazali: Bila
dokter mengobati seluruh pasiennya dengan satu macam obat saja, tentu banyak dari mereka yang akan mati. Begitu juga bila seorang guru
membawakan satu macam metode, sistem dan latihan kepada seluruh siswa tentu banyak pula dari mereka yang akan rusak dan mati jiwanya serta
tumpul semangat berfikirnya, seharusnya para guru lebih dulu meneliti sifat, watak, umur, dan lingkungan siswanya, barulah ditetapkan pola asuh,
latihan dan metode yang harus dibawakan kepada tiap-tiap siswa.
13
b Prinsip Kasih Sayang
Salah satu syarat hukuman secara paedagogis ialah hukuman diberikan atas dasar cinta kasih sayang.
14
Ini berarti siswa kadangkala dihukum bukan atas dasar benci atau ingin menyakitinya, atau karena ingin balas dendam.
Guru memberikan hukurman demi kebaikan siswa, demi kepentingan dan masa depan meraka. Oleh karena itu setelah hukuman diberikan,
diupayakan terciptanya suasana kasih sayang antara guru dan siswa.
c Prinsip keadilan
M. Ngalim Purwanto berpendapat bahwa, “dalam menghukum hendaklah kita bersikap adil.
15
Hal yang sama dikemukan Charles Schaefer bahwa untuk kepentingan keadilan, tetaplah diingat untuk mempertimbangkan hal-
hal sebagai berikut : pelanggaran pertama atau sudah beberapa kali, pelanggaran karena dorongan yang tiba-tiba, tingkah laku yang umum dan
pelanggaran karena tekanan-tekanan atau situasi tertentu.
16
13
Nasharuddin Thaha, Tokoh-Tokoh Pendidikan Islam di Zaman Jaya, Jakarta : Mutiara, 1997, h. 43.
14
M. Ngalim Purwanto, loc.cit, h. 91
15
Ibid, H. 92
16
. Charles Schaeffer, loc.cit, h. 18
14
Pandangan di atas menjelaskan bahwa seorang guru dalam memberikan hukuman terhadap siswanya tidak membeda-bedakan status sosialnya,
seperti anak orang kaya, anak saudara atau anak sendiri dan sebagainya. Hukuman yang diberikan sepadan dengan besarnya kesalahan yang
diperbuat oleh siswa dan disesuaikan dengan pribadi dan watak yang bersangkutan.
d Prinsip keharusan atau keterpaksaan
Hukuman bukan satu-satunya alat dan bukan pula alternatif pertama yang harus dilakukan pendidik terhadap peserta didik yang melakukan
pelanggaran. Hal ini berarti bahwa penggunaan hukuman sebagai alat pendidikan didasari adanya unsur keharusan, yaitu bila keadaan memaksa
untuk rnenggunakan hukuman sedangkan cara yang lain sudah ditempuh, akan tetapi siswa tetap saja melakukan pelanggaran.
e Prinsip tanggungjawab
M. Ngalim Purwanto mengemukakan pendapat bahwa, hukuman yang kita berikan kepada siswa hendaknya dapat menimbulkan rasa tanggung
jawab pada nya.
17
Ini berarti bahwa hukuman yang diberikan dapat membuat siswa lekas insaf dan menyadari kesalahannya, bukan malah tidak
mengakui kesalahannya dan melemparkan kesalahan itu kepada orang lain, dalam arti tidak berani bertanggung jawab atas perbuatannya.Penerapan
hukuman dimaksud juga tidak diartikan sewenang-wenang, hanya karena guru atau orang tua di rumah agak bebas menerapkan hukuman.Situasi
semacam ini merupakan suatu kesempatan yang dipergunakan oleh guru untuk mengajari siswa senantiasa berani memikul tanggung jawab atas
segala perbuatan yang dilakukannya.
2 Syarat-Syarat Hukuman dalam Pendidikan
Agus Sujanto
dalam bukunya
yang berjudul
Psikologi Perkembanganmerumuskan tentang syarat-syarat hukuman yang mendidik,
17
M.Ngalim Purwanto, op.cit.,h.191
15
yaitu : a Hukuman dapat menimbulkan rasa bersalah bagi yang bersangkutan,
b Hukuman dapat menimbulkan rasa kesadaran bagi si terhukum, c Hukuman berakhir dengan pengampunan.
18
Menurut M. Ngalim Purwanto, syarat-syarat hukuman yang paedagogis itu antara lain :
1. Tiap-tiap hukuman dapat dipertanggung jawabkan. Ini berarti hukuman tidak boleh dilakukan dengan sewenang-wenang, tetapi harus dilandasi
dengan kasih sayang. 2. Hukuman itu sedapat-dapatnya rnemperbaiki yang berarti bernilai
mendidik. 3. Hukuman tidak boleh bersifat ancaman atau pembalasan dendam yang
bersifat perorangan, karena hukuman yang demikian tidak memungkinkan adanya hubungan baik antara pendidik dengan anak didiknya.
4. Hukuman jangan diberikan sewaktu sedang marah, sebab jika demikian kemungkinan besar hukuman itu tidak adil atau terlalu berat.
5. Tiap-tiap hukuman diberikan dengan sadar dan diperhitungkan terlebih dahulu.
6. Bagi siswa, hukuman itu dirasakan sendiri sebagai kedukaan atau penderitaannya sehingga siswa merasa menyesal dan menyadari untuk tidak
mengulangi lagi. 7. Hukuman jangan diterapkan pada badan, karena hukuman badan tidak
meyakinkan adanya perbaikan pada siterhukum, tetapi sebaliknya hanya menimbulkan dendam atau sikap suka melawan.
8. Hukuman tidak boleh merusak hubungan baik antara guru dengan siswanya. 9. Sehubungan dengan butir di atas, maka perlulah adanya kesanggupan
memberi maaf dari guru sesudah menjatuhkan hukuman dan setelah siswa menginsafi kesalahannya.
19
Berdasarkan uraian di atas dijelaskan bahwa pendidik dalam menjatuhkan hukuman kepada anak didik yang bersalah tidak dapat bertindak
sesuka hati, tetapi harus diberikan dengan adil, sesuai dengan kepribadian anak didik, harus ada hubungannya dengan kesalahan dan bagi si pendidik sanggup
memberi maaf setelah hukuman itu dijatuhkan.
e. Macam-Macam Hukuman Dalam Pendidikan