Kecamatan Labang KAJIAN KESESUAIAN LAHAN DAN KEMAMPUAN KESUBURAN TANAH UNTUK PENENTUAN VARIETAS TANAMAN TEBU (Saccharum officinarum .Linn) DI KABUPATEN BANGKALAN, MADURA.

infiltrasi yang rendah pula. Oleh karena itu apabila tidak diperbaiki maka lahan akan tergenang oleh air pada saat musim hujan dan pertumbuhan tanaman tebu pun akan terganggu. Perbaikan dalam skala besar seperti pembuatan parit dan saluran irigasi akan dapat mengatasi kerugian yang diakibatkan oleh faktor pembatas ini. Hasil klasifikasi kelas kemampuan kesuburan tanah pun menujukkan hasil yang searah dengan klasifikasi kesesuaian lahan. Tipe dan subtipe tanah di wilayah Batu Naong adalah C dimana tanah memiliki tekstur liat dengan laju infiltrasi yang rendah tetapi memiliki kemampuan menyimpan air yang tinggi. Hal inilah yang menyebabkan daerah ini memiliki tingkat drainase yang tehambat. Faktor penghambat lain adalah nilai cadangan mineral K yang rendah

6. Kecamatan Labang

Kecamatan Labang merupakan wilayah yang memiliki relief berbukit dan bergelombang. Dari seluruh daerah penelitian, kecamatan Labang adalah sau- satunya daerah yang memiliki lahan terbuka dengan luasan yang cukup luas di desa Kesek. Selebihnya penggunaan lahan adalah untuk perkebunan di desa Sukolilo timur, dan persawahan di bagian tengah kecamatan labang hingga ke utara, dan pertanian tanah kering semusim. Lokasi pengambilan sampel tanah di kecamatan Labang tersebar di 3 desa meliputi desa Sendang dajah. Desa Petapan dan desa Alang-alang a. Desa Sendang Dajah Desa Sendang Dajah merupakan wilayah yang memiliki relief bergelombang dan berbukit dengan tingkat kelerengan 1. Ketinggian wilayahnya berkisar antara 63 – 66 m dpl. Wilayah ini memiliki jenis tanah Alfisols berbahan insuk Alfisols dengan formasi pedologi. Warna tanah wilayah ini adalah Olive Yellow dengan hue - value - chroma 2,5 Y 68. Varietas tebu Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. yang telah dibudidayakan disana adalah PSJT 921. Hasil evaluasi lahan menunjukkan bahwa wilayah Sendang Dajah ini tergolong dalam sub kelas S2 wa oa pada klasifikasi kesesuaian lahan. Sedangkan dalam klasifikasi kemampuan kesuburan tanah, wilayah ini memiliki unit C k 1. Faktor pembatas pada kesesuaian lahan adalah ketersediaan air yaitu curah hujan dan drainase yang agak terhambat. Begitu pula pada klasifikasi kemampuan kesuburan tanah yang memiliki faktor penghambat pada tipe dan subtipe yaitu C dimana hal ini berarti tanah di wilayah Sendang Dajah memiliki karakteristik laju infiltrasi yang rendah sehingga drainase pun akan terhambat. Seperti kasus di seluruh lokasi penelitian, faktor penghambat lain adalah k yaitu cadangan minerak K yang rendah. b. Desa Alang – Alang Desa Alang-alang merupakan wilayah dengan relief berbukit yang memiliki tingkat kelerengan 2-3 . Ketinggian wilayahnya berkisar antara 34-40 m dpl. Wilayah ini memiliki jenis tanah Alfisols berbahan induk batu kapur dengan formasi pedologi. Warna tanah daerah ini adalah Light Yellowish Brown dengan hue - value - chroma 2,5 Y 66. Vegetasi yang ditemukan disana adalah tanaman palawija dan tanaman tahunan seperti mangga, nangka dan bambu. Hasil evaluasi lahan menunjukkan bahwa wilayah alang alang termasuk dalam sub kelas S3 oa pada klasifikasi kesesuaian lahan. Sedangkan dalam klasifikasi kemampuan kesuburan tanah, wilayah Sendang dajah ini memiliki unit C k 2-3. Faktor penghambat pada klasifikasi kesesuaian lahan adalah drainase yang terhambat dengan kelas kesesuaian sesuai marginal dimana faktor penghambat ini dianggap berat. Hal ini berkorelasi pula dengan hasil klasifikasi kelas kemampuan kesuburan tanah yang menunjukkan hasil pada tipe dan subtipe yang memiliki nilai C. Artinya tanah di wilayah Alang-alang memiliki Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. tekstur yang berliat pada lapisan topsoil dan subsoil. Tanah dengan tekstur liat memiliki luas permukaan yang luas akan tetapi ukuran ruang pori kecil sehingga laju infiltrasi pun cukup rendah. Hal ini lah yang mengakibatkan tanah dengan tekstur berliat memiliki kelas drainase yang terhambat. c. Desa Petapan Desa Petapan merupakan wilayah yang berbukit dengan tingkat kelerengan 1 – 4 . Ketinggian wilayahnya berkisar antara 50 – 54 m dpl. Wilayah Petapan memiliki jenis tanah Alfisols berbahan induk kapur dengan formasi pedologi. Warna tanah daerah ini adalah Brownish Yellow dengan hue - value - chroma 10 YR 66. Vegetasi yang banyak ditemukan disana adalah pohon turi, mangga dan rumput-rumputan. Hasil evaluasi lahan menunjukkan bahwa daerah Petapan termasuk dalam sub kelas S2 wa oa pada klasifikasi kesesuaian lahan. Sedangkan dalam klasifikasi kemampuan kesuburan tanah, wilayah Petapan ini memiliki unit C k 1- 4. Faktor pembatas dalam klasifikasi kesesuaian lahan adalah ketersediaan air yaitu curah hujan dan ketersediaan oksigen yaitu drainase. Sedangkan pada klasifikasi kemampuan kesuburan tanah faktor pembatas adalah cadangan mineral K yang rendah. Selain itu korelasi yang ditemukan antara klasifikasi kesesuaan lahan dan klasifikasi kemampuan kesuburan tanah adalah sama seperti yang dijelaskan pada daerah sebelumnya yaitu desa Sendang Dajah dimana faktor pembatas pada subkelas kesesuaian lahan memiliki keterkaitan dengan tipe dan subtipe pada klasifikasi kemampuan kesuburan tanah. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.

D. Rekomendasi Usaha Perbaikan Berdasarkan Kelas Kesesuaian Lahan Aktual.

Kesesuaian lahan aktual merupakan kondisi kesesuaian lahan pada saat ini current suitability atau biasa disebut kelas kesesuaian lahan alami dan belum mempertimbangkan usaha perbaikan dan tingkat pengelolaan yang dapat dilakukan untuk mengatasi kendala atau faktor pembatas yang ada di setiap satuan peta. Hardjowigeno 2007 menjelaskan bahwa faktor pembatas dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu pertama adalah faktor pembatas yang bersifat permanen dan tidak mungkin secara ekonomis untuk dlakukan usaha perbaikan. Kedua adalah faktor pembatas yang dapat diperbaiki dan secara ekonomis masih menguntungkan dengan memasukkan teknologi yang tepat. Kesesuaian lahan potensial merupakan kondisi yang diharapkan sesudah diberikan masukan sesuai dengan tingkat pengelolaan yang akan diterapkan, sehingga dapat diduga tingkat produktifitas dari suatu lahan serta hasil produksi per satuan luas. Dari hasil analisa data yang dilakukan, dapat dilihat bahwa keseluruhan hasil klasifikasi kesesuaian lahan menunjukkan bahwa daerah penelitian memiliki faktor pembatas ketersediaan air wa dengan kelas S2. Hal ini berarti curah hujan merupakan pembatas yang agak besar untuk mempertahankan tingkat pengelolaan yang harus diterapkan. Rendahnya curah hujan akan diduga dapat mengurangi produksi atau keuntungan dan meningkatkan biaya yang diperlukan. Akan tetapi sebenarnya faktor pembatas ini dapat diperbaiki melihat kondisi teknologi di bidang pertanian saat ini yang semakin berkembang. Secara teknis, kendala curah hujan pada rerata curah hujan per tahun Annual Rainfall dalam suatu wilayah merupakan kendala permanen yang tidak dapat diperbaiki. Walaupun saat ini sudah bisa dibuat hujan buatan atau tambahan air irigasi dengan memanfaatkan teknologi yang lebih tinggi. Akan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. tetapi biaya yang diperlukan untuk hal tersebut sangat tinggi pula sehingga meskipun secara teknis kendala ketersediaan air dengan faktor penghambat curah hujan dikatakan tidak dapat diperbaruhi akan tetapi secara praktek di lapangan dengan menggunakan tingkat pengelolaan yang tinggi faktor penghambat ini dapat diperbaiki. Melihat kasus di Kabupaten Bangkalan dimana wilayahnya merupakan lahan kering dan tidak sedikit menggunakan system pengairan tadah hujan karena keterbatasan sumber air, maka faktor penghambat ketersediaan air rendahnya curah hujan di beberapa lokasi penelitian dirasa masih sulit untuk dilakukan perbaikan demi meningkatkan sub kelas kesesuaian lahannya menuju sub kelas kesesuaian lahan yang lebih tinggi. Untuk menentukan usaha perbaikan yang akan diterapkan pada setiap satuan peta kebun SPK maka harus diperhatikan karakteristik lahan masing- masing satuan peta kebun dan jenis teknologi yang akan diterapkan. Satuan peta kebun yang memiliki faktor pembatas permanen maka tidak akan mengalami perubahan kelas lahannya meskipun dilakukan usaha perbaikan. Rekomendasi untuk beberapa lokasi penelitian dijabarkan dibawah ini.

1. Kecamatan Tanjung Bumi