Peningkatan pemahaman belajar siswa mengenai usaha dan energi menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada siswa kelas XII IPA SMA Kristen Sinar Kasih Sintang.
i
PENINGKATAN PEMAHAMAN BELAJAR SISWA MENGENAI USAHA DAN ENERGI MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT PADA SISWA KELAS XII IPA SMA KRISTEN
SINAR KASIH SINTANG
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun oleh :
Wan Hendrianus ( 071424008 )
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2013
(2)
(3)
(4)
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Takut akan TUHAN adalah permulaan pengetahuan.
Tetapi orang bodoh menghina hikmat dan didikan.
(Amsal, 1:7
)
Arahkanlah perhatianmu pada didikan,
dan telingamu pada kata-kata pengetahuan.
(Amsal, 23:12)
Kupersembahkan dengan segenap hati, teristimewa
Tuhan Yesus kristus
Keluargaku Tercinta
Seorang Terkasih
Sahabat, Alamamater dan semua teman-temanku
Terimakasih untuk semua doa, perhatian dan dukungan serta rasa sayang yang kalian
berikan kepadaku
(5)
(6)
(7)
vii ABSTRAK
Wan Hendrianus. 2012. Peningkatan Pemahaman Belajar Siswa Mengenai Usaha dan Energi Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Ttipe NHT pada siswa Kelas XII IPA SMA Kristen Sinar Kasih Sintang. Skripsi S-1. Yogyakarta. Pendidikan Fisika. JPMIPA. FKIP. Universitas Sanata Dharma.
Penelitian ini merupakan penelitian gabungan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa mengenai konsep-konsep usaha dan energi dengan metode cooperatif learning
tipe NHT. Untuk membandingkan adanya peningkatan pemahaman siswa atau tidak, peneliti membandingkan nilai tes siswa ketika belum dilakukan proses pembelajaran dengan nilai tes siswa ketika sudah dilakukan proses pembelajaran.
Penelitan ini dilakukan di SMA Kristen Sinar Kasih Sintang, pada bulan Juli 2012. Partisipan ada siswa siswi kelas XII IPA.
Penelitian ini mencakup empat tahap, yang terdiri dari menyiapkan instrumen pembelajaran, siswa mengerjakan soal pre test, proses pembelajaran aktif dengan tipe NHT dan siswa mengerjakan soal post test. Masing-masing masing soal pretest dan postest adalah 10 soal yang berhubungan dengan konsep usaha dan energi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terjadi peningkatan pemahaman siswa mengenai konsep usaha dan energi; (2) pemahaman siswa setelah proses pembelajaran adalah masuk dalam kategori paham.
(8)
viii ABSTRACT
Wan Hendrianus. 2012. The Increasing of Student’s Understanding about
work and energy concepts with cooperative learning method (NHT type) to the 12th Grade Students of Sinar Kasih Senior High School, Sintang. Yogyakarta: Physics Education. Departemant of mathematics and Scince Education. Faculty of Teacher Trainning and Education. Sanata Dharma University.
This research was combination of quantitative and qualitative research.
The purpose of this research is to find out the increasing of the student’s
understanding about work and energy concepts with cooperative learning method (NHT type).
To compare is there any increasing of student’s understanding or not,
researcher compare the student’s test score before learning process with after learning process.
This research took place in SMA Kristen Sinar Kasih Sintang on July 2012. The participant was the student of grade XII IPA.
This research contained of four phase: prepared the instrument of learning, the student worked pre-test, active learning process with NHT type, and the student worked post-test. Each pre-test and post-test have ten questions that connect with work and energy concept.
The result of research are (1) there is an increasing in student’s
understanding about work and energy concept, (2) student’s understanding after
learning process include in understand category.
(9)
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus atas segala berkat dan
penyertaan-NYA kepada penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan.
Dalam proses penyusunan skripsi ini penulis juga mendapat banyak
bantuan, dukungan serta dorongan semangat dari berbagai pihak yang sangat
berharga bagi penulis. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Romo Dr. Ir. P Wiryono Priyotamtama, S.J., selaku Rektor Universitas
Sanata Dharma.
2. Bapak Rohandi, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Drs. Aufridus Atmadi, M.Si, selaku Ketua Jurusan Pendidikan
Matematika dan IPA.
4. Bapak Drs. Domi Severinus, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi.
Terima kasih atas waktu dan dukungan serta bimbingan bapak, sehingga
penulis dapat smenyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Fr. Kartika Budi, M.Pd, selaku dosen pembimbing akademik,
terima kasih telah membimbing penulis dalam studi selama menjadi
mahasiswa.
6. Segenap dosen FKIP Universitas Sanata Dharma, khususnya dosen
(10)
x
penulis mengikuti perkuliahan, serta staff non akademik yang telah
memberikan bantuan kepada penulis.
7. Bapak Rizal Rogate, S.P, selaku Kepala Sekolah SMA Kristen Sinar Kasih
Sintang yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan penelitian.
8. Seluruh siswa-siswi kelas XII IPA SMA Kristen Sinar Kasih Sintang atas
partisipasi dan kerja samanya.
9. Bapakku tercinta Yunus, S.Pd.K dan Mamaku tercinta Magdalena N,
terima kasih atas doa, dukungan dan cinta yang kalian berikan untukku
hingga aku bisa menjadi seperti ini.
10.Adikku Lensius Putrawinata, S.Pd, yang telah bersama-sama denganku
menimba ilmu di Universitas Sanata Dharma sampai saat ini, terima kasih
dukungannya.
11.Andri Febyanto Wibowo, S.E, terima kasih atas dukungan selama ini
kepada penulis, sehingga penulis mampu dan kuat dalam menyelesaikan
skripsi ini.
12.Teman-teman satu kelompok bimbingan Usy, Jane, dan Christin, terima
kasih karena kalian telah berjuang bersamaku sampai kita bisa
menyelesaikan skripsi kita ini, banyak sekali kisah dan pengalaman yang
penulis dapatkan ketika bersama-sama kalian.
13.Sahabat-sahabatku Lulik, Angela, Wahtini, Erni, Eko akhirnya aku
menyusul kalian. Teman-teman P.Fis 2007, angkatan bawah; Mitha, Nofi,
Ari, Leo, Eka, Katrin, Yeni, Incez, Yanti terima kasih dukungannya.
(11)
xi
14.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu di sini. Terima
kasih atas dukungan kalian semua, baik itu berupa semangat kebersamaan,
waktu bahkan rupiah yang telah kalian gunakan untuk mendukung penulis
sampai penulis menyelasikan skripsi ini.
Peneliti menyadari penulisan skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu dengan kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran dari
pembaca yang membangun serta menunjang kesempurnaan skripsi ini. Penulis
berharap semoga skripsi ini bisa bermanfaat bagi banyak pihak serta menunjang
kemajuan pendidikan di negara ini.
Penulis
(12)
xii DAFTAR ISI
halaman
HALAMAN JUDUL ... ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KARYA ………... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
(13)
xiii
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II DASAR TEORI ... 6
A. Hakekat Fisika ... 6
1. Kontruktivisme Psikologis Personal (Peaget) ... 6
2. Sosiokulturalisme (Vygotsky) ... 7
B. Hasil Belajar ... 8
C. Pembelajaran Konstruktivistik ... 11
D. Pembelajaran Kooperatif ... 12
E. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT ... 13
F. Usaha dan Energi ... 18
1. Usaha ... 18
2. Daya ... 19
3. Konsep Energi ... 19
4. Energi Kinetik ... 20
5. Energi Potensial Gravitasi ... 21
BAB III METODE PENELITIAN ... 23
A. Jenis Penelitian ... 23
B. Subjek Penelitian ... 24
C. Instrumen Penelitian ... 24
1. Instrumen untuk Memperoleh Data ... 24
a. Pretest ... 24
(14)
xiv
2. Instrumen Pembelajaran ... 26
D. Validitas ... 26
E. Teknik Pengumpulan Data ... 26
1. Pretest ... 26
2. Posttest ... 26
F. Analisis Data ... 27
1. Analisis Kualitatif ... 27
2. Analisis Kuantitatif ... 28
G. Proses Penelitian ... 29
1. Tahap Observasi ... 29
2. Tahap Proses Penelitian ... 30
3. Tahap Evaluasi ... 30
H. Skema Penelitian ... 31
BAB IV DATA DAN ANALISIS DATA ... 32
A. Deskriptif Pelaksanaan Penelitian ... 32
B. Data ... 35
1. Hasil Pretest ... 36
2. Hasil Posttest ... 37
C. Analisis ... 38
1. Analisis Kuantitatif ... 38
(15)
xv
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 91
A. Kesimpulan ... 80
B. Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ... 82
(16)
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Besaran dan Satuannya ... 18
Tabel 2.2 Satuan Energi ... 20
Tabel 2.3 Energi Potensial dan Satuannya ... 22
Tabel 3.1 Rentang skor pemahaman siswa ... 28
Tabel 4.1 Data Hasil Pretest ... 36
Tabel 4.2 Data Hasil Posttest ... 37
Tabel 4.3 Data Skor Gabungan ... 39
Tabel 4.4 Skoring Pretes ... 43
Tabel 4.5 Kualifikasi Pemahaman Awal Siswa ... 45
Tabel 4.6 Skoring Postest ... 46
Tabel 4.7 Kualifikasi Pemahaman Akhir Siswa ... 48
Tabel 4.8 Variasi Jawaban Pretest ... 50
Tabel 4.9 Variasi Jawaban Postest ... 65
(17)
xvii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Gaya pada yang bekerja pada balok balok ... 18
(18)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Anggapan bahwa pikiran anak seperti kertas putih kosong yang
siap diberi coretan oleh gurunya sepertinya kurang tepat, apalagi jika
diterapkan oleh para pendidik saat ini. Paradigma tersebut membuat para
siswa cenderung pasif karena guru cenderung menggunakan
metode-metode yang kurang melibatkan siswa di dalam kegiatan pembelajaran
tersebut. Bahkan kondisi belajar yang seperti ini masih saja didapatkan
hampir di setiap sekolah baik tingkat dasar maupun tingkat menengah,
keadaan seperti ini bisa menghambat kemajuan siswa untuk berkembang.
Jika kita melihat kepada keadaan yang sebenarnya di lapangan,
anggapan bahwa pelajaran IPA terutama fisika itu sulit masih saja kerap
dijumpai. Siswa sering berkata: “Fisika itu sulit, banyak rumusnya”. Hal
seperti ini masih saja kita jumpai sampai sekarang, jika pandangan ini
terus dibiarkan dan tidak ada tindakan penanggulangan yang baik dan
sesuai dengan siswa, maka tidak menutup kemungkinan kalau siswa akan
terus beranggapan fisika itu sulit. Bila dalam paradigma lama guru adalah
sumber segalanya dan merekalah yang aktif untuk memberi pelajaran
dengan system bank (guru aktif, siswa pasif; guru memberi, siswa diberi; guru tahu, siswa tidak tahu; guru mengajar dan siswa mengajar)
(19)
Setiap siswa tentu ingin mencapai prestasi belajar yang maksimal.
Prestasi belajar yang maksimal merupakan jalan yang dapat memudahkan
proses kelanjutan studi dan pencapaian cita-cita walaupun usaha itu tidak
selalu mudah. Tidak sedikit siswa mengalami berbagai hambatan atau
kesulitan dalam proses belajar mereka. Hambatan atau kesulitan belajar
tentu saja dapat mengakibatkan kegagalan dalam mencapai prestasi yang
maksimal. Kesulitan tersebut dapat mengakibatkan mereka gagal dalam
mencapai prestasi maksimal yang merupakan persyaratan untuk
menduduki tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Sama halnya dengan
usaha untuk mencapai prestasi belajar yang maksimal, usaha untuk
mengatasi kesulitan belajar pun tidak mudah dilakukan. Hal ini disebabkan
proses belajar merupakan suatu proses yang kompleks dan dipengaruhi
banyak faktor. Jelaslah bahwa untuk mencapai prestasi belajar maksimal
dan juga untuk dapat mengatasi kesulitan belajar, seorang siswa harus
memahami dulu proses belajar dan seluruh faktor yang mempengaruhinya.
Umumnya siswa sangat memerlukan suatu metode yang sederhana,
praktis serta mudah diterapkan untuk dapat belajar secara efektif dan
mengatasi berbagai kesulitan belajar yang mereka alami. Model
pembelajaran kooperatif sangat tepat untuk diterapkan dalam keadaan
yang seperti itu, dimana model pembelajarannya siswa diberi tanggung
jawab masing-masing untuk berpikir, bertindak dan melakukan apa yang
seharusnya siswa lakukan saat proses belajar berlangsung. Dalam
(20)
mengembangkan ilmunya secara maksimal dan keaktifan mereka di kelas
maupun diluar kelas.
Model pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam
metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari mata pelajaran
(Slavin, 2005:4). Jadi pembelajaran kooperatif muncul dari suatu tradisi
pendidikan yang berpikir dan bertidak secara demokratis, pembelajaran
aktif dan menghormati perbedaan dalam masyarakat multi budaya.
Pembelajaran kooperatif dapat merubah peran guru sebagai pengajar
menjadi pengelola aktivitas bagi siswanya di dalam kelompok kecil.
Sehingga siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi yang
mereka miliki bersama-sama di dalam kelompoknya masing-masing.
Pembelajaran kooperatif bukanlah gagasan baru dalam dunia pendidikan,
tetapi sebelum masa belakangan ini, metode hanya digunakan oleh
beberapa guru saja dan dengan untuk tujuan tertentu, seperti tugas laporan.
(Slavin, 2005:4).
NHT adalah metode pembelajaran kooperatif yang digagas oleh
Russ Frank, seorang guru pada Chaparral Middle School di Diamond bar,
California (Slavin, 2005: 255). NHT atau menomori orang bersama pada
dasarnya adalah varian dari Group Discussion; pembelokannya yaitu
hanya ada satu siswa yang akan mewakili kelompoknya namun belum
diberi tahu sebelumnya siapa. Jadi kalau seperti ini akan melibatkan total
(21)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah dalam penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pemahaman awal siswa pada materi pokok usaha dan
energi sebelum diajarkan dengan menggunakan model Pembelajaran
Kooperatif tipe NHT?
2. Bagaimanakah pemahaman akhir siswa pada materi pokok usaha dan
energi setelah diajarkan dengan menggunakan model Pembelajaran
Kooperatif tipe NHT?
3. Bagaimana peningkatan pemahaman siswa pada materi pokok usaha
dan energi setelah diajarkan dengan menggunakan model
Pembelajaran Kooperatif tipe NHT?
C. Tujuan Penelitian
1. Secara eksplisit, tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan
pemahaman siswa pada materi pokok usaha dan energi dengan
menggunakan model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT.
2. Secara implisit penelitian ini bertujuan:
a. Untuk mendiskripsikan hambatan-hambatan apa saja yang dialami
siswa dalam pembelajaran fisika di kelas.
b. Untuk mendeskripsikan manfaat dari penggunaan model
(22)
c. Untuk mendeskripsikan sejauh mana model Pembelajaran
Kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam
pembelajaran fisika.
D. Manfaat Penelitian
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi guru diharapkan mampu mengembangkan kemampuan
perencanaan dan penggunaan metode belajar fisika yang kreatif dan
menyenangkan, untuk memperbaiki dan mengembangkan mutu
pembelajaran fisika.
2. Siswa semakin termotivasi untuk belajar karena setiap siswa bisa
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran sehingga suasana
pembelajaran semakin variatif dan tidak terpaku.
3. Dapat memberikan masukan yang berarti kepada pihak sekolah dalam
rangka perbaikan dan peningkatan mutu pembelajaran.
4. Peneliti dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan tentang
(23)
6 BAB II DASAR TEORI
A. Pembelajaran Fisika
Dalam pendidikan fisika dua aliran konstruktivisme banyak
digunakan dan bahkan digabungkan, yaitu konstruktivisme yang lebih
personal (Piaget) dan yang lebih sosial (Vygotsky). Konstruktivisme
psikologis personal ditemukan oleh Piaget. Sedangkan yang lebih sosial
disebut sosiokulturalisme ditemukan oleh Vygootsky.
Bagi kaum konstruktivis, belajar adalah proses yang aktif dimana
siswa membangun sendiri pengetahuannya. Siswa mencari sendiri arti dari
apa yang mereka pelajari. Siswa sendirilah yang bertanggung jawab
terhadap hasil belajarnya. Mereka sendiri juga yang membuat penalaran dari
apa yang mereka pelajari, dengan cara mencari makna, membandingkan apa
yang telah mereka dapatkan dengan penemuan baru mereka, serta
menyelesaikannya (Suparno, 2007). Pembelajaran merupakan suatu proses
belajar untuk membangun pengetahuan melalui belajar di kelas maupun
pengalaman nyata dari lapangan.
1. Kontruktivisme Psikologis Personal (Peaget)
Kontruktivisme Psikologis Personal (Peaget) diawali oleh Peaget
bagaimana seorang anak membangun pengetahuan kognitifnya. Dalam
(24)
pengetahuannya sendiri. Dia lebih mengarahkan kepada bagaimana si anak
secara pribadi membangun pengetahuan yang dia dapatkan dari interaksinya
dengan apa yang dia dapatkan dari pengalaman dan objek yang dihadapi.
(Suparno, 2007).
Kontruktivisme Psikologis Personal inilah yang dibanyak negara
dan tempat banyak memunculkan sekolah yang individual, dimana dalam
sekolah ini setiap anak diberi kebebasan untuk berkembang dan belajar
menurut kemampuan serta pemahaman dirinya sendiri. Misalnya dalam
kasus belajar fisika, mereka diberi kebebasan untuk sendiri, memahami
sendiri sampai siswa benar-benar tahu dan mengerti semuanya dari apa yang
mereka dapatkan sendiri-sendiri. (Suparno, 2007).
2. Sosiokulturalisme (Vygotsky)
Dalam penelitiaannya, Vygotsky lebih menekankan pada
pentingnya interaksi dengan orang lain, apalagi dengan orang yang
mempunyi lebih banyak pengetahuan yang lebih baik dan telah berkambang
dengan baik. (Cobb dalam Suparno, 2007). Itulah dalam dunia pendidikan,
siswa perlu berinteraksi dengan para guru ataupun ahli fisika yang lebih
berpengalaman dan terlibat langsung dengan dunia fisika. Misalnya, siswa
disuruh menemui ilmuwan atau ahli yang bekerja dalam bidang fisika
astronomi, siswa disuruh bertanya langsung pada para ahli astronomi
(25)
Menurut sosiokulturalis, kegiatan seseorang dalam mengerti
sesuatu selalu dipengaruhi oleh partisipasinya dalam praktik-praktik sosial
dan kultur yang ada, seperti sekolah, masyarakat, teman, dll. (Cobb dalam
Suparno, 2007). Masyarakat juga dapat membantu siswa mengerti, tetapi
bisa juga membuat siswa tidak mengerti atau menjadi penghalang untuk
siswa berkembang. Misalnya, di dalam masyarakat sangat antusias terhadap
perkembangan fisika, maka hal ini dapat memacu siswa untuk lebih
bersemangat lagi belajar fisika. Belajar bersama teman di kelas dalam
kelompok-kelompok kecil membahas tentang fisika juga dapat
meningkatkan pengetahuan siswa. Karena di sini mereka akan saling
bertukar pendapat, pikiran dan gagasan tentang apa yang mereka ketahui.
(Suparno,2007).
B. Hasil Belajar
Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa
dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang
sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang
seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar.
Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduanya itu terjadi interaksi dengan
guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja
harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu
(26)
belajar yang dimaksud disini adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
seorang siswa setelah ia menerima perlakukan dari pengajar (guru), seperti
yang dikemukakan oleh Sudjana.
