37
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan April - Mei 2015, bertempat di Kebun Percobaan Pendidikan Biologi Universitas Sanata Dharma yang terletak di
Dusun Paingan, Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta.
B. Jenis Penelitian dan Variabel
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui efektifitas ekstrak daun sirsak sebagai pestisida nabati untuk hama
walang sangit. Dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel antara lain variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrol.
1. Variabel bebas
: Konsentrasi ekstrak daun sirsak. 2.
Variabel terikat : Tingkat mortalitas hama walang sangit.
3. Variabel kontrol
: Daun sirsak, tanaman padi, volume ekstrak daun sirsak 50 ml.
C. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan model Rancangan Acak Lengkap RAL, yang terdiri dari 4 perlakuan dengan 1 Kontrol dan 3 pengulangan pada
masing-masing perlakuan. Untuk setiap perlakuan diujikan walang sangit sebanyak 10 ekor pada stadia imago.
Perlakuan yang dilakukan sebagai berikut : P0 : Kontrol
P1 : Perlakuan dengan konsentrasi 15 ekstrak daun sirsak P2 : Perlakuan dengan konsentrasi 30 ekstrak daun sirsak
P3 : Perlakuan dengan konsentrasi 45 ekstrak daun sirsak P4 : Perlakuan dengan konsentrasi 60 ekstrak daun sirsak
D. Alat dan Bahan
1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : a.
Sprayer b.
Blender c.
Timbangan d.
Termometer e.
pH meter f.
Saringan g.
Ember h.
Kandang i.
Pisau j.
Gelas ukur 100 ml k.
Tali rafia l.
Paranet hitam m.
Paranet putih n.
Jarum o.
Bambu p.
Senter q.
Plastik r.
Kerangka besi s.
Pot t.
Kamera u.
Alat tulis-menulis
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: a.
Daun sirsak
b.
Air
c.
Walang sangit
d.
Tanaman padi
e.
Tanah
f.
Pupuk kandang.
E. Cara Kerja
1. Tempat Penangkaran Walang Sangit
Tempat penangkaran yang digunakan adalah kerangka besi berbentuk rumah dengan ukuran panjang 3 meter, lebar 1,5 meter dan tinggi 1 meter.
Kerangka tersebut dibagi 15 ruang sesuai dengan jumlah perlakuan dan pengulangan. Pembatas tiap ruang menggunakan bambu, berdindingkan
plastik dan paranet. Plastik digunakan untuk memisahkan tiap perlakuan sedangkan paranet digunakan untuk memisahkan pengulangan tiap perlakuan.
Plastik dan paranet yang digunakan, dipotong berdasarkan ukuran ruangan. Plastik yang telah dipotong, langsung dipasang pada setiap perlakuan yang
diikat menggunakan tali rafia. Setelah itu paranet pada setiap pengulangan dipasang dan diikat menggunakan tali rafia. Setelah semua dipasang, padi
dimasukkan ke dalam ruangan. Padi yang ditanam adalah jenis padi 64 yang baru
berbunga “makata” dengan jumlah 15 rumpun dimana ditanam di pot.
Tanaman padi yang ditanam dapat berasal dari semua jenis padi. Pengambilan jenis padi 64 ini disesuaikan dengan varietas tanaman padi yang kebanyakan
ditanam ketika masa penelitian dilakukan. Satu pot ditanami satu rumpun dengan tanah yang sudah dicampurkan
pupuk kandang dengan perbandingan 1 pupuk : 2 tanah. Jika semua tanaman padi sudah dimasukkan maka penutup paranet hitam dan penutup paranet
putih dipasang untuk menutup bagian atas ruangan dan pinggir ruangan agar setiap perlakuan dan pengulangan tidak terdapat celah antara ruangan.
2. Menangkap Walang Sangit
Walang sangit diperoleh dengan cara menangkap secara langsung. Walang sangit mudah ditemukan di area persawahan terutama pada sawah
yang tanaman padinya mulai berbuah matang susu. Pengambilan walang sangit dapat dilakukan pada pagi atau sore hari. Walang sangit yang
ditangkap adalah sebanyak ± 200 ekor dimasukkan ke dalam beberapa kandang. Setelah tertangkap atau terkumpul semuanya, walang sangit
dimasukkan ke dalam penangkaran walang sangit yang telah dibuat berdasarkan perlakuan dan pengulangan. Untuk setiap pengulangan ada 10
ekor walang sangit pada stadia imago. Jadi dalam satu perlakuan ada 30 ekor walang sangit.
3. Pemeliharan Walang Sangit
Walang sangit yang telah ditangkap dan yang telah dimasukkan ke dalam tempat penangkaran yang telah dibuat, pada setiap perlakuan dan
pengulangan. Walang sangit dipelihara selama 5 hari untuk proses adaptasi. Proses adaptasi dilakukan sebelum pengujian efektivitas ekstrak daun sirsak.
4. Membuat Ekstrak Daun Sirsak
Daun sirsak yang digunakan diambil dari beberapa pohon yang ada di sekitar Paingan. Namun penggunaan daun sirsak setiap kali pembuatan
ekstrak, selalu diambil dari pohon yang sama. Daun sirsak yang digunakan adalah campuran daun sirsak mudah dan daun sirsak yang sudah tua. Cara
membuat ekstrak daun sirsak dilakukan dengan memetik helaian daun sirsak, lalu dibersihkan sampai bersih. Setelah itu helaian daun digunting kecil-kecil
dan ditimbang sebanyak 300 gram. Setelah ditimbang, daun sirsak tersebut dimasukkan ke dalam blender dengan menambahkan air dengan
perbandingan 1 daun sirsak : 1 air gram volum. Daun yang telah diblender
diambil dan disaring untuk memperoleh ekstrak daun sirsak. Hasil saringan ekstrak daun sirsak kemudian diencerkan beberapa tingkat konsentrasi yaitu
15, 30, 45 dan 60. Ekstrak daun sirsak telah diencerkan dapat langsung digunakan. Selama masa penelitian, ekstrak sirsak dibuat sebanyak
delapan kali. Ekstrak yang digunakan standarnya tidak sama karena daun sirsak yang digunakan berasal dari beberapa pohon sirsak sehingga setiap
pembuatan ekstrak daun sirsak memiliki standar yang berbeda-beda namun
pembuatan ekstrak daun sirsak sebaiknya memiliki standar yang sama agar efek yang
ditimbulkan sama pada hewan uji “ walang sangit”. Untuk memperoleh ekstrak daun sirsak sesuai perlakuan maka dilakukan
pengenceran sebagai beriku:
P1 = Konsentrasi 15 15 ml ekstrak daun sirsak + 85 ml air P2 = Konsentrasi 30
30 ml ekstrak daun sirsak + 70 ml air P3 = Konsentrasi 45 45 ml ekstrak daun sirsak + 55 ml air
P4 = Konsentrasi 60 60 ml ekstrak daun sirsak + 40 ml air
5. Pengujian Ekstrak Daun Sirsak pada Hama Walang Sangit
Setelah walang sangit dipelihara selama 5 hari, pengujian ekstrak daun sirsak dapat dilakukan. Ekstrak daun sirsak disemprot sebanyak 50 ml pada
masing-masing pengulangan disetiap perlakuan selama 8 hari. Aplikasi ekstrak daun sirsak yang dilakukan setiap hari memiliki efisiensi yang kurang
baik bagi petani di lapangan. Namun pada kenyataannya aplikasi pestisida nabati harus lebih sering dilakukan karena efek yang ditimbulkan bekerja
lebih lambat dibandingkan dengan pestisida sintetik. Penyemprotan dilakukan pada pagi hari jam 05.30 WIB.
6. Parameter Pengamatan
Dalam penelitian ini yang menjadi parameter pengamatan adalah tingkat mortalitas hama walang sangit. Dimana harus melakukan perhitungan
persentase mortalitas walang sangit.
Cara menghitung pensentase mortalitas dengan walang sangit pada masing-masing pengulangan disetiap perlakuan menggunakan rumus sebagai
berikut:
a P = × 100
a + b Keterangan :
P = Persentase mortalitas walang sangit a = Jumlah walang sangit yang mati
b = Jumlah walang sangit yang hidup
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji anova. Untuk melihat perbedaan pengaruh antara perlakuan dilakukan uji lanjut
menggunakan uji CD.
F. Teknik Pengambilan Data