satu tanaman yang memiliki senyawa untuk digunakan sebagai insektisida nabati yaitu daun sirsak Annona muricata L. Pracaya, 2008.
B. Hama
Hama tanaman adalah makhluk penggagu berupa hewan yang umunnya dapat dilihat dengan mata telanjang. Sebagian besar hama tanaman adalah
serangga insekta. Hewan lain yang sering menjadi hama disamping serangga adalah tungau acarinae, binatang lunak atau molluska, vertebrata babi
hurtan, monyet, tikus, burung dan sebagainya. Hama merusak tanaman pertanian dengan berbagai cara misalnya memakan daun tanaman ulat perusak
daun, belalang, membuat korok-korok pada daun, melubangi dan membuat korok-korok batang penggerek batang, penggerek umbi, pengisap cairan
tanaman hama pencucuk dan menghisap seperti Thrips sp. dan Myzus sp. memakan bunga dan bagian bunga dan sebagainya Djojosumarto, 2008.
Hama adalah penyebab suatu kerusakan pada tanaman yang dapat dilihat dengan pancaindera mata. Hama tersebut dapat berupa binatang dan dapat
merusak tanaman secara langsung maupun tidak langsung. Hama yang merusak secara langsung dapat dilihat bekasnya misalnya gerakan dan gigitan
sedangkan hama yang merusak tanaman secara tidak langsung bisanya melalui suatu penyakit Matnawy, 1989. Menurut Rahmawati 2012 ada beberapa
penyebab terjadinya hama antara lain perubahan lingkungan, perpindahan tempat, perubahan pandangan manusia dan aplikasi insektisida yang tidak
bijaksana atau berlebihan.
C. Walang Sangit Leptocorisa acuta Thunberg
Klasifikasi walang sangit Leptocorisa acuta Thunberg
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Insecta
Ordo : Hemiptera
Famili : Alynidae
Genus : Leptocorisa
Spesies : L. acuta Thunberg
Gambar 2.1 : Walang Sangit Walang sangit merupakan hama yang umum merusak bulir padi. Walang
sangit merusak tanaman ketika mencapai stadia berbunga sampai matang susu. Kerusakan yang ditimbulkannya menyebabkan beras berubah warna, mengapur
dan gabah menjadi hampa. Mekanisme merusaknya yaitu menghisap butiran gabah yang sedang mengisi. Walang sangit akan mengeluarkan bau sebagai
mekanisme pertahanan diri dari serangan predator atau makhluk pengganggu lainnya. Bau yang dikeluarkan juga untuk menarik walang sangit lain
Rahmawati, 2012. Menurut Kalshoven 1981 dalam Efendy et al. 2010 walang sangit
Leptocorisa acuta T. merupakan hama utama dari kelompok kepik Hemiptera yang merusak tanaman padi di Indonesia. Hama ini merusak
dengan cara mengisap bulir padi stadia matang susu sehingga bulir menjadi hampa. Serangan berat dapat menurunkan produksi hingga tidak dapat dipanen.
Hama ini juga memiliki kemampuan penyebaran yang tinggi, sehingga mampu berpindah ke tanaman padi lain yang mulai memasuki stadia matang susu,
akibatnya sebaran serangan akan semakin luas. Selain itu, walang sangit betina mempunyai kemampuan menghasilkan telur lebih dari 100 butir.
1. Morfologi Walang Sangit
Walang sangit merupakan kelompok hewan invertebrata, filum arthropoda pada kelas insekta. Walang sangit memiliki bentuk tubuh
langsing dan memanjang, berukuran sekitar 1,5-2 cm, punggung dan sayap walang sangit dewasa berwarna coklat dan walang sangit mudah berwarna
hijau, badan berwarna hijau, memiliki 3 pasang kaki, memiliki dua pasang sayap satu pasang tebal dan satu pasang seperti selaput, tipe mulut menusuk
dan menghisap, telur berbentuk oval yang berwarna hitam kecoklatan, memiliki “belalai” proboscis untuk menghisap cairan tumbuhan, abdomen
jantan terlihat agak bulat atau tumpul sedangkan yang betina terlihat meruncing, metamorfosis tidak sempurna dan memiliki aroma atau bau khas.