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004 : 22). Sedangkan
menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam
hasil belajar mengajar : (1). Keterampilan dan kebiasaan, (2). Pengetahuan
dan pengarahan, (3). Sikap dan cita-cita (Sudjana, 2004 : 22).
Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam
sikap dan keterampilannya. Misalnya, siswa belajar tentang “Fisika”, disamping memperoleh informasi atau pengetahuan tentang “Fisika”, dia
juga memperoleh sikap tentang pentingnya seorang seorang siswa belajar
“Fisika”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam menerapkan “Fisika” dalam kesehariannya.
Menurut Gagne dalam Abin Syamsuddin Makmun, (dalam
http://cafestudi061.wordpress.com/2008/09/11/pengertian-belajar-dan
perubahan-perilaku-dalam-belajar/), perubahan perilaku yang merupakan
hasil belajar dapat berbentuk :
1. Informasi verbal; yaitu penguasaan informasi dalam bentuk verbal,
baik secara tertulis maupun tulisan, misalnya pemberian nama-nama
(27)
2. Kecakapan intelektual; yaitu keterampilan individu dalam melakukan
interaksi dengan lingkungannya dengan menggunakan simbol-simbol,
misalnya: penggunaan simbol matematika. Termasuk dalam
keterampilan intelektual adalah kecakapan dalam membedakan
(discrimination), memahami konsep konkrit, konsep abstrak, aturan
dan hukum. Ketrampilan ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi
pemecahan masalah.
3. Strategi kognitif; kecakapan individu untuk melakukan pengendalian
dan pengelolaan keseluruhan aktivitasnya. Dalam konteks proses
pembelajaran, strategi kognitif yaitu kemampuan mengendalikan
ingatan dan cara – cara berpikir agar terjadi aktivitas yang efektif. Kecakapan intelektual menitikberatkan pada hasil pembelajaran,
sedangkan strategi kognitif lebih menekankan pada pada proses
pemikiran.
4. Sikap; yaitu hasil pembelajaran yang berupa kecakapan individu untuk
memilih macam tindakan yang akan dilakukan. Dengan kata lain.
Sikap adalah keadaan dalam diri individu yang akan memberikan
kecenderungan bertindak dalam menghadapi suatu obyek atau
peristiwa, didalamnya terdapat unsur pemikiran, perasaan yang
menyertai pemikiran dan kesiapan untuk bertindak.
5. Kecakapan motorik; ialah hasil belajar yang berupa kecakapan
(28)
C. Pembelajaran Konstruktivistik
Pembelajaran konstruktivistik merupakan suatu teori yang
menganggap bahwa belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan
melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya siswa akan cepat memiliki
pengetahuan jika pengetahuan itu dibangun atas dasar realitas yang ada di
dalam masyarakat. Konsekuensinya pembelajaran harus mampu
memberikan pengalaman nyata bagi siswa. Jadi, dalam hal ini siswa dituntut
harus aktif dalam melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep dan
memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Siswa sendirilah
yang bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Mereka sendiri juga
yang membuat penalaran dari apa yang mereka pelajari, dengan cara
mencari makna, membandingkan apa yang telah mereka dapatkan dengan
penemuan baru mereka, serta menyelesaikannya. (Suparno, 2007).
Menurut filsafat konstruktivisme, pengetahuan adalah bentukan
kita sendiri yang sedang menekuninya (von Glasersfeld dalam Suparno,
2007). Jadi, jika yang sedang menjalaninya adalah seorang siswa, maka
yang menjadi pembentuk pengetahuan itu adalah siswa sendiri. Dalam
membentuk pengetahuan, setiap siswa dapat berbeda-beda, tergantung
bagaimana siswa menangkap apa yang sedang dia dapatkan dari pelajaran di
kelas atau di tempat dia bisa menerima pengetahuan. (Suparno, 2007).
Orang membentuk pengetahuannya pertama-tama melalui indra. Dengan
melihat, mendengar, menjamah, membau dan merasakan, orang membentuk
(29)
D. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooeperatif bukanlah gagasan baru dalam dunia
pendidikan, namun sebelumnya metode ini hanya digunakan oleh beberapa
guru untuk tujuan tertentu saja, seperti tugas-tugas dan laporan kelompok
(Slavin, 2005). Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai metode
pengajaran, dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil
untuk saling membantu satu sama dalam mempelajari materi pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam
kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang
telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk
memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam
proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian
besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi
pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
Ada banyak alasan mengapa pembelajaran kooperatif menjadi jalur
utama dalam praktik dunia pendidikan. Salah satunya adalah berdasarkan
penelitian dasar (yang dirangkum dalam buku Slavin. 2005. Cooperative
Learning. Teori, Riset dan Praktik) yang mendukung penggunaan
pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pencapaian prestasi belajar
(30)
hubungan siswa dengan siswa dalam kelompok maupun antar kelompok.
Alasan lainnya adalah tumbuh kesadaran bahwa siswa perlu belajar untuk
berpikir, menyelesaikan masalah, serta mengaplikasikan pengetahuan
mereka. (Slavin, 2005).
E. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Banyak sekali metode-metode yang dipakai dalam pembelajaran
kooperatif, dan semua metode itu mendukung bagaimana pembelajaran
kooperatif itu bisa menjadi pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa
dan guru. Salah satunya adalah Numbered Head Together (NHT).
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang
mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam
kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang
telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk
memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam
proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian
besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi
pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.
NHT adalah metode pembelajaran kooperatif yang digagas oleh
Russ Frank, seorang guru pada Chaparral Middle School di Diamond bar,
California (Slavin, 2005). NHT atau menomori orang bersama pada
(31)
ada satu siswa yang akan mewakili kelompoknya namun belum diberi tahu
sebelumnya siapa. Jadi kalau seperti ini akan melibatkan total siswa untuk
aktif belajar di dalam kelompoknya.
Setiap siswa mempunyai satu nomor dalam kelompoknya
masing-masing, dam mereka tahu bahwa salah satu di antara nomor yang mereka
miliki akan dipanggil oleh gurunya untuk mewakili kelompok mereka dalam
menjawab atau menyelesaikan pertanyaan yang diajukan kepada kelompok.
Dengan demikian, mereka akan berupaya bagaimana supaya setiap anak
yang ada di dalam kelompok tersebut semuanya bisa menjawab pertanyaan
yang akan diberikan kepada mereka, dan diskusi adalah salah satu usaha
yang dilakukan para siswa untuk saling berbagi pengetahuan dengan teman
di dalam kelompoknya.
Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe
pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan
untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh
Kagen dalam Ibrahim dalam Herdian (2009) dengan melibatkan para siswa
dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam
(32)
1. Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas
akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang
mempunyai berbagai latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan social
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif
bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau
pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Penerapan pembelajaran
kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim dalam
Herdian
(http://herdy07.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-nht-numbered-head-together/) dengan tiga langkah yaitu:
a. Pembentukan kelompok
b. Diskusi masalah
c. Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan menjadi enam
langkah (Ibrahim dalam Herdian) sebagai berikut :
(33)
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan
membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang
sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.
2) Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model
pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru membagi para siswa menjadi
beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi
nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang
berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau
dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar.
Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test)
sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.
3) Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki
buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam
menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.
4) Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap
siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap
siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap
orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau
pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari
(34)
5) Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari
tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan
menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.
6) Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua
pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan. Melalui
metode pembelajaran Kooperatif tipe NHT ini siswa akan lebih percaya diri,
menghargai individu, termotivasi, dan hasil belajar akan menjadi lebih baik.
Adapun kelebihan dari model pembelajaran Numbered Heads
Together (NHT) adalah sebagai berikut:
a) Setiap peserta didik menjadi siap semua.
b) Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
c) Peserta didik yang pandai dapat mengajari peserta didik yang kurang
pandai.
Adapun kekurangan dari model pembelajaran Numbered Heads
Together (NHT) adalah sebagai berikut.
a) Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
(35)
F. Usaha dan Energi
1. Usaha
Usaha adalah hasil kali komponen gaya dalam arah perpindahan
dengan perpindahannya. Jika suatu gaya F menyebabkan perpindahan
sejauh x, maka gaya F melakukan usaha sebesar W, yaitu
W = F cos . x
F cos
x
Gambar 2.1 suatu gaya melakukan usaha sebesar W
W = usaha ; F = gaya ; x = perpindahan , = sudut antara gaya dan
perpindahan
Tabel 2.1 Besaran dan satuannya
BESARAN SATUAN MKS SATUAN CGS
Usaha (W) Joule Erg
Gaya (F) Newton Dyne
(36)
1 joule = 107 erg
Catatan : Usaha (work) disimbolkan dengan huruf besar W
Berat (weight) disimbolkan dengan huruf kecil w
Jika ada beberapa gaya yang bekerja pada sebuah benda, maka
usaha total yang dilakukan terhadap benda tersebut sebesar :
Jumlah usaha yang dilakukan tiap gaya, atau Usaha yang dilakukan oleh
gaya resultan.
2. Daya
Daya (P) adalah usaha yang dilakukan tiap satuan waktu.
P = W / t
P = daya ; W = usaha ; t = waktu
Daya termasuk besaran scalar yang dalam satuan MKS mempunyai satuan
watt atau J/s
Satuan lain adalah : 1 HP = 1 DK = 1 PK = 746 watt
HP = Horse power ; DK = Daya kuda ; PK = Paarden Kracht
1 Kwh adalah satuan energi besarnya = 3,6 .106 watt.detik = 3,6 . 106 joule
3. Konsep Energi
Suatu system dikatakan mempunyai energi/tenaga, jika system
tersebut mempunyai kemampuan untuk melakukan usaha. Besarnya energi
suatu system sama dengan besarnya usaha yang mampu ditimbulkan oleh
(37)
dan energi juga merupakan besaran scalar. Dalam fisika, energi dapat
digolongkan menjadi beberapa macam antara lain :
Energi mekanik (energi kinetik + energi potensial) , energi panas , energi
listrik, energi kimia, energi nuklir, energi cahaya, energi suara, dan
sebagainya
Energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan yang
terjadi hanyalah transformasi/perubahan suatu bentuk energi ke bentuk
lainnya, misalnya dari energi mekanik diubah menjadi energi listrik pada air
terjun.
