C. Pembelajaran Konstruktivistik
Pembelajaran konstruktivistik merupakan suatu teori yang menganggap bahwa belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan
melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya siswa akan cepat memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangun atas dasar realitas yang ada di
dalam masyarakat.
Konsekuensinya pembelajaran
harus mampu
memberikan pengalaman nyata bagi siswa. Jadi, dalam hal ini siswa dituntut harus aktif dalam melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan
memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Siswa sendirilah yang bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Mereka sendiri juga
yang membuat penalaran dari apa yang mereka pelajari, dengan cara mencari makna, membandingkan apa yang telah mereka dapatkan dengan
penemuan baru mereka, serta menyelesaikannya. Suparno, 2007. Menurut filsafat konstruktivisme, pengetahuan adalah bentukan
kita sendiri yang sedang menekuninya von Glasersfeld dalam Suparno, 2007. Jadi, jika yang sedang menjalaninya adalah seorang siswa, maka
yang menjadi pembentuk pengetahuan itu adalah siswa sendiri. Dalam membentuk pengetahuan, setiap siswa dapat berbeda-beda, tergantung
bagaimana siswa menangkap apa yang sedang dia dapatkan dari pelajaran di kelas atau di tempat dia bisa menerima pengetahuan. Suparno, 2007.
Orang membentuk pengetahuannya pertama-tama melalui indra. Dengan melihat, mendengar, menjamah, membau dan merasakan, orang membentuk
pengetahuan tentang hal tersebut. Suparno, 2007.
D. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooeperatif bukanlah gagasan baru dalam dunia pendidikan, namun sebelumnya metode ini hanya digunakan oleh beberapa
guru untuk tujuan tertentu saja, seperti tugas-tugas dan laporan kelompok Slavin, 2005. Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai metode
pengajaran, dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama dalam mempelajari materi pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok- kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang
telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam
proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi
pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah. Ada banyak alasan mengapa pembelajaran kooperatif menjadi jalur
utama dalam praktik dunia pendidikan. Salah satunya adalah berdasarkan penelitian dasar yang dirangkum dalam buku Slavin. 2005. Cooperative
Learning. Teori, Riset dan Praktik yang mendukung penggunaan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pencapaian prestasi belajar
siswa, dan akibat-akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan
hubungan siswa dengan siswa dalam kelompok maupun antar kelompok. Alasan lainnya adalah tumbuh kesadaran bahwa siswa perlu belajar untuk
berpikir, menyelesaikan masalah, serta mengaplikasikan pengetahuan mereka. Slavin, 2005.
E. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT