14
diinisiasikan untuk secara aktif turut serta dalam tugas misioner dan publik jemaat Kristen.
2. Kekhasan Sakramen Krisma
Dalam Sakramen Baptis, orang sudah dihapus dosanya, diberi rahmat pengkudusan dan keutamaan Ilahi serta moral. Dalam Sakramen Krisma anggota
jemaat oleh Roh Kristus disanggupkan untuk ikut serta dalam tugas penyelamatan jemaat Kristus agar di dunia ini turut membangun jemaat Kristus demi
keselamatan umat manusia.
mengatakan bahwa “Dengan sakramen Krisma seorang anggota jemaat dinyatakan dan dalam rangka “persona publica”, yang sepenuh-penuhnya terlibat
dalam penyelamatan jemaat. Dengan karunia Roh Kudus anggota jemaat dikuatkan dan diperteguh sehingga anggota jemaat menjadi sadar bahwa dirinya
sudah terlibat dalam aktivitas penyelamatan jemaat. Banawiratma, 1989 : 100- 10
3. Materai Krisma
Tugas serta kesanggupan tersebut sekali untuk selama-lamanya dan secara kelihatan diberikan dalam Sakramen Krisma. Sakramen Krisma memberi “materai
yang tak terhapuskan” yang disebut sebuah “tanda rohani”. Materai yang yang disebutkan adalah seseorang dilantik dan ditugaskan dalam rangka jemaat Kristus
serta disanggupkan untuk turut serta dalam tugas penyelamatan jemaat. Banawiratma, 1989 : 100-101
15
4. Liturgi Sakramen Krisma
Sakramen Krisma atau penguatan diberikan oleh uskup atau yang mendapat delegasi dari uskup. Secara liturgis Sakramen Krisma diberikan dalam
perayaan Ekaristi, diberikan setelah Liturgi Sabda. Adapun urutan perayaan penerimaan Sakramen Krisma adalah sebagai berikut Katekese Inisiasi, 2012 :
42
a. Pembaharuan janji Baptis yang memperlihatkan hubungan Sakramen Krisma
dengan Sakramen Penguatan b.
Penumpangan tangan dan doa oleh uskup. Dengan tangan terkatub, uskup berdoa bagi turunnya Roh Kudus, lalu dengan mengulurkan tangan ke arah
calon, ia memohon tujuh karunia Roh Kudus. c.
Pengurapan dengan minyak Krisma. Uskup mengoleskan ibu jari kanan ke dalam minyak Krisma lalu membuat tanda salib pada dahi calon sambil
berkata “Terimalah tanda karunia Roh Kudus”. Ini merupakan tanda turunnya karunia Roh Kudus dan menerima materai yang tak terhapuskan, yaitu suatu
tanda dari Tuhan, setelah penerimaan Sakramen Krisma, dilanjutkan dengan Liturgi Ekaristi.
5. Makna Simbol Sakramen Krisma
Dalam Penerimaan Sakramen Krisma ada beberapa simbol yang digunakan, simbol yang merupakan materia dan tata gerak Katekese Inisiasi,
2012: 43 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
a. Minyak Krisma
Penerimaan Sakramen Penguatan menggunakan minyak krisma sebagai materianya. Minyak krisma terbuat dari minyak buah zaitun dan dicampur sedikit
balsam. Minyak krisma diberkati oleh uskup pada saat misa krisma, sehari sebelum Hari Raya Kamis Putih. Minyak krisma merupakan simbol pengudusan
oleh Roh Kudus yang hadir dalam bentuk bau wangi. b.
Penumpangan Tangan Uskup Penumpangan tangan menjadi simbol turunnya Roh Kudus bagi para
calon, Roh itu akan menjadi Roh yang mendewasakan iman para calon dan mengguatkan mereka. Penumpangan tangan pada bahu para calon penerima
Sakramen Krisma menggambarkan bahwa penumpangan itu dikaitkan dengan pelaksanaan tugas dan tanggung jawab baru yang harus dipikul yaitu tugas
perutusan sebagai saksi Kristus. c.
Pengurapan Minyak Krisma Setelah penumpangan tangan oleh uskup, calon penerima Sakramen
Krisma menerima urapan minyak krisma pada dahi mereka. Pengurapan ini menjadi simbol pemberian anugerah Allah yang menguatkan, melantik,
menguduskan dan menjadikan seseorang memiliki tugas baru dalam hidupnya. Pengurapan juga menumbuhkan semangat serta ketetapan hati pada diri seseorang
yang menerima dengan bantuan Roh Kudus. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
d. Tepuk pada pipi penerima Sakramen Krisma
Uskup menepuk pipi penerima Sakramen Krisma sebagai tanda pemberian restu dan semangat agar penerima Sakramen Krisma berjuang menjadi saksi
Kristus dengan mantap dan berani. e.
Pemberian Nama Krisma Nama krisma menjadi simbol semangat baru yang dimiliki santo-santa
yang telah dipilih oleh para calon penerima Sakramen Krisma. Nama santo-santa yang telah dipilih menjadi teladan dan menghayati perutusan sebagai saksi
Kristus.
6. Pelayan Sakramen Krisma
Sakramen Krisma memberikan penugasan dan pengangkatan resmi menjadi persona publica dalam jemaat, maka penerimaan Sakramen Krisma
menjadi wewenang khusus pemimpin mandiri jemaat yaitu uskup. Dalam Kitab Hukum Kanonik juga disebutkan bahwa yang menjadi pelayan Sakramen Krisma
adalah Uskup, namun sakramen itu juga dapat diberikan sah oleh imam yang memiliki kewenangan Kan.882. kewenangan itu memiliki syarat sebagai
berikut Kan.883 :
a. Dalam batas-batas wilayah kekuasaaannya, mereka yang dalam hukum
disamakan dengan Uskup diosesan. b.
Uskup sudah memberi mandat kepada imam. c.
Orang yang akan menerima Sakramen Krisma sedang dalam bahaya maut. Selain itu, dalam keadaan darurat Uskup diosesan bisa mengusahakan
penerimaan Sakramen Krisma diberikan oleh Uskup lain atau kewenangan kepada PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
beberapa imam tertentu dan untuk memberikan penguatan secara licit kepada keuskupan lain, Uskup membutuhkan izin dari Uskup diosesan Kan 884-886.
7. Persayaratan Calon Penerima Sakramen Krisma
Sesuai dengan yang teracantum dalam Kitab Hukum Kanonik Calon penerima Sakramen Krisma harus memenuhi syarat yaitu yang menerima
Sakramen Penguatan adalah semua dan hanya yang telah dibaptis serta belum pernah menerimanya Kan. 889. Di luar bahaya maut Sakramen Penguatan
hendaknya diberikan kepada umat beriman pada sekitar usia dapat menggunakan akal, dari segi usia, usia remaja setingkat SLTP merupakan usia minimal untuk
dapat menerima Sakramen Krisma dikarenakan usia remaja lebih sesuai dengan maksud dan makna penguatan. Mereka dituntut untuk diajar secukupnya,
berdisposisi baik dan dapat memperbaharui janji-janji baptis. Disamping itu Sakramen Krisma dapat diberikan dalam bahaya maut atau jika menurut penilaian
pelayan sakramen, ada alasan berat yang menganjurkan lain Kan. 891.
8. Penanggungjawab Sakramen Krisma
a. Tanggung Jawab penerima Sakramen Krisma
Umat beriman wajib menerima Sakramen Krisma tepat pada waktunya. Seorang yang telah menerima Sakramen Krisma maka ia memiliki tanggung
jawab menjadi warga Gereja sepenuhnya karena dengan sakramen Krisma ia telah secara penuh menjadi anggota Gereja yang harus terlibat aktif memikul tanggung
jawab dan mempuyai hak dan peranan yang sama dengan semua anggota Gereja yang lain yang sudah dewasa. Para calon penerima Sakramen Krisma diajak pula
19
memahani bahwa Sakramen Krisma mengandung suatu panggilan untuk menjadi
saksi Kristus.
Dalam bidang liturgi, orang yang telah menerima Sakramen Krisma diikutsertakan dalam aneka tugas liturgi seperti lektor, misdinar, pemazmur, koor
atau tugas lainnya. b.
Tanggung Jawab Orang Tua Orang tua bertanggung jawab untuk mendampingi anaknya dengan
memberikan pendidikan iman terutana di rumah. Orang tua juga wajib mendukung anaknya dalam dari persiapan Sakramen Krisma hingga sesudah
penerimaan Sakramen Krisma. c.
Tanggung Jawab Gereja Gereja bertanggung jawab agar umatnya dapat menyambut Sakramen
Krisma tepat pada waktunya. Selain itu Gereja mengusahakan dan memperhatikan agar umat beriman memiliki pemahaman dan penghayatan yang memadai
mengenai Sakaramen Krisma.
d. Tanggung Jawab Umat Setempat
Umat setempat hendaknya menerima dan mendukung mereka dalam berbagai kegiatan, mengajak mereka untuk ikut terlibat dalam kegiatan-kegiatan
maupun pertemuan-pertemuan lingkungan.
e. Tanggung Jawab Wali Krisma
Wali krisma adalah pihak yang mendampingi dan membimbing calon penerima krisma. Wali krisma diharapkan mampu menunjukkan jalan kepada
calon penerima krisma untuk menerapkan Injil dalam hidupnya sendiri dan dalam hubungannya dengan masyarakat. Wali krisma harus menolong dalam keragu-
20
raguannya dan kebimbangannya. Wali krisma bertugas mengusahakan agar yang telah menerima penguatan bertindak sebagai saksi Kristus yang sejati dan dengan
setia memenuhi kewajiban-kewajiban yang melekat pada sakramen itu.
Syarat untuk menjadi seorang wali krisma tidak jauh berbeda dengan wali baptis, yaitu Kan.874 :
1 Ditunjuk oleh calon penerima Sakramen Krisma atau orangtuanya atau oleh
orang yang mewaliki mereka selain itu ia cakap dan mau melaksanakan tugas itu.
2 Berumur genap enambelas tahun, kecuali umur lain ditentukan oleh Uskup
diosesan atau ada kekecualian. 3
Seorang katolik yang telah menerima penguatan dan Sakramen Ekaristi. 4
Tidak terkena suatu hukum kanonik. 5
Bukan ayah atau ibu dari calon penerima Sakramen Krisma. f.
Tanggung Jawab Katekis Katekis harus siap memberikan katekese kepada calon penerima Sakramen
Krisma. Katekis akan mengajar, melatih dan meneguhkan untuk menjadi katolik. Dengan kesungguhkan hati katekis diharapkan mampu mendampingi para calon
penerima Sakramen Krisma dan bahka menjadi teladan bagi para calon.
9. Bidang Perutusan Sakramen Krisma
Setiap orang yang menerima Sakramen Krisma dianggap sudah dewasa baik dalam cara berpikir maupun bertindak. Ia bisa dilibatkan dalam aneka tugas
perutusan Gereja. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
Ada empat bidang tugas Gereja yang bisa menjadi medan perutusan orang- orang yang telah menerima Sakramen Krisma Katekese Inisiasi, 2012: 47-48 .
a. Leiturgia
Dalam bidang liturgi, orang yang telah menerima Sakramen Krisma diutus untuk terlibat dalam aneka tugas liturgi misalnya menjadi misdinar, lektor,
pemazmur, koor atau tugas-tugas lainnya. Partisipasi yang dimaksud bukan karena diajak orang melainkan suatu dorangan dari dalam untuk turut serta
menggembangkan Gereja. Sebab yang telah menerimakan Sakramen Krisma, ia turut bertanggung jawab atas mati dan hidupnya, tumbuh dan berkembangnya
Gereja dalam aneka kehidupan. Sebagai wujud keterlibatan, partisipasi juga dapat dalam bentuk aneka
tugas liturgi sesuai dengan kemampuannya. Kehadirannya tentu akan turut membawa kemajuan dalam bidang liturgi. Namun lebih dari itu, seseorang yang
telah menerima Sakramen Krisma juga dimungkinkan untuk menjadi pionir-pionir dalam kehidupan liturgi. Tidak hanya berpartisipasi, tetapi justru menjadi pemikir
yang kreatif, inovatif dan motivator bagi majunya kegiatan-kegiatan liturgi. b.
