Hasil Uji Ekstrak Daun Sirsak Terhadap Mortalitas Walang Sangit

45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menguji ekstrak daun sirsak Annona muricata L. sebagai pestisida alami pada hama tanaman padi yaitu walang sangit. Ekstrak daun sirsak A. muricata L. diaplikasikan dengan cara menyemprotkan pada hewan uji. Penyemprotan ekstrak daun sirsak A. muricata L. pada hama walang sangit merupakan salah satu upaya dalam mengendalikan hama walang sangit yang sering ditemukan pada budidaya tanaman padi. Penelitian ini menggunakan uji anova one factor between design karena faktor yang akan diuji terdiri dari satu faktor yaitu uji ekstrak daun sirsak A. muricata L.. Percobaan diaplikasikan pada empat kelompok yang terpisah secara independen. Ekstrak daun sirsak yang digunakan terdiri dari empat perlakuan dan kontrol yakni 0 P0, 15 P1, 30 P2, 45 P3 dan 60 P4. Setiap perlakuan terdiri dari tiga pengulangan.

A. Hasil Uji Ekstrak Daun Sirsak Terhadap Mortalitas Walang Sangit

Hasil pengamatan dari pengaruh ekstrak daun sirsak Annona muricata L. terhadap mortalitas walang sangit pada tahap imago dilakukan selama 8 hari. Aplikasi penyemprotan pestisida dilakukan setiap pagi pada pukul 05.30 WIB. Pengambilan data dilakukan setiap 12 jam yakni pada pukul 17.30 WIB dan 05.30 WIB. Penelitian yang dilakukan memberikan gambaran data sebagai berikut : Tabel 4.1 : Rata-Rata Persentase Mortalitas Walang Sangit 12 Jam No. Jam Persentase Mortalitas Walang Sangit P0 P1 P2 P3 P4 1 2 12 6,67 3,33 3,33 10 3 24 33,33 26,67 6,67 23,33 4 36 50 33,33 26,67 40 5 48 3,33 56,67 50 33,33 50 6 60 6,67 60 66,67 50 56,67 7 72 6,67 63,33 80 56,67 70 8 84 6,67 70 93,33 63,33 76,67 9 96 6,67 86,67 96,67 66,67 83,33 10 108 6,67 90 96,67 70 90 11 120 6,67 96,67 100 83,33 93,33 12 132 6,67 96,67 100 96,67 93,33 13 144 6,67 100 100 100 93,33 14 156 6,67 100 100 100 96,67 15 168 6,67 100 100 100 100 16 180 6,67 100 100 100 100 17 192 6,67 100 100 100 100 Jumlah 83,37 1210,01 1246,67 1056,67 1176,66 Rata-rata 4,90 71,18 73,33 62,16 69,22 Keterangan : P0 : Kontrol P1 : Perlakuan dengan konsentrasi 15 15 ml ekstrak daun sirsak + 85 ml air P2 : Perlakuan dengan konsentrasi 30 30 ml ekstrak daun sirsak + 70 ml air P3 : Perlakuan dengan konsentrasi 45 45 ml ekstrak daun sirsak + 55 ml air P4 : Perlakuan dengan konsentrasi 60 60 ml ekstrak daun sirsak + 40 ml air Hasil pengamatan menunjukkan bahwa secara umum ekstrak daun sirsak A. muricata L. yang telah diuji berpengaruh terhadap mortalitas walang sangit. Berdasarkan data pada tabel 4.1 hasil pengamatan pada jam ke-12 menunjukkan bahwa tingkat mortalitas walang sangit pada perlakuan P4 mencapai 10, P1 mencapai 6,67, P2 dan P3 mencapai 3,33 dan kontrol P0 0. Hal ini membuktikan bahwa ekstrak daun sirsak A. muricata L. dengan konsentrasi tinggi lebih cepat daya bunuhnya terhadap walang sangit. Hal ini terlihat bahwa pada perlakuan P4 tingkat mortalitas walang sangit lebih tinggi dibandingkan pada perlakuan lainnya. Sesuai dengan apa yang dikatakan Mulyaman, dkk 2000 dalam Tenrirawe 2011 bahwa ekstrak daun sirsak A. muricata L. pada konsentrasi tinggi memiliki fungsi sebagai antifeedant sehingga mempengaruhi serangga hama tidak lagi memakan bagian tanaman yang disukainya. Dengan disemprotkannnya ekstrak daun sirsak A. muricata L. membuat