4. Energi Kinetik
Energi kinetik adalah energi yang dimiliki oleh setiap benda yang
bergerak. Energi kinetik suatu benda besarnya berbanding lurus dengan
massa benda dan kuadrat kecepatannya.
Ek = ½ m v2
Ek = Energi kinetik ; m = massa benda ; v = kecepatan benda
Tabel 2.2 Energi dan satuannya
BESARAN SATUAN MKS SATUAN CGS
Energi kinetik (Ek) Joule Erg
Massa (m) Kg Gr
(38)
Usaha = perubahan energi kinetik.
W = Ek = Ek2– Ek1
5. Energi Potensial Gravitasi
Energi potensial grafitasi adalah energi yang dimiliki oleh suatu
benda karena pengaruh tempatnya (kedudukannya). Energi potensial ini
juga disebut energi diam, karena benda yang diam-pun dapat memiliki
tenaga potensial.
Sebuah benda bermassa m digantung seperti gambar 2.1
h
Gambar 2.2 Benda yang digantung
Jika tiba-tiba tali penggantungnya putus, benda akan jatuh. Maka
benda melakukan usaha, karena adanya gaya berat (w) yang menempuh
jarak h.
(39)
Besarnya Energi potensial benda sama dengan usaha yang sanggup
dilakukan gaya beratnya selama jatuh menempuh jarak h.
Ep = w . h = m . g . h
Ep = Energi potensial , w = berat benda , m = massa benda ; g =
percepatan grafitasi ; h = tinggi benda
Tabel 2..3 Energi potensial dan satuannya
BESARAN SATUAN MKS SATUAN CGS
Energi Potensial (Ep) Joule Erg
Berat benda (w) Newton Dyne
Massa benda (m) Kg Gr
Percepatan grafitasi (g) m/det2 cm/det2
Tinggi benda (h) M Cm
Energi potensial grafitasi tergantung dari :
a. percepatan grafitasi bumi
b. kedudukan benda
(40)
23 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis yaitu penelitian
Eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang
dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari "sesuatu" yang
dikenakan pada subjek yang diteliti. Dengan kata lain penelitian eksperimen
mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat. Caranya adalah
dengan membandingkan satu atau lebih kelompok eksperimen yang diberi
perlakuan dengan satu atau lebih kelompok pembanding yang tidak
menerima perlakuan. Penelitian yang digunakan termasuk dalam penelitian
eksperimen karena dalam penelitian adanya perlakuan atau tindakan yang
dikenakan pada subjek, dalam kasus ini adalah siswa. Perlakuan yang
diberikan adalah dengan mengajarkan materi kepada siswa dengan
menggunakan metode yang dipilih oleh peneliti, pembelajaran kooperatif
tipe NHT.
Penelitian ini juga termasuk dalam penelitian kualitatif dan
penelitian kuantitatif. Termasuk ke dalam penelitian kualitatif karena
dilakukan dengan cara menganalisis dari setiap jawaban siswa pada soal
pretest dan posttest. Jawaban setiap siswa diberikan skor tidak dalam bentuk
nilai atau angka, namun di sini setiap jawaban siswa dibagi dalam tingkatan
(41)
karena dilakukan dari melihat hasil jawaban setiap siswa dengan
menggunakan perhitungan rumus. Untuk analisis kuantitatif, peneliti
menggunakan uji t, yaitu test-t untuk kelompok dependen. T-tes ini
digunakan untuk dua kelompok yang dependent, atau satu kelompok yang
dites dua kali, yaitu pada pretest dan postest.
B. Subyek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPA SMA
Kristen Sinar Kasih Sintang.
C. Instrumen Penelitian
1. Instrumen Untuk Memperoleh Data
Dalam penelitian yang dilakukan ini, instrumen yang digunakan
untuk memperoleh data dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pretes dan
postes. Pada umumnya pelaksanaan proses pembelajaran dimulai dengan
pretes.
a. Pretes
Pretes adalah tes awal yang diberikan kepada siswa
sebelum siswa memulai suatu pelajaran dan dengan metode yang telah
disiapkan. Bentuknya adalah soal-soal dari materi yang akan
dipelajari. Pretes ini memiliki banyak kegunaan dalam menjajagi
proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu pretes
memegang peranan yang cukup penting dalam proses pembelajaran.
(42)
1) Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena
dengan pretest maka pikiran mereka akan terfokus pada soal-soal
yang harus mereka jawab/kerjakan.
2) Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta
didik mengenai bahan ajaran yang akan dijadikan topik dalam
proses pembelajaran.
3) Untuk mengetahui darimana seharusnya proses pembelajaran
dimulai, dan tujuan-tujuan mana yang telah dikuasai peserta didik,
dan tujuan-tujuan mana yang perlu mendapat penekanan dan
perhatian khusus.
b. Postes
Postes adalah tes akhir yang diberikan kepada siswa setelah
siswa belajar dan diskusi tentang materi yang diberikan oleh peneliti
kepada siswa di kelas. Bentuknya masih sama seperti dengan pretest
yaitu soal-soal dari materi yang sama dengan materi pretest. Fungsi
dari posttes ini adalah;
1) Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan
dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Hal ini dapat
dilakukan dengan membandingkan hasil pretest siswa sebelum
diajarkan dengan metode yang disiapkan dengan hasil posttes yaitu
(43)
2. Instrumen Pembelajaran
Intrumen yang digunakan untuk melakukan penelitian ini adalah
semua kelengkapan pembelajaran yang digunakan untuk proses
penelitian, seperti silabus, RPP, buku paket, LKS dan semua kelengkapan
lainnya yang menunjang proses pembelajaran dan penelitian di kelas.
D. Validitas
Validitas yang digunakan disini adalah validitas isi. Dimana
validitas isi ini berupa soal pretest postest dan kisi-kisi soalnya. Soal dan
kisi-kisi soal dikonsultasikan dengan dosen pembimbing.
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data untuk penelitian ini dilakukan dengan dua cara
yaitu pretes dan postes.
1. Pretes
Pretes adalah teknik pengumpulan data yang didapatkan ketika
peneliti melakukan test awal kepada siswa sebelum siswa diberikan
perlakuan atau belajar dengan metode yang telah disiapkan.
2. Postes
Postes adalah teknik pengumpulan data yang didapatkan ketika
peneliti melakukan tes akhir kepada siswa setelah siswa diberikan
(44)
F. Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
data kualitatif dan analisis data kuantitatif.
1. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif dilakukan dengan cara menganalisis dari setiap
jawaban siswa pada soal pretest dan posttest. Jawaban setiap siswa
diberikan skor tidak dalam bentuk nilai atau angka, namun di sini setiap
jawaban siswa dibagi dalam tingkatan kemapuan siswa menjawabnya.
Untuk analisisnya dibagi dalam empat katagori, yaitu tidak paham, kurang
paham, paham dan sangat paham. Tidak paham, jika siswa tidak bisa sama
sekali menjawab soal yang diberikan, sampai pada tingkat sangat paham
berarti siswa tersebut sudah sangat bisa menjawab soal yang diberikan
dengan baik dan benar. Untuk mengkatagorikan anak ke dalam tingkat
pemahaman mereka, harus dilihat dari jumlah skor dari rentang berapa
sampai rentang berapa.
Dalam rentang skor ini peneliti menggunakan standar yang sering
digunakan di sekolah-sekolah maupun di setiap kampus. Untuk kreteria
tidak paham skor total nilainya adalah dari 0-25, untuk kriteria kurang
paham skor nilainya adalah 26-50, untuk kreteria paham skor total nilainya
adalah 51-75, sedangkan untuk kreteria sangat paham peneliti memberikan
(45)
Tebel 3.1 Rentang pemahaman siswa
Pretes Posttes
Tidak
paham
Kurang
paham
Paham Sangat
paham
Tidak
paham
Kurang
paham
Paham Sangat
paham
...% ...% ...% ...% ...% ...% ...% ...%
2. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif adalah analis yang dilakukan untuk melihat
hasil jawaban setiap siswa dengan menggunakan perhitungan rumus. Untuk
analisis kuantitatif, peneliti menggunakan uji t, yaitu test-t untuk kelompok
dependen. T-tes ini digunakan untuk dua kelompok yang dependent, atau
satu kelompok yang dites dua kali, yaitu pada pretest dan posttest.
Rumus t hitung:
X1 = nilai rata-rata pretest
X2 = nilai rata-rata posttet
D = perbedaan antara score tiap subyek = X1-X2
(46)
G. Proses Penelitian
Proses penelitian disajikan menurut tahap-tahapnya, yaitu: (1)
Tahap Observasi (2) Tahap Kegiatan Lapangan(Proses belajar mengajar),
dan (3) Tahap evaluasi.
1. Tahap Observasi
Beberapa kegiatan dilakukan sebelum peneliti memasuki lapangan
atau memulai melakukan penelitian. Masing-masing adalah: (1) Penyusunan
rancangan awal penelitian, (2) Pengurusan ijin penelitian, (3) Penjajakan
lapangan dan penyempurnaan rancangan penelitian,(4) Pemilihan dan
interaksi dengan subjek dan informan, dan (5) Penyiapan piranti pembantu
untuk kegiatan lapangan.
Yang paling penting yang paling pertama setelah semua proses
perijinan adalah peneliti harus melakukan observasi terhadap sekolah yang
akan digunakan untuk penelitian. Mulai dari menentukan sekolah, dan
kemudian memilih kelas yang akan digunakan. Proses observasi harus
dilakukan dengan teliti dan tepat, karena kalau tidak peneliti akan bisa
mengalami kesulitan dalam proses penelitian nantinya.
Observasi harus benar-benar teliti dan cermat, mulai dari kelas
yang akan digunakan, jumlah siswa dan juga proses seperti apa guru
mengajar di kelas tersebut. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan
(47)
sudah sesuai dengan prosedur obervasi, maka proses penelitian baru bisa
dilaksanakan.