Koinonia Panggilan Tuhan bukan panggilan secara personal antara manusia dengan
Tuhan, tetapi panggilan Tuhan juga diarahkan untuk menggembangkan persekutuan koinonia antar umat beriman dalam kesatuan iman akan Tuhan.
Setiap orang yang telah menerima Sakramen Krisma didorong untuk masuk dalam persekutuan dan terlibat didalamnya. Tidak hanya menjadi anggota
persekutuan, tetapi juga diharapkan turut memikirkan dan mengembangkan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
persekutuan agar lebih hidup dan tumbuh menjadi persekutuan yang sehati sejiwa dalam iman dan kasih.
Sebagai seseorang yang telah dewasa imannya, orang yang telah menerima Sakramen Krisma diharapkan mengembangkan sikap-sikap yang perlu untuk
mendukung persekutuan dan sekaligus membuang sikap-sikap yang bisa merusak persekutuan. Sikap-sikap yang mengembangkan persekutuan adalah kesediaan
diri untuk hadir dalam acara-acara bersama, terlibat dalam tugas-tugas bersama, membangun sikap yang ramah, lemah lembut dan penuh dan penuh pengertian.
Sedangkan sikap yang merusak persekutuan antara lain mudah berpikir negatif dan tertutup terhadap kehadiran orang lain. Sikap-sikap semacam ini perlu
dihindari agar persekutuan tetap terjaga dan tumbuh menjadi medan setiap pribadi untuk mengambangkan iman dan kasih.
c. Diakonia
Kehadiran Gereja di tengah umatnya dan masyarakat adalah untuk meneladan Yesus Kristus yaitu melayani, khususnya melayani mereka yang
termasuk dalam kelompok KLMTD. Pelayanan itu bisa terwujud dalam bentuk pelayanan spontan, pelayanan karitatif dan pelayanan pemberdayaan. Pelayanan
spontan adalah pelayanan yang diberikan kepada orang lain secara spontan dan dengan tulus. Misalnya menolong orang kecelakaan atau membantu orang
mengerjakan sesuatu. Pelayanan karitatif adalah pelayanan yang diberikan dalm bentuk uang atau dana. Dana itu diberikan untuk kebutuhan mendesak misalnya
pengobatan, beasiswa atau bencana. Sedangkan pelayanan pemberdayaan adalah bantuan yang diberikan untuk tujuan pemberdayaan orang dalam hidup dan usaha.
Misalnya, memberikan dana untuk modal usaha atau untuk suatu pelatihan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
ketrampilan. Melalui pelayanan diakonia, diharapkan mereka yang telah menerima Sakramen Krisma menyadari bahwa diriya dipanggil untuk menjadi
berkat bagi orang lain melalui pelayanan-pelayanan yang diberikan. Sebagai seorang yang telah menerima Sakarmen Krisma, bisa mendukung kegiatan
diakonia dengan hidup saling membantu dan berbagi kepada orang lain yang membutuhkan.
d. Kerygma
Setiap orang yang menerima Sakramen Krisma dipanggil untuk mengambil bagian dalam tugas pewartaan. Ia tidak hanya menerima pewartaan
tetapi juga turut menjadi pewarta bagi yang lain. Misalnya, ia ikut membahas Kitab Suci, memimpin pendalam iman, dan memberikan renungan dalam suatu
kelompok tertentu. Pewartaan juga disampaikan secara personal, yakni pada orang-orang yang ingin bertanya dan mendalami sesuatu.
