Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Metode Demonstrasi

simulasi PHET ini diharapkan guru dapat merancangkan pembelajaran dan mengembangkan proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa serta hasil belajar fisika yang baik. Pembelajaran seringkali tidak berhasil karena tidak dipersiapkan secara terencana untuk membantu pengembangan pengetahuan pada siswa. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk mengembangkan sebuah pembelajaran yang sungguh-sungguh dipersiapkan untuk memfasilitasi pengembangan pemahaman siswa tentang hukum newton. Pada penelitian ini, peneliti akan meneliti mengenai “ Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Metode Demonstrasi Berbantuan Simulasi Komputer Dalam Pembelajaran Fisika Pada Pokok Bahasan Hukum Newton Untuk Siswa Kelas X SMA N 4 Yogyakarta”. Sebelumnya sudah ada peneliti tentang metode inkuiri dan penggunaan simulasi komputer dalam pembelajaran fisika. Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian- penelitian sebelumnya karena pada penelitian sebelumnya hanya menggunakan satu simulasi saja, misalnya Phet atau Micromedia Flash. Sedangkan penelitian ini menggunakan lebh dari satu simulasi yaitu memadukan antara simulasi Phet dan Simulasi Micromedia Flash. Selain itu penelitian ini juga akan melihat bagaimana minat belajar siswa terhadap pembelajaran fisika menggunakan metode simulasi komputer.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah metode demonstrasi berbantuan simulasi komputer dapat meningkatkan hasil belajar siswa? 2. Apakah ada perbedaan peningkatan hasil belajar antara metode demonstrasi berbantuan simulasi komputer dengan metode ceramah? 3. Bagaimana minat siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan metode simulasi komputer?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui, apakah metode demonstrasi berbantuan simulasi komputer dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Untuk mengetahui, apakah ada perbedaan signifikan peningkatan hasil belajar antara metode demonstrasi berbantuan simulasi komputer dengan metode ceramah. 3. Mengetahui, bagaimana minat siswa setelah belajar fisika menggunakan metode simulasi komputer.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Bagi Guru dan calon guru: a Metode simulasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Jadi melalui peneliti ini diharapkan dapat menjadi informsi dalam mengembangkan pembelajaran fisika yang lebih efektif. b Dalam pembelajaran tidak cukup hanya menggunakan satu metode saja tetapi harus divariasikan. 2. Bagi Siswa a Dengan adanya metode simulasi, membantu siswa untuk lebih mudah memahami materi fisika. b Siswa merasa lebih tertarik dan berminat untuk mengikuti pelajaran fisika. 3. Bagi Peneliti a Dapat memanfaatkan simulasi komputer untuk menunjang tingkat pemahaman siswa pada pembelajaran fisika. b Dapat menjadi bekal dan pengalaman dalam menggunakan metode simulasi komputer yang dapat bermanfaat ketika peneliti menjadi guru. 6 BAB II LANDASAN TEORI

A. Kontruktivisme 1.

Pengertian kontruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berfikir filosofi pembelajaran kontekstual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Menurut Slavin seperti dikutip oleh Dibyo, Bambang 2013 teori konstruktivistik adalah teori yang menyatakan bahwa peserta didik secara individual harus menemukan dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi yang baru terhadap aturan-aturan informasi yang lama, dan merevisi aturan-aturan yang lama bila sudah tidak sesuai lagi Filsafat kontruktivisme adalah filsafat yang mempelajari hakikat pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu terjadi. Menurut Glasersfeld dalam Dibyo, Bambang 2013 konstruktivisme sebagai ‘teori pengetahuan dengan akar dalam “filosofi, psychology, dan cybernetics”. Von Glasersfeld mendefinisikan konstruktivisme radikal selalu membentuk konsepsi Pengetahuan. Ia melihat Pengetahuan sebagai sesuatu hal yang dengan aktif menerima apapun melalui pemikiran sehat atau melalui komunikasi. Apabila siswa yang menekuni pengetahuan itu, maka pengetahuan yang akan diperoleh adalah bentukan siswa sendiri. Dalam hal ini, pengetahuan bukanlah suatu bentukkan yang sudah jadi atau sudah ada sejak lahir namun sesuatu yang harus dibentuk sendiri dalam pemekirian sendiri. This, according to Piaget and Inhelder in Grennon Brooks, J dan G. Brooks. M, 1993: 5, occurs because knowledge comes neither from the subjek nor the objek, but from the unity of the two . Menurut Piaget dan Inhelder dalam Grennon Brooks, J dan G. Brooks. M, 1993, pengetahuan terjadi karena bukan datang dari satu subjek atau objek, tetapi melainkan dari dua kesatuan tersebut. Teori kontrutivistivisme memiliki kelebihan dan kekurangan Dibyo,Bambang, 2013:

a. Kelebihan:

1 Pembelajaran konstruktivistik memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri. 2 Pembelajaran konstruktivistik memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa. 3 Pembelajaran konstruktivistik memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat. 4 Pembelajaran konstruktivistik memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks. 5 Pembelajaran konstruktivistik mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan merka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka. 6 Pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.

b. Kelemahan:

1 Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ahli sehingga menyebabkan miskonsepsi. 2 Konstruktivistik menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda- beda. 3 Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreativitas siswa.

2. Pembelajaran kontruktivistik

Gagne dalam siregar, E dan Nara Hartini 2011, instruction as a set of external design to support the several processes of learning, which are internal pembelajaran adalah seperangkat peristiwa-peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang bersifat internal. Lebih lanjut Gagne dalam Siregar, E dan Nara Hartini 2011, mengemukakan suatu definisi pembelajaran yang lebih lengkap: instruction ia intended to promote learning, exsternal situation need to be arranged to activate, support and maintain the internal processing that constitutes each learning event . Pembelajaran dimaksudkan untuk menghasilkan belajar, situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung dan mempertahankan proses internal yang terdapat dalam setiap peristiwa belajar. Menurut Von Glaserfeld dalam Suparno 1997:21 konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan siswa adalah konsntruksi bentukan siswa sendiri, ia menegaskan bahwa pengetahuan bukan suatu tiruan dari kenyataan. Von Glaserfeld dalam Suparno 1997 menyebutkan bahwa pengetahuan dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang sewaktu dia berinteraksi dengan lingkungan. Maka proses pembelajaran kontruktivistik merupakan suatu teori yang mengaggap bahwa belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya siswa akan cepat memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangun atas dasar realitas yang ada di dalam masyarakat. Konsekuensinya pembelajaran harus mampu memberikan pengalaman nyata bagi siswa. Sedangkan dalam proses belajar mengajar yang harus aktif adalah siswa. Siswa sebisa mungkin harus menggali pengetahuan yang telah dimilikinya. Kreatifitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk menjadi orang yang kritis menganalisa suatu hal karena mereka diajak untuk berpikir bukan hanya meniru yang telah ada Suparno, 1997:81. Sedangkan Jacqueline Grennon Brooks dan Martin G. Brooks 1993 menawarkan lima prinsip kunci konstruktivist teori belajar. Menurutnya terdapat lima panduan prinsip konstruktivisme: Prinsip 1: Permasalahan yang muncul sebagai hal yang relevan dengan siswa. Dalam banyak contoh, masalah style anda mengajar mungkin akan menjadi relevan dengan selera untuk para siswa, dan mereka akan mendekatinya, merasakan keterkaitannya kepada kehidupan mereka.   Prinsip 2: Struktur belajar di sekitar konsep-konsep utama Mendorong para siswa untuk membuat makna dari bagian-bagian yang menyeluruhutuh ke dalam bagian-bagian yang terpisah-pisah. Hindari mulai dengan bagian-bagian dahulu untuk membangun kemudian sesuatu yang menyeluruhutuh. Prinsip 3: Carikan dan hargai poin-poin pandangan siswa sebagai jendela memberi alasan mereka. Tantangan gagasan dan pencarian elaborasi yang tepat ditangkap siswa, sering mengancam banyak siswa. Maksudnya adalah bahwa sering para siswa di dalam kelas yang secara tradisional mereka tidak bisa menduga serta menghubungkan apa yang guru maksudkan untuk jawaban yang benar dan cepat, agar ia tidak berada di luar topik dari diskusi kelas yang diadakan. Mereka harus betul-betul masuk dan ”sibuk” ikut mengkaji tugas-tugas dalam belajar sebagai konstruktivis lingkungan melalui petanyaan-peranyaan, sanggahan, ataupun jawaban yang diajukan. Prinsip 4. Sesuaikan pembelajaran dengan perkiraan menuju pengembangan siswa. Memperkenalkan topik kajian pengembangan dengan tepat atau sesuai, adalah suatu awal yang baik untuk dapat dipahami pengembangan konsep berikutnya Prinsip 5; Nilai hasil belajar siswa dalam konteks pembelajaran. Geser atau ubah peniaian itu harus benar-benar sedang menilai apa yang benar-benar sedang terjadi saat penilaian itu. Berlangsung, dan jangan sekali-kai menilai itu dalam kebiasaan skor yang diperoleh seseorang dari waktu ke waktu. Ekspresi Anda bisa bervariasi, kadang- kadang optimis, periang, namun sesekali bisa pesimis, sedih, maupun marah. Namun peru diingat marahnya seorang guru dalam kerangka sedang mendidik, dalam konteks pembelajaran, bukan marah mengekspresikan kekesalan. Dalam sistem belajar mengajar yang konstruktivis guru diberi kebebasan untuk mengajar dikelasnya sesuai dnegan keadaan siswa. Guru perlu diberi kebebasan untuk menggunakan metode yang relavan yang menuntut keaktifan murid. Guru sebaiknya menyediakan prasarana yang akan meningkatkan kreativitas siswa dalam membentuk pengetahuan. Suparno, 1997:83. Maka Proses belajar konstruktivistik adalah pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutahkiran sturktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta yang terlepas-lepas.