2. Tahap Proses Penelitian
Pada tahap ini, peneliti sudah mulai melakukan penelitian di kelas
yaitu diawali dengan pemberian pretest pada awal pertemuan di kelas,
pemberian pretest ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pemahaman
awal siswa ketika sebelum diberikan materi pembelajaran. Setelah
dilakukan pretest, siswa diajarkan tentang materi yang telah disiapkan oleh
peneliti, dalam proses pembelajaran ini, peneliti menggunakan metode yang
telah disiapkan juga, hal ini bertujuan agar tujuan dari penelitian ini
berhasil. Yaitu siswa mengalami peningkatan pemahaman dibandingkan
sebelum dilakukan proses pembelajaran. Di akhir dari kegiatan proses
pembelajaran ini, siswa diberikan posttest atau tes akhir untuk mengetahui
bagaimana peningkatan pemahaman siswa di kelas tersebut setelah belajar
bersama.
3. Tahap Evaluasi
Telah disinggung bahwa penelitian ini menerapkan penelitian
eksperimen, yaitu suatu prosedur penelitian yang memberikan perlakuan
kepada para siswa di kelas. Secara langsung proses penelitian sudah
melibatkan semua siswa untuk berpartisipasi aktif di kelas. Untuk
(48)
diberikan oleh para siswa tersebut, peneliti akan melakukan evaluasi secara
menyeluruh terhadap siswa. Para siswa akan dikumpulkan dalam satu kelas,
di situ peneliti dan siswa akan diminta untuk mensharingkan pengalaman
mereka selama proses pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk melihat
kemajuan siswa secara menyeluruh.
H. Skema Penelitian
Menyusun Instrumen
Data Pretest Pretest
Pelaksanaan Posttest Data Analisis
Pemahaman Awal
Perubahan Pemahaman
(49)
32 BAB IV
DATA DAN ANALISIS DATA A. Deskriptif Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA Kristen Sinar Kasih Sintang
pada tanggal 16 – 18 juli 2012. Peneliti memilih SMA Kristen Sinar Kasih sebagai tempat penelitian, karena pada bulan Juli peneliti sedang libur
kuliah sehingga peneliti melakukan penelitian di Sintang yang merupakan
tempat asal peneliti. Penelitian tidak mengikuti jam pelajaran dari
sekolahnya, karena pada saat memulai penelitian sekolah belum efektif
belajar. Minggu pertama masuk sekolah dilakukan peneliti untuk observasi
sekolah dan kelas yang akan digunakan untuk penelitian serta siswanya.
Penelitian baru dilakukan pada minggu ketiga setelah masuk, karena pada
minggu kedua sekolah langsung libur menyambut bulan puasa. Penelitian
dlakukan di luar jam pelajaran sekolah yang dibagi dalam 4 kali pertemuan.
Dalam rangka mencapai tujuan penelitian, yaitu mengetahui peningkatan
pemahaman siswa melalui metode pembelajaran aktif dangan tipe NHT
maka diperlukan data yang menunjukkan pemahaman siswa sebelum dan
setelah pembelajaran berlangsung. Materi yang diajarkan dalam penelitian
ini adalah usaha dan energi. Metode pembelajaran yang digunakan adalah
metode kooperatif learning tipe NHT.
Penelitian dimulai dengan observasi kelas, yaitu kelas XII IPA
yang merupakan kelas yang diutnjukkan oleh kepala sekolah disekolah itu.
(50)
agar komunikasi antar siswa dan peneliti bisa berjalan dengan baik dan
penelitian berjalan lancar. Selain itu observasi ini bertujuan untuk peneliti
bisa menenal lebih dekat lagi sekolah dan keadaan siswanya.
Setelah melakukan observasi, maka peneliti memberikan pretest.
Data yang diperolah dari pretest digunakan untuk menyusun rancangan
pembelajaran dengan dengan metode kooperatif learning tipe NHT.
Pemebelajaran diberikan dimaksudkan untuk membantu siswa
meningkatkan pemahamannya. Setelah itu peneliti memulai proses
pembelajaran sesuai dengan rancangan yang telah dipersiapkan yaitu siswa
dibagi dalam 4 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa.
Selama proses penelitian siswa diberikan kasus yang berkaitan dengan
materi usaha dan energi.
Pada penelitian ini, proses pembelajaran dilakukan di kelas.
Pembelajaran dimulai dengan memberikan informasi dan tujuan
pembelajaran serta indikator-indikator yang akan dicapai di akhir
pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan oleh guru memberikan materi yang
telah disiapkan, siswa dibagi dalam kelompok dan diberi pertanyaan dan
nomor siswa. Tiap-tiap siswa mempunyai satu nomor. Di dalam kelompok
mereka diminta untuk saling membantu temannya belajar supaya semuanya
mengerti dan bisa mengerjakan soal.
Kegiatan selanjutnya adalah proses pembelajaran dengan tipe
NHT, pertama peneliti menjelaskan tentang materi usaha dan energi, karena
(51)
energi kinetik dan energi potensial, maka proses penelitian cukup dilakukan
hanya dua kali proses pembelajaran. Pada proses penelitian, siswa dibagi
kedalam kelompok, setiap siswa diberi nomor urutan dalam kelompok
masing-masing. Antara kelompok satu dengan kelompok yang lain, siswa
memiliki nomor yang sama, pemberian nomor ini sesuai dengan tipe
pembelajaran yaitu penomoran tiap kepala.
Kegiatan selanjutnya, peneliti memberikan sebuah soal tentang
usaha, siswa disuruh mencari berapa usaha yang dilakukan oleh suatu benda
ketika gaya serta jaraknya diketahui. Siswa berdiskusi di dalam kelompok
masing-masing, setelah merasa kalau siswa sudah bisa menjawab, maka
peneliti menyebutkan nomor urutan yang akan mengerjakan atau menjawab
soal tersebut di depan kelas. Begitu seterusnya sampai proses penelitan
selesai. Diakhir pertemuan, peneliti merangkum semua materi yang telah
dipelajari dan berpesan kepada siswa untuk belajar lagi untuk persiapan
posttest selanjutnya.
(52)
B. Data
Berdasarkan hasil penelitian, penulis memperoleh data-data yang meliputi hasil pretest dan posttest dalam proses pembelajaran dengan
menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT. Data hasil penelitian
(53)
1. Hasil Pretest
Tabel 4.1 Data Hasil Pretest Siswa
No
Kode siswa
Skor Jawaban Tiap Soal Total Skor
Nilai siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. A 0 0 0 0 0 0 5 5 0 0 10 10 2. B 0 0 10 0 3 10 5 10 0 0 38 38 3. C 0 5 0 0 0 0 5 5 5 0 20 20 4. D 0 5 5 10 0 10 5 10 5 0 50 50 5. E 0 0 0 0 10 0 5 5 0 0 20 20 6. F 0 0 5 0 10 10 5 5 10 0 45 45 7. G 0 5 0 0 3 0 0 0 0 0 8 8 8. H 0 5 10 0 0 0 0 0 0 0 15 15 9. I 0 0 0 0 0 5 5 0 0 0 10 10 10. J 0 5 0 5 0 0 0 0 5 0 15 15 11. K 0 5 0 5 6 0 5 5 0 0 26 26 12. L 0 5 10 5 6 0 5 0 0 0 31 31 13. M 0 5 5 10 10 0 0 0 0 0 30 30 14. N 0 0 0 10 10 5 5 10 10 0 45 45 15. O 0 0 10 0 0 0 0 0 0 0 10 10 16. P 0 5 10 5 10 5 5 10 5 0 55 55 17. Q 0 5 10 0 0 5 5 0 10 0 30 30 18 R 5 5 0 5 5 5 5 0 0 0 30 30 19. S 5 5 10 0 0 0 0 0 0 0 20 20
(54)
2. Hasil Postest
Tabel 4.2 Data Hasil Postest Siswa
No Kode siswa
Skor Jawaban Tiap Soal Total skor
Nilai Siswa 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1. A 5 5 0 10 10 10 10 10 0 0 60 60 2. B 5 5 10 10 0 10 10 0 5 5 60 60 3. C 0 0 10 10 3 10 10 5 5 5 58 58 4. D 5 5 5 5 3 10 10 0 5 5 53 53 5. E 5 0 10 10 3 5 10 0 5 5 53 53 6. F 5 0 0 10 0 0 5 5 5 5 35 35 7. G 0 5 0 10 0 10 10 10 5 0 45 45 8. H 5 5 10 10 10 10 10 5 0 0 65 65 9. I 0 5 10 10 3 10 10 5 5 5 57 57 10. J 5 5 10 10 3 10 10 5 5 5 68 68 11. K 5 5 10 10 6 10 10 5 5 5 70 70 12. L 5 5 10 10 3 10 10 0 5 5 63 63 13. M 5 5 10 10 3 10 10 5 5 5 68 68 14. N 0 5 10 10 3 10 10 5 5 5 63 63 15. O 5 5 0 0 0 0 0 0 0 0 10 10 16. P 5 5 10 10 10 10 10 10 10 0 80 80 17. Q 0 0 0 0 5 0 10 0 0 0 20 20 18. R 5 5 10 10 0 10 10 0 10 5 65 65 19. S 5 5 10 10 5 10 10 5 0 0 60 60
(55)
C. Analisis
1. Analisis Kuantitatif
Analisis kuantitatif adalah analis yang dilakukan untuk melihat
hasil jawaban setiap siswa dengan menggunakan perhitungan rumus. Untuk
analisis kuantitatif, peneliti menggunakan uji t, yaitu test-t untuk kelompok
dependen. T-tes ini digunakan untuk dua kelompok yang dependent, atau
satu kelompok yang dites dua kali, yaitu pada pretest dan posttest.