walang sangit tidak mau makan karena adanya kandungan metabolisme sekunder yang bertindak sebagai pestisida. Didukung dengan apa yang dikatakan oleh Yenie, E.et al., 2013 bahwa tanin yang ada pada daun sirsak umumnya tahan terhadap perombakan atau fermentasi. Selain itu dapat juga menurunkan kemampuan binatang untuk mengkonsumsi tanaman. Hal inilah yang dapat menyebabkan ekstrak daun sirsak A. muricata L. bersifat antifeedant. Dapat diasumsikan bahwa tingkat konsentrasi yang tinggi memiliki jumlah kandungan metabolisme sekunder yang lebih banyak sehingga dapat menyebabkan mortalitas walang sangit lebih cepat. Penyemprotan juga berpengaruh terhadap mortalitas walang sangit, dimana walang sangit yang mengalami kontak langsung dengan ekstrak daun sirsak dapat masuk melalui dinding tubuh serangga dan juga dapat masuk melalui sistem pernafasan, sehingga perlakuan dengan konsentrasi yang tinggi menyebabkan mortalitas walang sangit jauh lebih tinggi dibandingkan yang lainnya. Hal ini didukung dengan apa yang dikatakan oleh Sastrodiharjo 1979 dalam Ajad, 2015 bahwa dinding tubuh serangga dapat menyerap pestisida karena membran dasar dinding tubuh bersifat semipermeabel. Senyawa aktif yang terdapat pada pestisida dapat masuk melalui sistem pernafasan baik berupa gas maupun dalam butiran gas halus yang masuk melalui stigma atau spirakel yang berakhir ke saluran-saluran trakea dan pada akhirnya akan masuk ke dalam jaringan yang menyebabkan serangga mati. Pengamatan pertama dilakukan pada jam ke-12 setelah diberikan treatment pada hewan uji. Secara keseluruhan, mortalitas walang sangit pada setiap kali pengamatan menunjukkan peningkatan. Peningkatan mortalitas terlihat berbeda antara tiap perlakuannya. Pada kontrol P0, mortalitas walang sangit baru terlihat pada jam ke- 48 yaitu sebesar 3,33 dan pada jam ke- 60 mengalami peningkatan menjadi 6,67 . Selanjutnya pada pengamatan jam ke- 72 sampai pengamatan terakhir pada jam ke- 192 tidak terdapat peningkatan mortalitas lagi. Dilihat dari kecepatan tingkat mortalitas walang sangit, perlakuan P1 lebih cepat mencapai mortalitas sebesar 50 yakni pada jam ke- 36. Sedangkan pada perlakuan P2 dan P4 mortalitas walang sangit baru mencapai 50 pada jam ke- 48 dan perlakuan P3 pada jam ke- 60. Perbedaan kecepatan tingkat mortalitas walang sangit pada setiap perlakuannya bisa dipengaruhi oleh banyak faktor misalnya urutan pemberian atau penyemprotan ekstrak daun sirsak A. muricata L. pada setiap perlakuan, pengaruh arah angin, suhu, pH dan tata letak setiap perlakuan. Tata letak setiap perlakuan juga diduga dapat memberikan pengaruh terhadap kecepatan mortalitas walang sangit. Urutan letak setiap perlakuan dari konsentrasi rendah ke konsentrasi tinggi diletakkan dari arah barat ke arah timur. Mortalitas walang sangit akibat tata letak ini dapat dipengaruhi oleh waktu terbit dan terbenamnya matahari. Aplikasi pestisida diberikan pada pagi hari bersamaan dengan terbitnya matahari dari timur sehingga kemungkinan berpengaruh pada ekstrak daun sirsak A. muricata L. yang disemprotkan pada perlakuan yang terletak dibagian timur yang mana ekstrak yang disemprotkan akan lebih cepat mengalami penguapan. Kecepatan penguapan ini berpengaruh terhadap efektifitas pemberian ekstrak daun sirsak A. muricata L. pada walang sangit sehingga