terhormat yakni bahwa sifat ini menjadikan sesuatu itu dicari dan dicintai, baik dicintai oleh satu orang maupun sekelompok orang, contoh hal itu
adalah nasab bagi orang-orang terhormat mempunyai nilai yang tinggi, ilmu bagi ulama` mempunyai nilai yang tinggi dan keberanian bagi
pemerintah mempunyai nilai yang dicintai dan sebagainya.
52
Nilai Agama berhubungan antara manusia dengan tuhan, kaitannya dengan pelaksanaan perintah dan larangannya. Nilai agama
diwujudkan dalam bentuk amal perbuatan yang bermanfaat baik didunia maupun di akhirat, seperti rajin beribadah, berbakti kepada orangtua,
menjaga kebersihan, tidak berjudi dan tidak meminum-minuman keras, dan sebagainnya. Bila seseorang melanggar normakaidah agama, ia akan
mendapatkan sanksi dari Tuhan sesuai dengan keyakinan agamanya masing-masing. Oleh karena itu,tujuan norma agama adalah menciptakan
insan-insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dalam pengertian mampu melaksanakan apa yang menjadi perintah dan
meninggalkan apa yang dilarangannya. Dalam surat Al-Imran ayat 104 menjelaskan:
.
52
Nurcholish Majdjid, Masyarakat Religius Membumikan Nilai-Nilai Islam Dalam Kehidupan Masyarakat Jakarta: Yayasan Wakaf Paramadina,2000, h. 98-100.
Artinya: ”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan
mencegah dari yang mungkar” Adapun kegunaan nilai agama, yaitu untuk mengendalikan
sikap dan perilaku setiap manusia dalam kehidupannya agar selamat di dunia dan di akhirat.
53
4. Bentuk-Bentuk Nilai Agama Islam
Bentuk-bentuk nilai agama Islam terbagi ke dalam tiga bagian yakni yang berkaitan dengan akidah, ibadah dan akhlak.
a Akidah
Secara etimologi, aqidah berasal dari aqada- ya’qidu aqadan-
aqidatan. Aqadan berarti simpul, ikatan, perjanjian yang kokoh. Setelah terbentuk menjadi aqidah berarti keyakinan. Relevansi aqadan
dan aqidah adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat.
54
Secara terminologi Ibnu Tarmiyah menjelaskan bahwa aqidah adalah sebagai suatu perkara yang harus dibenarkan dalam hati,
dengan jiwa tenang, sehingga jiwa itu menjadi yakin dan mantap tanpa ada keraguan. Serta Al Bana mendefinisikan bahwa aqidah sebagai
sesuatu yang seharusnya hati membenarkanya, sehingga menimbulkan
53
Lana Umma, “nilai dan norma dalam kehidupan.” Artikel ini diakses pada 17 januari 2014 dari
http:lanats46.blogspot.com201103nilai-dan-norma-dalam-kehidupan
54
Yunahar Ilyas, Kuliah Aqidah Islam, Yogyakarta: LPPI, 2005, h. 1
ketenagan jiwa dan menjadikan kepercayaan bersih dari kebingaungan dan keraguan.
55
b Ibadah
Secara etimologi dijelaskan bahwa ibadah berasal dari bahasa Arab yaitu al- ibadah, yangartinya pengabdian, penyembahan,
ketaatan, menghinakanmerendahkan diri dan do’a. Secara terminologi pengertian ibadah menurut Hasby Ash
Shiddeeqy yaitu segala taat yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah dan mengharap pahala-Nya di akhirat.
56
c Akhlak
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa bearti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan
tabiat.
57
Sedangkan menurut pendekatan secara terminologi, berikut ini beberapa pakar mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut:
1. Ibn Miskawaih Bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang
yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dahulu.
58
55
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, h. 306
56
Hasby Ash Shiddiqy, Kuliah Ibadah, Semarang : PT Pustaka Rizki Putra, 2000, cet. ke-1, h. 5
57
A Mustafa, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Pustaka Setia, 1999, Cet. III, h. 11.
58
Zahrudin AR, Pengantar Ilmu Akhlak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2004. Cet ke-1 h. 4