Jones 2007 salah satu cara menghitung biaya ekuitas adalah dengan menggunakan Capital Asset Pricing Model CAPM. Penggunaan CAPM relatif
mudah sehingga banyak digunakan oleh banyak perusahaan dalam menghitung biaya ekuitasnya. Perhitungan biaya ekuitas dengan menggunakan CAPM adalah sebagai
berikut:
COE = Rf + β Rm – Rf
COE = Rf + β Rp
Dimana: COE = estimasi cost of equity biaya ekuitas
Rf = risk free rate tingkat pengembalian dari sekuritas bebas resiko
β =
resiko sistematis dari ekuitas
Rm = pengembalian historis dari pasar saham keseluruhan IHSG
Rp =market risk premium selisih pengembalian historis dari pasar saham dengan
pengembalian dari sekuritas bebas resiko Rm – Rf
2.1.1.2 Manfaat Biaya Ekuitas
Menurut Weston dan Brigham 1994 ada tiga alasan mengapa biaya ekuitas merupakan hal penting.Pertama, biaya ekuitas harus diminimalkan untuk
memaksimalkan nilai perusahaa.Kedua, biaya ekuitas perlu diestimasi agar manajer keuangan dapat mengambil keputusan di bidang penganggaran barang modal.Ketiga,
estimasi biaya ekuitas diperlukan dalam berbagai macam keputusan lainnya yang diambil oleh manajer.
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.3 Sumber Biaya Ekuitas
Perusahaan memiliki beberapa sumber dana agar memiliki struktur biaya ekuitas yang optimal. Biaya ekuitas dihitung berdasarkan sumber dana jangka
panjang yang tersedia bagi perusahaan. Ada 4 sumber dana jangka panjang Purba, 2012 , yaitu:
1. Hutang jangka panjang adalah biaya hutang setelah pajak saat ini untuk mendapatkan dana jangka panjang melalui pinjaman,
2. Saham preferen adalah deviden saham preferen tahunan dibagi dengan hasil penjualan saham preferen,
3. Saham biasa atau biaya ekuitas adalah besarnya rate tingkat nilai, harga, kecepatan perkembangan yang digunakan oleh investor untuk
mendiskontokan deviden yang diharapkan akan diterima pada masa mendatang. Yang dimaksud dengan diskonto adalah jumlah yang dikurangkan
dari surat-surat berharga karena diperjualbelikan sebelum jatuh tempo, yang diberikan oleh pembeli karena pembayarannya tunai, cepat, dalam jumlah
besar, atau akan dijual kembali, 4. Laba ditahan adalah laba yang tidak dibagikan, tetapi ditambahkan pada
modal.
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Teori Agensi
Teori agensi agency theoryadalah teori yang menjelaskan agency relationship dan masalah-masalah yang ditimbulkannya Jensen dan Meckling,
1976.Agencyrelationship merupakan hubungan antara dua pihak, dimana pihak pertama bertindak sebagai prinsipalpemberi amanat dan pihak kedua disebut agen
yang bertindak sebagai perantara yang mewakili prinsipal dalam melakukan transaksi dengan pihak ketiga.Pada agency theory yang disebut prinsipal adalah pemegang
saham dan yang dimaksud agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Pihak prinsipal memberi kewenangan kepada agen untuk melakukan transaksi atas
nama prinsipal dan diharapkan dapat membuat keputusan terbaik bagi prinsipalnya Hartono dan Atahau, 2007.
Dalam perusahaan yang telah go public, agency relationship dicerminkan oleh hubungan antara investor dan manajemen perusahaan, baik board ofdirectorsmaupun
board of commissioners. Persoalannya adalah diantara kedua pihak tersebut seringkali terjadi perbedaan kepentingan.Perbedaan tersebut mengakibatkan
keputusan yang diambil oleh manajemen perusahaan kurang mengakomodasi
Universitas Sumatera Utara
kepentingan pihak pemegang saham.Hal inilah biasa dikenal dengan agency problem Sari, 2010.
Jensen dan Smith 1984 tujuan dari teori agensi adalah pertama, untuk meningkatkan kemampuan individu baik prinsipal maupun agen dalam
mengevaluasi lingkungan dimana keputusan harus diambil The belief revision role. Kedua, untuk mengevaluasi hasil dari keputusan yang telah diambil guna
mempermudah pengalokasian hasil antara prinsipal dan agen sesuai dengan kontrak kerja The performance evaluation role.