kecepatan mortalitasnya juga lebih lambat dibandingkan dengan kecepatan mortalitas walang sangit pada perlakuan yang terletak di bagian barat Lihat lampiran Gambar 1. Berdasarkan tabel 4.1 kecepatan mortalitas mencapai 100 diketahui terjadi pada jam ke - 120 yaitu pada perlakuan P2. Sedangkan pada perlakuan P1 dan P3 kecepatan mortalitas walang sangit mencapai 100 pada jam ke- 144 dan pada perlakuan P4 mortalitas walang sangit mencapai 100 pada jam ke-168. Telah dijelaskan di atas bahwa pada pengamatan awal, perlakuan P4 lebih cepat mempengaruhi mortalitas walang sangit. Pada penelitian yang dilakukan ini, setiap perlakuan terdiri dari tiga pengulangan. Tiap pengulangan memberikan hasil mortalitas yang berbeda-beda. Dapat dilihat pada tabel 2 terlampir, perlakuan P4 pada jam ke- 48, tingkat mortalitas pada pengulangan ke-2 telah mencapai 100. Hal ini berbeda dengan pengulangan ke-1 dengan tingkat mortalitas 70 dan pengulangan ke-3 dengan tingkat mortalitas 60 pada jam yang sama. Perbedaan tingkat mortalitas walang sangit dapat terjadi juga akibat cara penyemprotan dan arah angin. Cara penyemprotan pada setiap pengulangan memiliki efek yang berbeda-beda. Pada saat penyemprotan terdapat dua kemungkinan yakni efek langsung akibat kontak langsung dan efek tidak langsung akibat tidak kontak langsung. Perbedaan efek dari penyemprotan ini dapat dilihat bahwa setiap ulangan pada tiap perlakuan memiliki tingkat mortalitas yang berbeda-beda. Arah angin juga diduga menjadi faktor penyebab terjadinya perbedaan tingkat mortalitas walang sangit pada setiap pengulangan. Dapat dilihat pada tabel 2 terlampir bahwa pada setiap perlakuan untuk pengulangan ke-2 memiliki tingkat mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengulangan 1 dan 3. Hal yang diduga dapat mempengaruhi perbedaan tingkat mortalitas walang sangit pada masing-masing pengulangan adalah arah angin. Setiap perlakuan pada pengulangan ke-2 terletak di tengah yang diapit oleh pengulangan 1 dan pengulangan 3 sehingga saat melakukan penyemprotan, ekstrak daun sirsak akan berkumpul di ruang pengulangan ke- 2. Sebaliknya pada pengulangan ke-1 dan ke-3 yang letaknya di pinggir, jumlah ekstrak daun sirsak yang disemprotkan, akan lebih sedikit karena pada saat penyemprotan, ekstrak daun sirsak tidak hanya berada pada ruangan tersebut tetapi akan masuk juga ke ruang pengulangan ke- 2 atau akan keluar dari ruang penyemprotan. Sehingga efek yang ditimbulkan akan lebih rendah dibandingkan pada pengulangan ke- 2. Berbeda dengan perlakuan P4 tingkat mortalitas walang sangit pada jam ke 12, 24, 36, 60, 72, 84 dan 96 terlihat mengalami peningkatan yang cukup cepat namun pada jam selanjutnya ternyata mengalami tingkat mortalitas yang lambat. Dapat dianalisis bahwa kemungkinan terjadi peningkatan kekebalan tubuh serangga uji atau yang sering disebut resitensi serangga terhadap pestisida yang disemprotkan, sehingga pada perlakuan P4 tingkat mortalitas walang sangit baru mencapai 100 pada jam ke - 168. Setelah pertama aplikasi perstisida ternyata pada jam ke 12, 24 dan 36 keempat perlakuan P1, P2, P3, P4 berbeda dengan kontrol dimana keempat perlakuan pada jam tersebut sudah ada walang sangit yang mati sedangkan pada kontrol belum ada walang sangit yang mati.

B. Faktor-Faktor Penyebab Mortalitas Walang Sangit