2. Biologi dan Ekologi
Serangga dewasa walang sangit meletakkan telur pada bagian atas daun tanaman. Telur berbentuk oval dan pipih berwarna coklat kehitaman,
diletakkan satu per satu dalam 1-2 baris sebanyak 1-21 butir. Lama stadia telur tergantung dengan suhu, lama periode telur berkisar 5-7 hari. Nimfa
yang baru menetas berwarna hijau dan segera memencar mencari bulir padi
sebagai makannya. Bentuk badan nimfa sama seperti bentuk dewasa, bedanya nimfa berwarna hijau dan tidak bersayap sedangkan dewasa berwarna coklat
dan bersayap. Selama periode nimfa terjadi 4 kali pergantian kulit sebelum menjadi dewasa. Lama periode nimfa berkisar 17 hari pada suhu 21-23
C. Pada daerah yang lebih dingin, lama periode telur dan nimfa akan lebih
panjang, misalnya periode telur dan nimfa masing-masing 13 dan 21 hari. Lama periode prapeneluran berkisar 8 hari. Jadi lama siklus hidup walang
sangit berkisar 30-45 hari. Lama hidup dewasa berkisar 16-134 hari dengan
menghasilkan telur rata-rata 248 butir per induk Kartoharjono, 2009.
Telur walang sangit berwarna hitam kecoklat-coklatan yang diletakkan dalam barisan di permukaan atas daun padi. Jumlah telur pada setiap
kelompok kira-kira 10-20 butir. Setiap walang sangit betina dapat bertelur lebih dari 100 butir telur dan telur akan menetas setelah 6-7 hari. Nimfa
mengalami 5 instar selama 17-27 hari. Walang sangit yang dewasa berbentuk langsing dan panjangnya sekitar 16-18 mm. Bagian perut berwarna hijau atau
krem dan pada punggungnya berwarna coklat kehijau- hijauan. Daur hidup rata-rata mencapai 5 minggu, kurang lebih 23-34 hari. Bila keadaan ideal daur
hidupnya dapat mencapai 115 hari. Bila nimfa dan walang sangit dewasa mengisap cairan daun dan biji padi yang muda, matang susu untuk nutrisi
selama daur hidupnya Pracaya, 2008. Menurut Rajapakse dan Kulasekera 2000 dalam Efendy et al., 2010
siklus hidup walang sangit 35-56 hari dan mampu bertelur 200- 300 butir per induk. Kemampuan bertelur yang tinggi ini dapat menyebabkan peningkatan
populasi hama walang sangit dengan cepat di tanaman padi sehingga hal ini akan meningkatkan tingkat serangan.
Menurut Kartoharjono 2009 walang sangit baik nimfa maupun dewasa aktif mencari makan pada pagi dan sore hari. Pada siang hari
bersembunyi pada tempat-tempat yang terlindung. Serangga ini menyerang padi pada stadia generatif dan yang paling disukai adalah stadia matang susu.
Jika di lapangan tidak ada tanaman padi, walang sangit dewasa akan pindah ke tanaman rerumputan dan tanaman perdu pada daerah yang terlindungi dan
bertahan hidup pada tanaman tersebut sampai ada tanaman padi untuk berkembangbiak. Curah hujan yang berselang seling menyebabkan populasi
hama ini meningkat. Walang sangit dewasa tahan dalam keadaan lingkungan yang tidak
baik. Dalam keadaan cuaca yang kering, walang sangit mencari tempat yang teduh dan tinggal selama dalam kondisi yang panas secara berkerumunan di
antara daun-daun pepohonan. Walang sangit dewasa bertebrangan di area persawahan. Adanya walang sangit dapat diketahui dengan adanya bau khas
walang sangit Pracaya, 2008.