Rumus t hitung:
(56)
Tabel 4.3 data skor gabungan
No
Kode Siswa
Nilai Pretest Siswa (X1)
Nilai Postest Siswa (X2)
Perbedaan Skor (X1-X2)
/ D
D2
1. A 10 60 -50 2500
2. B 40 60 -20 200
3. C 20 60 -40 1600
4. D 50 53 -3 9
5. E 20 55 -35 1225
6. F 30 40 -10 100
7. G 10 45 -35 1225
8. H 15 65 -50 2500
9. I 10 55 -45 2025
10. J 15 70 -55 3025 11. K 20 70 -50 2500 12. L 25 65 -40 1600 13. M 30 70 -40 1600
14. N 45 65 -20 400
15. O 5 10 -5 25
16. P 40 80 -40 1600
17. Q 35 20 15 225
18. R 35 60 -25 625
19. S 20 60 -40 1600
(57)
Untuk menganalisis peningkatan pemahaman siswa,
=
= 25
=
= 55,95
=
=
=
= =
=
= -7,16
Df = n-1
= 19 -1
= 18
(58)
Kesimpulan : jika | Treal | > | Tcrit | maka significant
|- 7,16 | > | -2,024| maka significant
7,16 > 2,024 maka significant
Pembahasan:
Hasil perhitungan dengan menggunakan analisa kuantitatif dapat
disimpulkan bahwa ada peningkatan pemahaman siswa setelah diberi
perilaku pembelajaran kooperatif tipe NHT, ini bisa dilihat dari nilai pretes
dan postesnya. Nilai postes siswa rata-rata di atas nilai pretes rata-rata.
2. Analisis Kualitatif
Analisis kualitatif dilakukan dengan cara menganalisis dari setiap
jawaban siswa pada soal pretest dan posttest. Jawaban setiap siswa
diberikan skor tidak dalam bentuk nilai atau angka, namun di sini setiap
jawaban siswa dibagi dalam tingkatan kemapuan siswa menjawabnya.
Untuk analisisnya dibagi dalam empat katagori, yaitu tidak paham, kurang
paham, paham dan sangat paham. Tidak paham, jika siswa tidak bisa sama
sekali menjawab soal yang diberikan, sampai pada tingkat sangat paham
berarti siswa tersebut sudah sangat bisa menjawab soal yang diberikan
dengan baik dan benar. Untuk mengkatagorikan anak ke dalam tingkat
pemahaman mereka, harus dilihat dari jumlah skor dari rentang berapa
sampai rentang berapa.
Dalam rentang skor ini peneliti menggunakan standar yang sering
(59)
tidak paham skor total nilainya adalah dari 0-25, untuk kriteria kurang
paham skor nilainya adalah 26-50, untuk kreteria paham skor total nilainya
adalah 51-75, sedangkan untuk kreteria sangat paham peneliti memberikan
batas nilai dari 76-100.
Untuk menghitung jumlah persentase pemahaman siswa dalam tiap
rentang kreteria pemahaman yang telah ditentukan adalah dengan
mengalikan jumlah siswa yang berada pada rentang nilai tersebut dengan
seratus persen dibagi jumlah seluruh siswa dikelas. Untuk menghitung
persentase jumlah siswa yang yang mendapatkan masing-masing rentang
skor adalah:
% 100
x siswa
jum lah
skor pada siswa jum lah
(60)
Tabel 4.4 skoring nilai pretest siswa Kode Siswa Nilai Siswa
O 5
A 10
G 10
I 10
H 15
J 15
C 20
E 20
K 20
S 20
L 25
F 25
M 30
Q 35
R 35
B 40
P 40
N 45
D 50
Tidak Paham
(61)
Untuk menghitung persentase jumlah siswa yang yang mendapatkan
masing-masing rentang skor adalah:
% 100 x siswa jum lah skor pada siswa jum lah
a. Untuk kreteria tidak paham ada 12 anak, skor total nilainya adalah dari
0-25. Maka persentasenya adalah:
% 100 19 12
x = 63,1578 %
b. Untuk kriteria kurang paham 7 anak, skor nilainya adalah dari 26-50.
Maka persentasenya adalah:
% 100 19
7
x = 36,8421 %
c. Untuk kreteria paham tidak ada satupun anak, skor total nilainya adalah
dari 51-75. Maka persentasenya adalah:
% 100 19
0
x = 0%
d. Untuk kreteria sangat paham tidak ada satupun anak, peneliti memberikan
batas nilai dari 76-100. Maka persentasenya adalah:
% 100 19
0
(62)
Tabel 4.5 Pemahaman Awal Siswa
Interval
Skor
Kualifikasi Jumlah Siswa Persentase Jumlah
Siswa (%)
76 – 100 Sangat Paham 0 0 % 51 – 75 Paham 0 0 % 26 – 50 Kurang Paham 7 36,8421 %
0 – 25 Tidak Paham 12 63,1578 %
Dari hasil perhitungan data di atas, dapat diketahui seberapa besar
tingkat pemahaman awal siswa ketika belum belajar dengan menggunakan
metode yang telah peneliti siapkan, dan ini merupakan nilai awal yang akan
digunakan untuk membandingkan nanti dengan nilai setelah siswa diberi
proses pembelajaran.
Dapat dilihat disini bahwa hasil dari pemahaman awal siswa pada
saat mengerjakan soal pretest sangat rendah sekali, yaitu hanya berada
dalam range tidak paham dan kurang paham. Sedangkan untuk yang paham
dan sangat paham tidak ada satupun siswa yang dapat mencapai batas nilai
(63)
Tabel 4.6 skoring nilai postest siswa Kode Siswa Nilai Siswa
O 10
Q 20
F 40
G 45
D 55
E 55
I 55
A 60
B 60
C 60
R 60
S 60
H 65
L 65
N 65
J 70
K 70
M 70
P 80
Tidak Paham
Kurang Paham
Paham
(64)
Untuk menghitung persentase jumlah siswa yang yang
mendapatkan masing-masing rentang skor adalah:
% 100 x siswa jum lah skor pada siswa jum lah
a. Untuk kreteria tidak paham ada 2 anak, skor total nilainya adalah dari
0-25. Maka persentasenya adalah:
% 100 19
2
x = 10,5263 %
b. Untuk kriteria kurang paham ada 2 anak, skor nilainya adalah 26-50. Maka
persentasenya adalah:
% 100 19
2
x = 10,5263 %
c. Untuk kreteria paham ada 14 anak, skor total nilainya adalah dari 51-75.
Maka persentasenya adalah:
% 100 19 14
x = 73,6842 %
d. Untuk kreteria sangat paham peneliti memberikan batas nilai dari 76-100.
Maka persentasenya adalah:
% 100 19
1
(65)
Tabel 4.7 Pemahaman Akhir Siswa
Interval
Skor
Kualifikasi Jumlah Siswa Persentase Jumlah
Siswa (%)
76 – 100 Sangat Paham 1 5,2631% 51 – 75 Paham 14 73,6842 % 26 – 50 Kurang Paham 2 10,5263 % 0 – 25 Tidak Paham 2 10,5263 %
Dari hasil perhitungan data di atas, dapat diketahui seberapa besar
tingkat pemahaman akhir siswa ketika sudah belajar dengan menggunakan
metode yang telah peneliti siapkan, dalam hal ini pembelajaran aktif NHT,
dan ini merupakan nilai akhir atau nilai final siswa yang akan digunakan
untuk membandingkan dengan nilai sebelum siswa diberi proses
pembelajaran.
Dari hasil posttest tersebut dapat dilihat bahwa nilai
masing-masing siswa mengalami peningkatan, hal ini dapat diketahui dari
perbandingan nilai awal ketika siswa mengerjakan soal pretest dibandingkan
dengan nilai siswa ketika mengerjakan soal posttest.
Pada nilai pretes yang mereka dapatkan, tidak satupun siswa yag
masuk ke dalam kreteria paham dan sangat paham, siswa hanya berada
(66)
paham ada 12 anak dengan persentasenya 63,1578%, untuk tidak paham ada
7 anak dengan persentasenya 36,8421% sedangkan masing-masing kriteria
paham dan sangat paham tidak ada satupun siswa dan dengan persentasenya
adalah 0%.
Setelah melakukan proses pembelajaran dengan NHT sebanyak 2
kali pertemuan, maka nilai postest anak mengalami peningkatan. Hal ini
dapat diliat dari jumlah siswa serta persentasenya permasing-masing kriteria
yang rata-rata semuanya mengalami meningkat. Siswa yang berada dalam
kreteria skor sangat tidak paham hanya 2 anak saja dengan persentasenya
10,5263%, untuk tidak paham juga ada 2 anak persentasenya 10,5263%,
sedangkan untuk masing-masing kriteria paham dan sangat paham
meningkat. Untuk kriteria paham dari tidak ada satupun siswa pada saat
pretest, posttestnya menjadi 14 anak dengan persentasenya 73,6842% dan
untuk sangat paham ada 1 anak dengan pesentasenya 5,2631%.
(67)
Tabel 4.8 Variasi Jawaban Siswa Soal Pretest No
Soal Jawaban
Variasi Jawaban Jml Siswa Jml Siswa (%) Kualifikasi pemahaman
1. Usaha adalah hasil kali komponen gaya dalam arah
perpindahan dengan perpindahannya
1. Perpindahan suatu benda ke tempat yang lain.
6 31,58 Tidak paham
2. Kegiatan yang menghasilkan suatu gaya, sehingga benda berpindah tempat.
2 10,53 Tidak paham
3. Sebuah
percobaan yang dilakukan untuk mendapatkan suatu gerak.
1 5,27 Tidak paham
4. Dorongan atau tarikan yang dilakukan oleh suatu benda.
2 10,53 Tidak paham
5. Gaya yang dilakukan untuk melakukan usaha.
3 15,79 Tidak paham
6. Suatu benda yang bergerak dengan usaha, sehingga menghasilkan usaha.
2 10,53 Tidak paham
7. Hasil kali dari F*a
2 10,53 Paham
8. Tidak menjawab 1 5,27 Tidak paham 2. Jika suatu gaya F 1. Pada saat benda 3 15,79 Tidak paham
(68)
menyebabkan perpindahan sejauh x, maka gaya F melakukan usaha sebesar W
melakukan usaha dan energi. 2. Pada saat benda
bergerak dan berpindak ke titik lain.