B. Metode Demonstrasi

1. Pengertian Demonstrasi Demonstrasi berasal dari kata demonstration yang berarti pertunjukan. Maka model pembelajaran dangan demonstrasi diartikan sebagai model pengajaran dengan pendekatan visual agar siswa dapat mengamati proses, informasi, peristiwa, alat dalam pembelajaran fisika Suparno, 2007: 142. Tujuannya sangat jelas agar siswa memahami bahwa yang diajarkan lewat suatu kenyataan yang dapat diamati sehingga mudah mengerti. Model demonstrasi ini dapat bersifat konstruktivis bila dalam domonstrasi guru tidak hanya menunjukan proses ataupun alatnya, tetapi disertai banyak pertanyaan yang mengajak siswa berpikir dan menjawab persoalan yang diajukan. Maka demonstrasi yang baik selalu diawali dengan pertanyaan-pertanyaan dari guru, sehingga siswa berpikir atau membuat hipotesis ataupun ide awal. Setelah itu baru guru menunjukan demonstrasinya dan siswa dapat mengamati apakah yang mereka pikirkan dan jawabkan itu sama dengan yang mereka amati. 2. Mengapa Demonstrasi Digunakan untuk Mengajar Banyak guru suka menggunakan demosntrasi dalam mengajar fisika karena alasan-alasan berikut: a. Murah karena peralatan yang disediakan sedikit, ssedangkan dalam praktikum biayanya lebih mahal karena peralatannya banyak. Untuk sekolah yang tidak kaya jelas model demonstrasi lebih mudah dibuat. b. Peralatan yang dipunyai sekolah sedikit sehingga tidak dapat untuk praktikum. Kadang juga ada peralatan yang sulit dicari maka paling mudah diajarkan dengan demonstrasi. c. Dalam pelaksanaan domonstrasi tidak makan waktu lama seperti dalam praktikum karena semua dilakukan oleh guru sendiri. d. Guru tetap dapat memberikan pertanyaan rangsangan pada siswa untuk berpikir kritis. 3. Bagaimana merencanakan Demonstrasi yang baik Agar demonstrasi sungguh berjalan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan dan sungguh dapat membantu siswa mengerti, perlulah guru mempersiapkan apa yang mau didemonstrasikan, peralatannya dan juga kesiapan menyajikannya. Beberapa catatan berikut sangat berguna bagi guru Suparno,2007:142. a. Guru mengidentifikasi konsep atau prinsip fisika yang mau diajarkan. Lalu membuat design demonstrasi macam apa yang akan digunakan untuk menjelaskan prinsip di atas. b. Bila prinsip yang mau dijelskan panjang, sebaiknya dipotong-potong menjadi lebih pendek dan kecil sehingga mudah dijelaskan. c. Rencanakan agar siswa sungguh terlibat dalam proses demonstrasi, bukan hanya sebagai pengamat saja. Misalnya siswa diminta maju kedepan dan mengukur sendiri. d. Rencanakan peralatan yang digunakan secara teliti. Bila kelas kita luas, maka peralatan demonstrasi sebaiknya dipilih yang besar sehingga dapat nampak dari belakang. e. Cobalah peralatan demonstrasi itu sebelum pembelajaran di mulai, sehingga guur siap dan tidak grogi dalam pembelajaran sesungguhnya karena alat tidak jelan. f. Pertanyaan-pertanyaan untuk siswa perlu disiapkan agar terarah. 