Penanaman tebu pada awal musim hujan menyebabkan pada saat panen di awal musim giling rendemennya masih rendah. Sebaliknya jika tebu ditebang
terlalu lambat akan menyebabkan rendemen sudah menurun karena terjadi konversi sukrosa menjadi monosakarida untuk proses mempertahankan
pertumbuhan tanaman. Penanaman pada bulan kering di Jawa pada bulan Mei- Juni merupakan waktu tanam yang ideal tetapi pada saat itu kemungkinan
terjadi cekaman kekurangan air sangat besar, sehingga diperlukan pemberian air selama musim kering sebelum curah hujan mencukupi kebutuhan air untuk tebu.
Permasalahan di lapangan saat ini adalah berapa jumlah air yang harus diberikan selama proses budidaya tanaman tebu dan bagaimana cara
memperkecil faktor pembatas lahan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman tebu, sebab selain jumlah air terbatas juga biaya untuk pemberian air
menjadi beban bagi petani. Oleh karena itu peneliti berusaha menganalisis faktor pembatas yang ada kemudian menentukan kelas kesesuaian lahan dan kelas
kemampuan kesuburan lahan untuk dijadikan pedoman dalam penyusunan rekomendasi perbaikan di lapang. Selain itu peneliti juga mencoba menyusun
penataan varietas di kabupaten Bangkalan berdasarkan tipologi masing –
masing wilayah dan kemudian akan digambarkan dalam sebuah peta sebaran penataan varietas.
A. Klasifikasi Kesesuaian Lahan
Penilaian kelas kesesuaian lahan untuk tanaman tebu pada daerah penelitian berdasarkan acuan dari Pusat Penelitian Tanah 1997. Klasifikasi
kesesuaian lahan dipisahkan menurut tingkat ordo, kelas dan subkelas yang mencerminkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan dalam
kelas tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas kesesuaian lahan di setiap satuan peta kebun 18 SPK memiliki kelas beragam. Hal ini dikarenakan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
tiap SPK memiliki karakteristik lahan yang berbeda. Hasil klasifikasi kesesuaian lahan pada setiap SPK telah dijabarkan dalam bentuk tabel klasifikasi
kesesuaian lahan menurut tingkatannya Lihat tabel 13. Secara umum dapat dilihat bahwa faktor pembatas utama dalam klasifikasi kesesuaian lahan pada
setiap satuan petak kebun adalah Ketersediaan Air Water Availability dimana kelas kesesuaian aktual pada setiap satuan petak kebun memiliki kelas S2
dengan faktor penghambat wa water availability yaitu rendahnya curah hujan Lihat tabel 13. Rerata curah hujan tahunan di kabupaten bangkalan adalah
sebesar 1591 mm. sedangkan tanaman tebu dapat tumbuh optimal pada wilayah yang memiliki curah hujan lebih dari 1800 mm per tahun.
Klasifikasi kesesuaian lahan Suitability Land hanya merupakan alat dalam melihat kecocokan Adaptability suatu lahan untuk penggunaan tertentu.
Sehingga untuk mengetahui klasifikasi lahan yang didasarkan pada faktor penghambat yang merusakkan harus dilakukan klasifikasi kemampuan
kesuburan tanah seperti yang ditunjukkan pada tabel 14. Hasil klasifikasi kesesuaian lahan untuk tanamn tebu pada tabel 13 menunjukkan bahwa seluruh
wilayah bangkalan berpotensi untuk dilakukan budidaya tanaman tebu walaupun dapat dilihat ada beberapa lokasi yang memiliki kelas S3 yaitu sesuai marginal
yang memiliki faktor pembatas berat dan dapat menurunkan produksi apabila tidak dilakukan perbaikan. Tingkat perbaikan yang diberikan pada setiap lokasi
penelitian pun memiliki tingkat pengelolaan yang beragam meliputi pengelolaan tingkat berat, sedang dan ringan.
Tingkat pengelolaan rendah merupakan pengelolaan yang dapat dilaksanakan oleh petani dengan biaya relatif rendah. Sedangkan tingkat
pengelolaan sedang merupakan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan pada tingkat petani menengah dan memerlukan modal yang sedang.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Tabel 13. Interpretasi Faktor Penghambat Kelas Kesesuaian Lahan untuk tanaman Tebu Saccharum officinarum .Linn di Kabupaten Bangkalan.
Kecamatan Subkelas Kelas
Kesesuaian Lahan Interpretasi
1 2
3 Tanjung
Bumi Tambak Pocok
S2
wa nr
Curah hujan rendah dan KTK liat rendah Tanjung Bumi
S3
oa
Drainase cepat Banyu Sangkah
S2
wa nr
Curah hujan rendah, KTK liat rendah, dan pH alkalis Klampis
Buluk Agung S2
wa rc nr eh
Curah hujan rendah, Solum dangkal 75 cm, KTK liat rendah, dan Bahaya erosi ringan.
Larangan Glintong S2
wa rc nr eh pl
Curah hujan rendah. Solum dangkal 75 cm, KTK rendah, Kejenuhan basa rendah, Bahaya erosi ringan, dan singkapan batuan 15
Mrandung S2
wa rc eh pl
Curah hujan rendah, solum dangkal, bahaya erosi ringan, dan Batuan dpermukaan 15
Tanahmerah Pacentan S2
wa
Curah hujan rendah Baipajung
S2
wa
Curah hujan rendah Petrah
S2
wa nr
Curah hujan rendah dan KTK rendah Burneh
Benangkah S2
wa oa nr
Curah hujan rendah, drainase agak terhambat dan KTK rendah Jambu
S3
oa
Drainase terhambat Binoh
S2
wa nr
Curah hujan rendah dan KTK liat rendah Arosbaya
Ombul S2
wa nr
Curah hujan rendah, KTK liat rendah dan C-Organik rendah. Dlemer
S2
wa nr eh
Curah hujan rendah, KTK rendah dan bahaya erosi ringan Batu Naong
S3
oa
Drainase terhambat Labang
Sendang Dajah S2
wa oa
Curah hujan rendah dan drainase agak terhambat Alang-Alang
S3
oa
Drainase terhambat Petapan
S2
wa oa
Curah hujan rendah dan drainase agak terhambat
Keterangan : Penjelasan simbol sub kelas kesesuaian lahan dapat dilihat di daftar singkatan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
B. Kelas Kemampuan Kesuburan Tanah