2 10,53 Tidak paham
3. Saat usaha lebih besar dari benda.
1 5,27 Tidak paham
4. Gaya
menghasilkan sebuah hasil.
1 5,27 Tidak paham
5. Ketika gaya F menyebabkan perpindahan sejauh x
12 63,16 Paham
3. Tidak, usaha Aan sama dengan nol karena tembok yang didorong tidak bergerak meskipun gaya Aan lebih besar daripada gaya Iin.
Fa = 50N, Sa = 0 Fi = 10N, Si = 2m Wa=Fas= 50N x 0m = 0 J
Wi=Fis= 10N x 2m = 20 J
1. Usaha aan lebih besar dari iin, karena benda yang didorong iin lebih kecil gayanya.
2 10,53 Tidak paham
2. Tidak, karena tembok tetap diam.
3 15,79 Tidak paham
3. W=f*a
50*20= 100 m
1 5,27 Tidak paham
4. Tidak, usaha Aan sama dengan nol karena tembok yang didorong tidak bergerak meskipun gaya Aan lebih besar
(69)
daripada gaya Iin.
5. Tidak menjawab 6 31,58 4. W = F.S
W = 100N x 5m W = 500 J Jadi usaha yang dilakukan adalah sebesar 500 Joule
1. W=f/a =100/5 =20 J
4 21,05 Tidak paham
2. W = 100N x 5m W = 500 J/2 250 newton
2 10,53 Tidak paham
3. W = 100N x 5m W = 500 newton (satuan salah)
5 26,32 Tidak paham
4. W = F.S
W = 100N x 5m W = 500 J
Jadi usaha yang dilakukan adalah sebesar 500 Joule.
3 15,79 Paham
5. Tidak menjawab 5 26,32 Tidak paham 5. Contoh energi
potensial dalam kehidupan sehari-hari Karet ketapel yang kita regangkan memiliki energi potensial busur yang ditarik oleh
1. usaha, enargi dan daya
1 5,27 Tidak paham
2. Cahaya listrik 1 5,27 Tidak paham 3. Mendorong meja,
gesek tangan dan ngepel lantai.
1 5,27 Tidak paham
4. Air terjun, mengangkat benda, melempar batu
3 15,79 Kurang paham
(70)
pemanah dapat menggerakan anak panah, karena terdapat energi potensial pada busur yang diregangkan pegas yang ditekan atau diregangkan
5. Air terjun dan buah kelapa jatuh
2 10,53 Kurang paham 6. Buah jatuh dari
pohon, jatuh dari ketinggan, terjun bebas, air terjun, melempar benda dari daratan kepermukaan air, karet katepel diregangkan, pegas ditekan
5 26,32 Paham
7. Tidak menjawab 6 31,58 Tidak paham
6. W = FA . s = (m)(-g) (s) W = (2 kg) (10 m/s2) (1,5 m) W = 30 Kg m2/s2 = 30 N.m = 30 Joule
EP = mgh EP = (2 kg) (10 m/s2) (1,5 m) EP = 30 Kg m2/s2 = 30 N.m = 30 Joule
1. Ep=mgh = 2*1,5*10 30 m/s2 (tidak ada kompenen diketahui dan ditanya)
4 21,05 Kurang paham
2. Ep=m/ag = 2/1,5*19 =1,1
1 5,27 Tidak paham
3. W = FA . s = (m)(-g) (s) W = (2 kg) (10 m/s2) (1,5 m) W = 30 Kg m2/s2 = 30 N.m = 30 Joule
EP = mgh EP = (2 kg) (10
(71)
m/s2) (1,5 m) EP = 30 Kg m2/s2 = 30 N.m = 30 J.
4. Tidak menjawab 11 57,90 7. Ek = ½ m v2
1 Joule = (½) (1 kg)(v2)
v2 = 1 J/ 0,5 v = 1,414 m/s
1. Hanya menuliskan komponen yang diketahui dan yang ditanyakan. Serta menuliskan yang ditanyakan.
2 10,53 Kurang paham
2. Ek = ½ m v2 Joule = (½) (1 kg)(v2) V2=1/2/1=2
6 31,58 Kurang paham
3. Ek = ½ m v2 1 Joule = (½) (1 kg)(v2)
V= ½*1 =0,5
3 15,79 Kurang paham
4. Ek = ½ m v2 1 Joule = (½) (1 kg)(v2)
V=1*1 =1
2 10,53 Kurang paham
5. Ek = ½ mv2 1 Joule = (½) (1 kg)(v2) V=1/1 = 1
1 5,27 Kurang paham
(72)
8. EK1 + EP1 = EK2 + EP2
0 + mgh = EK2 + 0 mgh = EK2
5kg*9,8m/s2*3= 147 J 1. Hanya menuliskan komponen yang diketahui dan yang ditanyakan. Serta menuliskan yang ditanyakan. Ek=mgh =5*9,8*3 Tidak diberi penjelasan darimana rumus itu dapat.
4 21,05 Kurang paham
2. EK1 + EP1 = EK2 + EP2
0 + mgh = EK2 + 0 mgh = EK2
5kg*9,8m/s2*3= 147 J
4 21,05 Paham
3. Dari diketahui, ditanykan dan dijawab
semuanya salah dan tidak sesuai soal.
2 10,53 Tidak paham
4. Tidak menjawab 9 47,37 Tidak paham 9. EP karung berisi
beras relatif terhadap permukaan tanah
1. Hanya menuliskan komponen yang
4 21,05 Kurang paham
(73)
Ketinggian total karung beras dari permukaan tanah = 1,5 m + 0,5 m = 2 meter
Dengan demikian, EP = mgh = (50 kg) (10 m/s2) (2 m)
EP = 1000 Joule EP karung berisi beras relatif terhadap kepala buruh pelabuhan Kedudukan karung beras diukur dari kepala buruh pelabuhan adalah 0,5 meter. EP = mgh = (50 kg) (10 m/s2) (0,5 m) EP = 250 Joule
diketahui dan yang ditanyakan. Serta menuliskan yang ditanyakan. H1=1.5m H2=0.5m M=50kg G=10m/s2 2. Hanya menuliskan komponen yang diketahui dan yang ditanyakan. Serta menuliskan yang ditanyakan. H1=1.5m H2=0.5m M=50kg G=10m/s2 Jawab: Ep=mgh1 =50*10*1,50 = 750 J
3 15,79 Kurang paham
3. Tidak menjawab 12 63,16 Tidak paham 10. Cari masanya dari
massa jenis air x volume air
jadi m = 1000 kg/m3
(74)
x 10 m3 m=10000 kg terus cari Ep = mgh P = 50% x EP dibagi t
t nya 1 sekon EP = mgh
= 10000 kg x 10m/s2 x 100m x 50% = 5000000 watt/sekon.
(75)
Berikut ini merupakan analisis jawaban pretest siswa secara kualitatif yang
mengacu pada variasi jawaban siswa.
1. Siswa menjelaskan pengertian usaha.
Konsep awal pemahaman yang dimiliki oleh siswa mengenai usaha adalah
perpindahan suatu benda. Yakni sebanyak 31,58% siwa menjawab tersebut
sehingga siswa dikatakan belum mengerti mengenai usaha dan gaya dan
menyatakan definisi usaha. Sebanyak 10,53% siswa menjawab usaha
adalah Kegiatan yang menghasilkan suatu gaya, sehingga benda berpindah
tempat. Ada 5,27 % siswa menjawab usaha adalah Sebuah percobaan yang
dilakukan untuk mendapatkan suatu gerak. 10,53% siswa menjawab usaha
itu dorongan atau tarikan yang dilakukan oleh suatu benda. 15,79% siswa
menjawab gaya yang dilakukan untuk melakukan usaha. Hanya s10,53 %
siswa menjawab usaha adalah kali komponen gaya dalam arah perpindahan
dengan perpindahannya sedangkan 5,27 % siswa tidak menjawab. Jadi dapat
disimpulkan bahwa siswa belum sepenuhnya mengerti pengertian usaha.
(76)
Disini juga siswa masih ada yang tidak paham mengenai persoalan ini,
namun sebagian besar siswa sudah mengerti dan paham sehingga mereka
bisa menjawab dengan tepat kapan sebuah gaya melakukan usaha. Sebanyak
63,16% siswa menjawab bahwa suatu gaya dikatakan melakukan usaha
ketika gaya tersebut bisa memindahkansuatu benda. Namun masih ada yang
belum tepat dan tidak bisa menjelaskannya, ada yang menjawab Pada saat
benda melakukan usaha dan energi sebanyak 15,79% maka gaya melakukan
usaha, sebanyak 10,53 % siswa menjawab ketiks benda bergerak dan
berpindak ke titik lain, padahal bergerak itu adalah efek dari gaya yang
diberikan. Masing-masing 5,27 % siswa menjawab saat usaha lebih besar
dari benda dan gaya menghasilkan usaha. Dari variasi jawaban siswa
tersebut bahwa dapt disimpulan untuk saol nomor 2 ini, yaitu tentang gaya
melakukan usaha siswa sudah paham. Ini dilihat dari jumlah persentase
siswa yang menjawab dengan benar yaitu sebanyak 63,16 % sudah lebih
dari separuh siswa di kelas.
3. Siswa menentukan mana usaha yang besar dan kecil, ketika ada dua gaya
yang berbeda diberikan kepada benda.
10,53 % siswa dikatagorikan tidak paham, mereka menjwab usaha aan lebih
besar dari iin, karena benda yang didorong iin lebih kecil gayanya. Siswa
bisa mengatakan demikian karena mereka beranggapan kalau usaha itu
dipengaruhi oleh besar kecilnya benda yang di dorong. 15,79 % siswa
menjawab kurang lengkap, mereka hanya menjawab karena tembok tetap
(77)
dengan jawaban mereka tersebut. 5,27 % siswa menjawab sangat
menyimpang, mereka menjawab usaha adalah hasil kali dari gaya dengan
perpindahan, sehingga siswa yang menjwab seperti ini juga dikatagorikan
tidak paham. Sebanyak 36,84 % siswa menjawab dengan tepat, mereka
menjawab usaha Aan sama dengan nol karena tembok yang didorong tidak
bergerak meskipun gaya Aan lebih besar daripada gaya Iin. Sehingga
mereka dikatakan sudah paham. Sedangkan 31,58 % siswa tidak menjawab
sehingga mereka tidak masuk dalam katagori mengerti atau paham.