Untuk mendukung tugas ini, seseorang perlu membekali diri terus menerus. Pembekalan itu bisa dilakukan dengan membaca Kitab Suci, ajaran-
ajaran Gereja atau buku-buku yang berisi pendalaman iman.
D. Gambaran Remaja Pada Umumnya
Masa remaja merupakan sebuah periode dalam kehidupan manusia yang batasan usianya maupun peranannya tidak terlalu jelas. Pubertas yang pada
dianggap sebagai tanda suatu awal dari keremajaan ternyata tidak valid lagi dijadikan sebagai patokan untuk pengkategorian remaja sebab usia pubertas yang
dahulu terjadi pada akhir usia belasan 15-18 kini terjadi di awal belasan bahkan sebelum usia 11 tahun. Banyak perubahan pada diri seseorang sebagai tanda
24
keremajaan namun sering kali perubahan itu hanya merupakan suatu tanda-tanda fisik dan bukan sebagai pengesahan akan keremajaan seseorang. Namun satu hal
yang pasti, konflik yang dihadapi oleh remaja semakin kompleks seiring dengan perubahan pada berbagai aspek kehidupan dalam diri mereka. Hurlock,
1990:207-215
1. Perubahan Fisik
Seperti pada semua usia, dalam perubahan fisik juga terdapat perbedaan individual. Perbedaan seks sangat jelas. Perubahan ini berpengaruh dalam
perkembangan jiwa remaja. Perubahan-perubahan fisik menyebabkan seorang remaja menjadi canggung karena harus menyesuaikan diri dengan perubahan yang
ada pada dirinya. Banyak dari remaja mengalami ketidakpuasan dengan tubuhnya ini merupakan salah satu penyebab timbulnya konsep diri yang kurang baik dan
kurang harga diri selama masa remaja. Keperihatinan muncul karena adanya kesadaran bahwa daya tarik fisik
berperan penting dalam hubungan sosial, mereka meyakini bahwa yang menarik biasanya diperlakukan lebih baik.
2. Perubahan Sosial
Salah satu tugas perkembangan remaja yang tersulit adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial, penyesuaian diri dengan meningkatkan
pengaruh kelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
sosial yang baru, nilai-nilai baru dalam dukungan dan penolakan sosial, dan nilai- nilai baru dalam seleksi kepemimpinan.
yang menyiapkan panggung di mana ia dapat menguji diri sendiri dan orang lain. Di dalam kelompok sebaya ia merumuskan dan memperbaiki konsep dirinya,
kelompok sebaya memberikan dunia tempat kaum muda dapat melakukan sosialisasi dalam suasana di mana nilai-nilai yang berlaku bukanlah nilai-nilai
yang ditetapkan oleh orang dewasa melainkan oleh teman-teman seusianya. Yang paling menonjol dari perubahan sikap dan perilaku adalah hubungan
heteroseksual. Perubahan hubungan heteroseksual ini sangat radikal, yaitu perubahan dari remaja yang bersangkutan menyukai dan memperhatikan kawan
lawan jenis, yang sebelumnya merasa tidak mereka sukai ataupun perhatikan sama sekali.
3. Perubahan Moral
Ketika memasuki masa remaja, mereka tidak lagi menerima kode moral dari orang tua, guru, bahkan teman-teman sebaya. Mereka membentuk kode moral
sendiri berdasarkan konsep tentang benar dan salah yang telah diubah dan diperbaikinya agar sesuai dengan tingkat perkembangan yang lebih matang.
Pada perkembangan kesadaran moral remaja, terjadi perubahan moral yang terjadi pada mereka. Mereka lebih peka terhadap harapan dan pandangan
orang lain dalam masyarakat sekitarnya. Reputasi orang menjadi perhatian, sedang aspek moral dari reputasi itu dipandang sebagai bagian utama reputasi.
Sehubungan dengan hal ini mereka mulai menyadari bahwa orang lain PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI