lainnya. Evaluasi lahan merupakan penghubung antara berbagai aspek fisik, biologi, dan teknologi penggunaan lahan dengan tujuan sosial ekonominya.
Tergantung pada tujuan evaluasi lahan dapat berupa klasifikasi kemampuan lahan atau klasifikasi kesesuaian lahan Arsyad, 2000.
Salah satu cara evaluasi lahan adalah melakukan klasifikasi lahan untuk pengguanaan tertentu. Penggolongan kemampuan lahan didasari tingkat produksi
pertanian tanpa menimbulkan kerusakan dalam jangka waktu yang sangat panjang Sitorus, 1985.
Untuk memperoleh lahan yang benar-benar sesuai diperlukan suatu kriteria lahan yang dapat dinilai secara objektif. Acuan penilaian kesesuaian lahan
digunakan digunakan kriteria klasifikasi kesesuaian lahan yang sudah dikenal, baik yang secara khusus maupun secara umum. Tetapi pada umumnya disusun
berdasarkan pada sifat-sifat yang dikandung lahan, artinya hanya sampai pada pembentukan kelas kesesuaian lahan, sedangkan menyangkut produksi hanya
berupa dugaan berdasarkan potensi kelas kesesuaian lahan yang terbentuk Karim, dkk. 1996.
E. Penafsiran Parameter Evaluasi Lahan 1. Aspek Lahan
a. Bentuk Lahan
Bentuk lahan landform menguraikan tentang jenis-jenis terrain khusus dan menempatkan satuan peta inventarisasi ke dalam bentang lahan
landscape. Cara yang mudah untuk identifikasi di foto udara menggunakan bentang lahan dan kelerengan topografi. Klasifikasi bentuk
lahan dapat diperoleh dari Katalog Bentuk Lahan Sitorus, 1985. Bentuk lahan memberikan gambaran pada kita tentang kondisi lokasi
secara umum. Melalui informasi bentuk lahan juga dapat diperoleh
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
gambaran karakteristik lahan yang lain, misalnya bentuk lahan yang bergunung akan mempunyai jenis-jenis tanah tertentu, biasanya
kelerengannya curam dan solum tanahnya relatif dangkal. Sebaliknya bentuk lahan aluvium akan memberi gambaran tentang kondisi yang datar
dengan drainase yang kurang baik, teksturnya halus dan solum tanahnya dalam Kucera, 1988.
b. Kemiringan dan Arah Lereng
Menurut Hardjowigeno 1993, Informasi kemiringan dan arah lereng sangat diperlukan bagi pengelolaan lahan. Parameter kelerengan juga
digunakan untuk klasifikasi beberapa keperluan, misalnya untuk penentuan fungsi lindung dan budidaya. Jadi informasi ini sangat dibutuhkan. untuk
keperluan pengelolaan termasuk pengelolaan hutan. Keterkaitan kelerengan lahan dengan parameter lain cukup dominan.
Biasanya pada topografi yang berbeda, yang berarti kemiringan lerengnya berbeda, maka perkembangan tanahnya juga berbeda. Perbedaan
perkembangan tanah juga berarti ada perbedaan karakteristiknya. Perkembangan tanah juga dipengaruhi oleh arah lereng, karena
perbedaan lereng akan mempengaruhi kecepatan pelapukan batuan menjadi tanah. Dengan demikian maka kemiringan lereng biasanya mengandung
konsekuensi perbedaan tekstur tanah, kondisi drainase, jenis tanaman dan kedalaman tanah Sitorus, 1985.
c. Kondisi Drainase