Perusahaan dipandang sebagai sekumpulan kontrak antara manajer perusahaan dan pemegang saham.Prinsipal atau pemilik perusahaan menyerahkan
pengelolaan perusahaan terhadap pihak manajemen. Manajer sebagai pihak yang diberi wewenang atas pengambilan keputusan dan berkewajiban menyediakan
laporan keuangan akan cenderung untuk melaporkan sesuatu yang memaksimalkan utilitasnya dan mengorbankan kepentingan pemegang saham. Sebagai pengelola
perusahaan, manajer akan lebih banyak memiliki informasi internal perusahaan dibandingkan dengan pemilik perusahaan. Manajer wajib memberikan informasi yang
diketahuinya kepada pihak pemilik, namun informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi perusahaan sebenarnya sehingga hal ini memacu
terjadinya konflik keagenan.Dalam kondisi yang demikian ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris atau asimetri informasi information
asymmetricPermanasari, 2010:15.
Universitas Sumatera Utara
Pengelolaan perusahaan harus diawasi dan dikendalikan untuk memastikan bahwa pengelolaan dilakukan dengan penuh kepatuhan kepada berbagai peraturan
dan ketentuan yang berlaku.Pengawasan atau monitoring yang dilakukan oleh pihak independen memerlukan biaya atau monitoring cost dalam bentuk biaya audit, yang
merupakan salah satu dari agency cost.Jensen dan Meckling 1976 adanyamasalah keagenan memunculkan biaya agensi yang terdiri dari:
1. The monitoring expenditure by the principle, yaitu biaya pengawasan yang dikeluarkan oleh prinsipal untuk mengaawasi perilaku dari agen dalam
mengelola perusahaan 2. The bounding expenditure by the agent bounding cost, yaitu biaya yang
dikeluarkan oleh agen untuk menjamin bahwa agen tidak bertindak yang merugikan prinsipal.
3. The Residual Loss, yaitu penurunan tingkat utilitas prinsipal maupun agen karena adanya hubungan agensi.
Jensen dan Meckling 1976 menjelaskan bahwa asimetri informasi yang terbagi atas dua yakni moral hazard dan adverse selection menghasilkan risiko agensi
agency risk. Investor yang bersifat rasional akan memberikan harga atas risiko agensi ini dalam penentuan biaya ekuitas. Pelaporan keuangan yang dapat diandalkan
serta struktur kepemilikan yang baik diyakini dapat mengurangi risiko agensi.
2.1.3 Struktur Kepemilikan
Universitas Sumatera Utara
Menurut Wardhani 2006menyatakan struktur kepemilikan menggambarkan komposisi kepemilikan saham dari suatu perusahaan. Struktur kepemilikan juga
menjelaskan komitmen pemilik untuk mengelola dan menyelamatkan perusahaan. Para pihak yang berkepentingan seperti halnya pemilik modal sebagai principal bisa
mempercayakan kepada para profesional managerial untuk mengelola perusahaan dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.
Dalam suatu perusahaan publik terdapat struktur kepemilikan perusahaan, struktur kepemilikan merupakan suatu proporsi kepemilikan saham yang dimiliki
oleh pihak manajer perusahaan kepemilikan manajerial, pihak institusi kepemilikan institusional, pihak individu kepemilikan individu, pihak publikmasyarakat
kepemilikan publik, dan pihak pemerintah kepemilikan pemerintah Shinta dan
Ahmar, 2011:146.
Struktur kepemilikan perusahaan memiliki pengaruh terhadap perusahaan.Struktur kepemilikan mencerminkan proporsi kepemilikan perusahaan.