3. Tanaman Inang
Tanaman inang utama walang sangit adalah padi, pada beberapa tanaman rerumputan hama ini dapat berkembangbiak walaupun sangat
rendah. Beberapa rerumputan yang dapat berfungsi sebagai tanaman inang adalah Paniculum crusgalli L. Scop.dan Paspalum dilatanum Poir.,
Echinocloa crusgalli dan E. colunum. Tanaman yang menjadi tempat walang sangit berkembang biak ternyata berpengaruh terhadap sifat makan walang
sangit. Walang sangit yang berkembang biak pada E. colonum preferensi terhadap padi kurang dibanding dengan yang berkembang biak pada E.
crusgalli dan pada padi. Beberapa tanaman lain yang juga sebagai tanaman inang antara lain : Panicum colonum, P. flavidum, P. repens,P. miliore,
Andopogon sorghum, Digitaria causanguinaria, Eleusiae coracoma, Setaria ilacica, Cyperus polystachyis, Paspalum spp., Pennesitum typhoidium, tebu
dan gadum Kartoharjono, 2009.
4. Musuh Alami
Menurut Kalshoven 1981 dalam Kartoharjono 2009 walang sangit memiliki musuh alami berupa parasitoid, predator dan patogen. Secara alami
telur walang sangit diserang oleh dua jenis parasitoid yaitu Gryon nixoni dan Oencyrtus malayensisi. Namun di lapangan jumlah parasitoid ini di bawah
5. Menurut Pracaya 2008 musuh alami walang sangit adalah parasitoid dan predator. Contoh parsitoid antara lain lebah bungkuk Gryon nixoni,
Oencyrtus malayensis, Chrysonna spp.. Contoh predator antara lain capung, lalat damsel, laba-laba lynx, belalang bertanduk panjang.
Menurut CAB International 2004 dalam Kartoharjono 2009 nimfa dan imago walang sangit sering ditemukan terserang oleh jamur Beauveria
bassiana. Predator utama berupa laba-laba, juga merupakan musuh alami
walang sangit. Serangga Reduviidae, Gryllidae, Tettigonidae, Coccinellidae, Asilidae, Pantatomidae dan belalang conocephalus merupakan predator telur.
5. Pengendalian
Ada beberapa cara mengendalikan walang sangit antara lain secara kultur teknik, secara hayati dan seacra kimia. Pengendalian secara kultur
teknik lebih menekankan aspek preventif, sanitasi dan kuratif. Pengendalian hayati lebih memanfaatkan parsitoid dan predator sedangkan pengandalian
kimia adalah penggunan insektisida baik sintetik maupun alami. Menurut Rahmawati 2012 hama walang sangit dapat dikendalikan
melalui beberapa langkah seperti: a.
Membuat perangkap walang sangit dengan ikan yang sudah busuk, daging ayam yang sudah rusak, atau dengan kotoran ayam;
b. Menggunakan insektisida jika diperlukan dan sebaiknya dilakukan pada
pagi atau sore hari ketika walang sangit berada di kanopi.
6. Kerugian yang Ditimbulkan
Menurut Pracaya 2008 bila tanaman padi tidak pernah dihentikan, maka jumlah hama akan meningkat, diantaranya adalah walang sangit. Baik
nimfa maupun walang sangit dewasa mengisap bulir pada padi yang masih pada tingkatan matang susu, sehingga padi menjadi hampa gabug. Sebelum
butiran padi terbentuk, walang sangit menghisap tunas-tunas muda dan daun
muda yang empuk serta berair. Nimfa lebih merusak dari pada walang sangit dewasa sebab mereka hidup lebih lama.
Serangan walang sangit meningkat bila terjadi hujan merata dalam satu tahun. Kerugian yang ditimbulkan oleh serangan walang sangit dapat
mencapai 10-40 . Serangan walang sangit yang hebat dapat menghancurkan seluruh tanaman padi. Tanaman padi yang terus-menerus di tanam juga
mendorong perkembangan populasi hama walang sangit sehingga serangan walang sangit semakin luas Pracaya, 2008.
D. Sirsak Annona muricata L.