Sumber-sumber Makna Hidup Kebermaknaan Hidup
dengan baik. Dengan kata lain, itu adalah kemampuan untuk keluar dari diri. Dalam relasi sehat, seorang mampu mengungkapkan partisipasi
otentik dengan orang yang dicintai dan memerhatikan kesejahteraan diri maupun orang lain.
Cinta yang sejati mernurut Fromm dalam Schultz, 1991 adalah hubungan manusia yang bebas dan sederajat, yaitu setiap orang dapat
mempertaruhkan invidualitas masing-masing. Diri seseorang tidak akan terserap atau hilang dalam cinta terhadap orang lain. Diri tidak berkurang
dalam cinta produktif, melainkan diperluas, dibiarkan terbuka sepenuhnya. Dengan demikian perasaan akan hubungan tercapai, tetapi identitas dan
kemerdekaan seseorang tetap terpelihara. Cinta yang produktif menyangkut empat hal, yaitu : perhatian, tanggung jawab, penghormatan,
dan penghargaan.
Mencintai orang
lain berarti
memerhatikan kesejahteraannya, membantu pertumbuhan dan perkembangannya. Hal itu
berarti memikul tanggung jawab untuk orang yang dicintai, antara lain dalam mau dan mampu mendengarkan kebutuhan-kebutuhannya.
Mencintai juga memandang orang yang dicintai dengan penuh penghargaan dan menerima individualitasnya.
Dalam relasi laki-laki-perempuan, Fromm dalam Schultz, 1991 menyatakan bahwa cinta yang produktif adalah suatu kegiatan, suatu
proses, bukan nafsu. Cinta yang produktif tidak terbatas pada cinta erotis, tetepi merupakan cinta persaudaraan cinta kepada semua manusia atau
cinta keibuan cinta dari ibu kepada anak. Allport dalam Schultz, 1991 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menyebut cinta itu sebagai perasaan terharu, yaitu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa.
Fromm dalam Schultz, 1991 menjalaskan lebih lanjut bahwa cinta yang produktif atau perasaan terharu merupakan kemampuan untuk
memahami kesakitan, penderitaan, ketakuta-ketakutan, dan kegagalan- kegagalan yang merupakan ciri kehidupan manusia. Itulah yang disebut
kemampuan “empati”. Dengan kapasitas tersebut, seseorang bisa menjadi sabar terhadap tingkah laku orang lain dan tidak mengadili atau
menghukumnya. Cinta yang produktif tidak akan membiarkan pasangannya menderita. Dengan cita yang produktif tidak mungkin
seseorang akan menyakiti, memaksa, memerkosa, mencampakan atau bahkan mengaborsi kehidupan.