Dengan kata lain struktur kepemilikan mencerminkan proporsi hak principal pemilik. Tujuan perusahaan sangat ditentukan oleh struktur kepemilikan, motivasi
pemilik dan kreditur corporate governance dalam proses insentif yang membentuk motivasi manajer. Pemilik akan berusaha membuat berbagai strategi untuk mencapai
tujuan perusahaan, setelah strategi ditentukan maka langkah selanjutnya akan mengimplementasi strategi dan mengalokasikan sumber daya yang dimiliki
perusahaan untuk mencapai tujuanperusahaan. Salah satu karakteristik struktur kepemilikan adalah konsentrasi kepemilikan yang terbagi dalam dua bentuk struktur
Universitas Sumatera Utara
kepemilikan, yaitu kepemilikan terkonsentrasi dan kepemilikan menyebar.Menurut Dallas 2004 dalam Shinta dan Ahmar 2011 menyatakan bahwa:
“Kepemilikan saham dikatakan terkonsentrasi jika sebagian besar saham dimiliki oleh sebagian kecil individu atau kelompok, sehingga pemegang saham tersebut
memiliki jumlah saham yang relative dominan dibandingkan dengan yang lainnya.Kepemilikan saham dikatakan menyebar, jika kepemilikan saham menyebar
secara relative merata ke publik, tidak ada yang memiliki saham dalam jumlah sangat besar dibandingkan dengan yang lainnya”.
Berdasarkan teori keagenan, dalam struktur kepemilikan terdapat adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan perusahaan Rebecca, 2012:1.
Pemisahan antara fungsi kepemilikan dan pengelolaan perusahaan menimbulkan kemungkinan terjadinya agency problem yang dapat menyebabkan agency conflict,
yaitu konflik yang timbul sebagai akibat keinginan manajemen agent untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan kepentingannya yang dapat mengorbankan
kepentingan pemegang saham principal.Untuk itu diperlukan sebuah kontrol dari pihak luar dimana peran monitoring dan pengawasan yang baik akan mengarahkan
tujuan sebagaimana mestinya.
2.1.3.1 Kepemilikan Manajerial
Kepemilikan Manajerial managerial ownership adalah tingkat kepemilikan saham pihak manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan,
misalnya direktur dan komisaris Wahidahwati, 2002. Kepemilikan manajerial ini diukur dengan proporsi saham yang dimiliki perusahaan pada akhir tahun dan
dinyatakan dalam presentase. Semakin besar proporsi kepemilikan manajemen dalam
Universitas Sumatera Utara
perusahaan maka manajemen akan berusaha lebih giat untuk kepentingan pemegang saham yang notabene adalah mereka sendiri Mahadwartha dan Hartono, 2002.
Argumentasi di atas menjustifikasi perlunya managerialownership. Program managerial ownership termasuk ke dalam program kebijakan remunerasi untuk
mengurangi masalah keagenan antara manajemen dan pemegang saham. Smith dan Watts 1992 menjelaskan bagaimana paket kompensasi fixed gaji dan contingent
bonus terbukti dapat digunakan sebagai insentif untuk menyamakan kepentingan manajemen dan pemegang saham.
Manajer mendapat kesempatan untuk terlibat dalam kepemilikan sahamdengan tujuan mensetarakan dengan pemegang saham. Melalui kebijakan
inidiharapkan manajer dapat menghasilkan kinerja yang baik serta mengarahkandividen pada tingkat yang rendah Dewi, 2008. Dengan penetapan
dividen rendahperusahaan memiliki laba ditahan yang tinggi sehingga memiliki sumber danainternal relatif tinggi untuk membiayai investasi di masa yang akan
datang. Berdasarkan teori keagenan, perbedaan kepentingan antara manajer
danpemegang saham ini mengakibatkan timbulnya konflik yang biasa disebut agencyconflict.Konflik kepentingan yang sangat potensial ini menyebabkan
pentingnya suatu mekanisme yang diterapkan guna melindungi kepentingan pemegang sahamJensen dan Meckling, 1976.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Shleifer dan Vishny dalam Siallagan dan Machfoedz, 2006menyatakan bahwa kepemilikan saham yang besar dari segi nilai
ekonomisnyamemiliki insentif untuk memonitor. Secara teoritis ketika kepemilikan manajemenrendah, maka insentif terhadap kemungkinan terjadinya perilaku
oportunistikmanajer akan meningkat Siallagan dan Machfoedz, 2006. Sehingga menurutJensen dan Meckling 1976 kepemilikan manajemen terhadap saham
perusahaandipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara pemegangsaham luar dengan manajemen.
Dengan adanya kepemilikan manajemen dalam sebuah perusahaan akanmenimbulkan dugaan yang menarik bahwa nilai perusahaan meningkat
sebagaiakibat kepemilikan manajemen yang meningkat. Kepemilikan oleh manajemenyang besar akan efektif memonitoring aktivitas perusahaan Permanasari,
2010.
2.1.3.2 Kepemilikan Institusional