4. Yang perlu diperhatikan selama demonstrasi Trowbridge Bybee dalam Suparno 2007 secara rinci menekankan apa yang perlu diperhatikan selama guru melakukan demonstrasi, yaitu: a. Demonstrasi supaya sungguh jelas dapat dilihat siswa. Bila siswa, terlebih yang duduk di belakang tidak melihat, mereka diminta maju ke depan. b. Bicaralah yang keras sehingga siswa dapat mendengar apa yang anda katakan. c. Libatkan siswa dalam proses, misalnya ikut mengamati, mengukur, mencatat hasil dan lain-lain. d. Mulailah dengan pertanyaan awal, suruh siswamembuat hipotesis, baru mulai ditunjukannya demonstrasi. e. Jelaskan apa yang anda lakukan, tujuannya, dan prosesnya. f. Bila anda bertanya kepada siswa, beri waktu mereka untuk berpikir dahulu. g. Gunakan papan tulis untuk menulis tujuan demo itu sehingga siswa menjadi jelas dan dapat berpikir secara terfokus. h. Dalam mengambil kesimpulan, biarkan siswa menyimpulkan lebih dulu.

C. Peningkatan Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PADA MATERI HUKUM NEWTON DAN PENERAPANNYA DI SMAN 1 INGIN JAYA

0 4 1

Pembelajaran Inkuiri dengan Pendekatan Demonstrasi pada Pokok Bahasan Bunyi untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar IPA Fisika Siswa SMP

1 55 135

PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PENEMUAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP KELAS VIII PADA POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON.

0 1 29

Efektivitas pemberian latihan soal untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika pada pokok bahasan besaran dan satuan untuk siswa kelas X SMAN 1 Kalasan.

0 0 84

Peningkatan hasil belajar siswa dengan metode Demonstrasi Berbantuan Simulasi Komputer dalam pembelajaran fisika pada pokok bahasan hukum newton untuk siswa kelas X SMAN 4 Yogyakarta

2 17 213

PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA.

0 0 2

PENGARUH PENGGUNAAN METODE SIMULASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON SISWA KELAS X SMAN 1 PLERET, BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20162017 Agustinus Chandra 1) Veator Reanyaan 2) Yuli Prihatni 3)

0 0 8

PERUBAHAN KONSEP SISWA KELAS XI IPA PADA POKOK BAHASAN HUKUM II NEWTON DENGAN METODE DEMONSTRASI

0 0 127

Peningkatan hasil belajar dan minat belajar siswa dalam pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan metode eksperimen terbimbing pada pokok bahasan hukum newton kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta - USD Repository

0 1 203

Peningkatan hasil belajar dan minat siswa dalam pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan metode demonstrasi pada pokok bahasan momentum dan impuls di kelas XI IPA SMA Pangudi Luhur Yogyakarta - USD Repository

0 20 250