4. Menentukan usaha yang dilakukan oleh seseorang ketika gaya dan jarak
tempuhnya atau perpindahannya diketahui.
Sebanyank 21,05 % siswa masih tidak paham dalam menjawab soal in,
meraka menjawab w=f/a 100/5=20 J. 10,53 % siswa menjawab
100x5=500/2=250J, siswa membagi hasil yang seharunya sudah benar jadi
mereka tidak paham akan persoalnnya. Sebanyak 26,32 % siswa menjawab
W = F.S
W = 100N x 5m
W = 500
Namun mereka tidak menuliskan satuan-satuannya, sehingga jawaban
mereka kurang lengkap.
Namun ada siswa yang menjawab dengan benar, yaitu sebanyak 15,79
mereka menjawab dengan benar dan lengkap beserta satuannya, W = F.S
W = 100N x 5m
(78)
Jadi usaha yang dilakukan adalah sebesar 500 Joule.
5. Contoh energi potensial dalam kehidupan sehari-hari
Masing-masing 5,27 % siswa menjawab contoh energi petensial adalah
usaha, energi dan daya. 5,27 % siswa menjwab cahaya listrik, 5,27 % siswa
menjawab mendorong meja, gesek tangan. Semua jawaban mereka salah
dan mereka tidak paham. Sebanyak 15,79 % dan 10, 53 % siswa menjawab
kurang lengkap, mereka hanya menjawab beberap contoh yang benar saja
dari yang diminta di soal. Mereka menjawab air terjun, mengangkat benda,
melempar batu, dan bauh kelapa jatuh. Hanya 26,32 % yang menjawab
lengkap dan benar, jadi mereka sudah paham dan mengerti apa yang
diinginkan. Namun ada 31,28 % siswa tidak menjawab sama sekali.
6. Mencari usaha untuk menaikkan suatu benda dari kedudukan semula sampai
kedudukan akhir.
Sebanyak 21,05 % siswa menjawab kurang lengkap, mereka sudah
menjawab dengan hampir benar tapi mereka tidak menuliskan satuannya
dari hasil perhitungan, serta yang ditanyakan. Mereka langsung memasukan
Ep=m.g.h
Ep=2x9,8x1,5 sehingga hasil maupun perhitungan tidak ada satuan sama
sekali. 5,27 % siswa sama sekali tidak paham, mereka menjawab bahwa
Ep=m/ag, yaitu massa dibagi jarak dikalikan gravitasi dan sebanyak 15,79
% siswa sudah paham dan mejawab dengan benar, mereka menjawab
bahwa:
(79)
W = (2 kg) (10 m/s2) (1,5 m)
W = 30 Kg m2/s2 = 30 N.m = 30 Joule
EP = mgh
EP = (2 kg) (10 m/s2) (1,5 m)
EP = 30 Kg m2/s2 = 30 N.m = 30 Joule.
Dan sebanyak 57,90 % siswa tidak menjawab, mereka sama sekali tidak
paham sehingga mereka tidak mengerjakan soal tersebut.
7. Mencari kecepatan suatu benda jika diketahui energi kinetiknya dan massa
benda tersebut.
Secara keseluruhan pemahaman siswa mengenai energi kinetik ternyata
belum bagus, hal ini diliat dari tidak ada satu siswapun yang mencapi skor
maksimum untuk soal ini. 26,33 % siswa masih menjawab kurang lengkap
yaitu ada yang hanya menuliskan yang diketahui dan ditanyakan, ada yang
menuliskan hanya sampai rumus tapi tidak sampai selesai, ada yang tidak
menuliskan satuan dari masing-masing komponen yang diketahui tersebut.
31,58% dan 15,79 % siswa masing-masing menjawab bahwa kecepatan itu
langsung mereka cari tanpa dimasukan kedalam rumus yang sesuai, mereka
menjawab:
Ek = ½ m v2
1 Joule = (½) (1 kg)(v2)
V= ½*1 =0,5 dan
Ek = ½ m v2 Joule
(80)
V2=1/2/1=2
Jadi di sini siswa sudah menggunakan rumus yang salah dan tidak bisa
dinlai. Sebanyak 31,58 % siswa tidak menjawab sama sekali.
8. Mencari energi kinetik suatu benda yang berada pada suatu ketinggian.
Sebanyak 21,05 % siswa sudah mengerti dan bisa menentukan enargi
kinetik benda tersebut, mereka sudah menjawab sesuai dengan panduan
jawaban, yaitu :
EK1 + EP1 = EK2 + EP2
0 + mgh = EK2 + 0
mgh = EK2
5kg*9,8m/s2*3= 147 J
Sebanyank 21,05 % juga siswa sudah menjawab soal ini hampir benar,
namun masih kurang lengkap. Mereka hanya menuliskan komponen yang
diketahui dan yang ditanyakan. Serta menuliskan yang ditanyakan.
Ek =mgh
=5*9,8*3 Tidak diberi penjelasan darimana rumus itu dapat.
Sebanyak 10,53 % siswa tidak paham, mulai dari diketahui, ditanykan dan
dijawab semuanya salah dan tidak sesuai soal dan sebanyak 47,37 % siswa
tidak menjawab sama sekali, sehingga dapat disimpulkan bahwa un tuk soal
(81)
9. Menghitung energi potensial terhadap dua kedudukan yang berbeda dalam
soal ini adalah ketinggannya.
Untuk soal ini hampir semua siswa belum bisa mengerjakannya dan ini
tandanya mereka benar-benar belum paham, ada sebanyak 21,05 % siswa
menjawab kurang lengkap, mereka hanya menuliskan komponen yang
diketahui dan yang ditanyakan. Serta menuliskan yang ditanyakan.
H1=1.5m, H2=0.5m, M=50kg
G=10m/s2 dan sebanyak 15,79 % juga siswa kurang paham, sehingga
mereka menjawab kurang lengkap juga. Mereka hanya menuliskan
komponen yang diketahui dan yang ditanyakan. Serta menuliskan yang
ditanyakan.
H1=1.5m H2=0.5m
M=50kg G=10m/s2
Jawab:
Ep=mgh1
=50*10*1,50
= 750 J
Serta 63,16 % siswa tidak menjawab.
10. Untuk soal nomor 10 ini, semua siswa tidak bisa menjawab bahkan tidak
ada yang mengerjakannya. Sehingga mereka semuanya dianggap tidak
(82)
Tabel 4.9 Variasi Jawaban Siswa Soal Posttest No
Soal Jawaban
Variasi Jawaban Jml Siswa Jml Siswa (%) Kualifikasi pemahaman
1. Usaha adalah hasil kali komponen gaya dalam arah perpindahan dengan
perpindahannya
1. Hasil kali gaya
2 10,53 Tidak paham
2. Hasil gaya yang diusahakan benda
1 5,27 Tidak paham
3. Gaya melakukan perpindahan
1 5,27 Tidak paham
4. Perpindahan suatu benda yang dilakukan
1 5,27 Tidak paham
5. Hasil kali gaya dengan perpindahanny a
14 73,69 Paham
2. Jika suatu gaya F menyebabkan
perpindahan sejauh x, maka gaya F
melakukan usaha sebesar W
1. Jika suatu gaya dapat melakukan usaha
1 5,27 Tidak paham
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
vii ABSTRAK
Wan Hendrianus. 2012. Peningkatan Pemahaman Belajar Siswa Mengenai Usaha dan Energi Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif
Ttipe NHT pada siswa Kelas XII IPA SMA Kristen Sinar Kasih Sintang. Skripsi
S-1. Yogyakarta. Pendidikan Fisika. JPMIPA. FKIP. Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini merupakan penelitian gabungan kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan pemahaman siswa mengenai konsep-konsep usaha dan energi dengan metode cooperatif learning tipe NHT. Untuk membandingkan adanya peningkatan pemahaman siswa atau tidak, peneliti membandingkan nilai tes siswa ketika belum dilakukan proses pembelajaran dengan nilai tes siswa ketika sudah dilakukan proses pembelajaran.
Penelitan ini dilakukan di SMA Kristen Sinar Kasih Sintang, pada bulan Juli 2012. Partisipan ada siswa siswi kelas XII IPA.
Penelitian ini mencakup empat tahap, yang terdiri dari menyiapkan instrumen pembelajaran, siswa mengerjakan soal pre test, proses pembelajaran aktif dengan tipe NHT dan siswa mengerjakan soal post test. Masing-masing masing soal pretest dan postest adalah 10 soal yang berhubungan dengan konsep usaha dan energi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terjadi peningkatan pemahaman siswa mengenai konsep usaha dan energi; (2) pemahaman siswa setelah proses pembelajaran adalah masuk dalam kategori paham.
(6)
viii ABSTRACT
Wan Hendrianus. 2012. The Increasing of Student’s Understanding about work and energy concepts with cooperative learning method (NHT type) to the 12th Grade Students of Sinar Kasih Senior High School, Sintang. Yogyakarta: Physics Education. Departemant of mathematics and Scince Education. Faculty of Teacher Trainning and Education. Sanata Dharma University.
This research was combination of quantitative and qualitative research. The purpose of this research is to find out the increasing of the student’s understanding about work and energy concepts with cooperative learning method (NHT type).
To compare is there any increasing of student’s understanding or not,
researcher compare the student’s test score before learning process with after
learning process.
This research took place in SMA Kristen Sinar Kasih Sintang on July 2012. The participant was the student of grade XII IPA.
This research contained of four phase: prepared the instrument of learning, the student worked pre-test, active learning process with NHT type, and the student worked post-test. Each pre-test and post-test have ten questions that connect with work and energy concept.
The result of research are (1) there is an increasing in student’s understanding about work and energy concept, (2) student’s understanding after learning process include in understand category.