ketenagan jiwa dan menjadikan kepercayaan bersih dari kebingaungan dan keraguan.
55
b Ibadah
Secara etimologi dijelaskan bahwa ibadah berasal dari bahasa Arab yaitu al- ibadah, yangartinya pengabdian, penyembahan,
ketaatan, menghinakanmerendahkan diri dan do’a. Secara terminologi pengertian ibadah menurut Hasby Ash
Shiddeeqy yaitu segala taat yang dikerjakan untuk mencapai keridhaan Allah dan mengharap pahala-Nya di akhirat.
56
c Akhlak
Kata akhlak berasal dari bahasa Arab, jamak dari khuluqun yang menurut bahasa bearti budi pekerti, perangai, tingkah laku dan
tabiat.
57
Sedangkan menurut pendekatan secara terminologi, berikut ini beberapa pakar mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut:
1. Ibn Miskawaih Bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang
yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dahulu.
58
55
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004, h. 306
56
Hasby Ash Shiddiqy, Kuliah Ibadah, Semarang : PT Pustaka Rizki Putra, 2000, cet. ke-1, h. 5
57
A Mustafa, Akhlak Tasawuf, Jakarta: Pustaka Setia, 1999, Cet. III, h. 11.
58
Zahrudin AR, Pengantar Ilmu Akhlak, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada 2004. Cet ke-1 h. 4
2. Imam Al-Ghazali Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa
yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika
sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dar segi akal dan syara, maka ia disebut akhlak yang baik.
Dan begitupun sebaliknya.
59
5. Faktor yang memengaruhi nilai-nilai Agama
Di dalam usaha membentuk tingkah laku sebagai pencerminan nilai-nilai hidup tertentu ternyata bahwa faktor lingkungan memegang
peran penting. Diantara segala unsur lingkungan sosial yang berpengaruh, yang tampaknya sangat penting adalah unsurr lingkungan berbentuk
manusia yang langsung dikenal atau dihadapi oleh seseorang sebagai perwujudan dari nilai-nilai tertentu. nilai hidup tertentu dan moral makin
kuat pula pengaruhnya untuk membentuk meniadakan tingkah laku yang sesuai.
60
59
. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, PT. Mitra Cahaya Utama, 2005, Cet ke-2,
h. 29
60
EmmaSoraya, “nilai, moral dan Agama.” Artikel ini diakses pada 17 januari 2014 dari http:www.perkembangan.45.blogspot.com 201212normal-0-false-false-en-us-x-none
37
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Perkembangan Rohis
1. Sejarah Perkembangan Rohis di Indonesia
Rohis sudah dikenal oleh masyarakat sejak lama. Namun, sampai saat ini penulis belum menemukan rujukan kapan jelasnya Rohis muncul
di indonesia hingga penggagasnya. Akan tetapi, cikal bakalnya berkembang pada awal tahun 1980-an ditengah tindakan refresif
pemerintah terhadap perkembangan pendidikan Islam. Terbukti ketika itu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan saat itu
melalui Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah mengeluarkan SK Nomor 52KepD1982 tentang pengaturan pakaian sekolah yang didalamnya
termaktub larangan untuk memakai jilbab disekolah negeri. Kemudia banyak perkumpulan Pelajar Muslim yang Protes. Dari situlah bibit-biit
Rohis mulai terlihat.
55
Memang dalam perjalanannya Rohis sering mendapatkan batu sandungan misalnya, dikaitkan dengan beberapa kasus yang kontroversial
misalnya dikaitkan dengan kasus terorisme dan NII Negara Islam Indonesia. Salah satunya, ketika stasiun televisi Metro TV menyebut
Rohani Islam atau Rohis sebagai pintu masuk teroris di sekolah-sekolah.
55
Prayoga , “Rohis dan Perjuanganya.” Artikel ini diakses pada 17 januari 2014 dari
http:andhikaprayoga21.blogspot.com201209rohis-dan-perjuangannya.html