Peningkatan hasil belajar siswa dengan metode Demonstrasi Berbantuan Simulasi Komputer dalam pembelajaran fisika pada pokok bahasan hukum newton untuk siswa kelas X SMAN 4 Yogyakarta

(1)

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN METODE DEMONSTRASI BERBANTUAN SIMULASI KOMPUTER DALAM PEMBELAJARAN FISIKA PADA

POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON UNTUK SISWA KELAS X SMAN 4 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh: Urbanus Bey NIM: 091424031

PROGAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

i

POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON UNTUK SISWA KELAS X SMAN 4 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh: Urbanus Bey NIM: 091424031

PROGAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

(4)

(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Jatuh belum tentu gagal, tetapi patah semangat adalah fatal ( Amsal 24 :16 a )

"24:16 Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali, "

‘Tuhan mengulurkan tangan-Nya untuk menolong mereka yang telah berusaha keras’’

Dengan penuh syukur kupersembahkan karyaku kepada: Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang selalu mendampingi dalam setiap langkah hidupku Bapak dan Mama tercinta Kak Siska, kak Largus, Ade Eti, Ade Rensi, Ade Nando dan Yansher Terima kasih atas doa, dukungan, perhatian selama ini.


(6)

(7)

vi ABSTRAK

Urbanus Bey. 2014. Peningkatan hasil belajar siswa dengan metode demonstrasi

berbantuan simulasi komputer dalam pembelajaran fisika pada pokok bahasan hukum newton untuk siswa kelas X SMA N 4 Yogyakarta. Skripsi, Program Studi Pendidikan Fisika,

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian termasuk dalam penelitian eksperimen dan penelitian kuantitatif dan kualiatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) peningkatan hasil belajar siswa dengan metode demonstrasi berbantuan simulasi komputer pada pokok bahasan hukum newton di kelas XA SMA N 4 Yogyakarta; (2) peningkatan hasil belajar siswa dengan metode ceramah pada pokok bahasan hukum newton di kelas XD SMA N 4 Yogyakarta; (3) perbedaan peningkatan hasil belajar siswa antara pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran demonstrasi berbantuan simulasi komputer dan pembelajaran dengan metode ceramah pada materi hukum newton di kelas X SMA N 4 Yogyakarta; (4) minat belajar siswa kelas XA SMA N 4 Yogyakarta terhadap model pembelajaran menggunakan simulasi komputer.

Penelitian dilakukan di SMA N 4 Yogyakarta pada bulan Oktober –November 2013. Subyek penelitian kelas XA dan XD SMA N 4 Yogyakarta. Jumlah keseluruhan subyek penelitian adalah 64 siswa terdiri dari 32 siswa kelas XA dan 32 siswa kelas XD. Kelas XA sebagai kelas eksperimen dan kelas XD sebagai kelas kontrol.

Hasil penelitian menunjukan bahwa; (1) pembelajaran yang dilakukan dengan metode demonstrasi berbantuan simulasi komputer dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XA dari 59,19% menjadi 88,69%; (2) pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan metode ceramah dapat meningkatkan hasl belajar siswa kelas XD dari 45,07% menjadi 76,54 %; (3) peningkatan hasil belajar siswa dengan metode demonstrasi berbantuan simulasi komputer dengan peningkatan hasil belajar siswa menggunakan metode ceramah pada kelas X SMA N 4 Yogyakarta menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan; (4) minat keseluruhan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode demonstrasi berbantuan simulasi komputer adalah 71,40 %; (5) tanggapan siswa terhadap pembelajaran fisika menggunakan metode demonstrasi berbantuan simulasi komputer adalah positif.


(8)

vii

Urbanus Bey. 2014. The increasing student learning outcomes by the demonstration

method assisted by computer simulation in learning physics on the subjectof Newton’s law

for the students of class X SMA N 4 Yogyakarta. Thesis,Physics Education Study Program,

Department of Mathematics and Natural Sciences, Faculty of Teacher Training and Education,SanataDharma University Yogyakarta.

The research is included in experimental research and quantitative and qualitative research. This research is aimed to know (1) the increasing student learning outcomes by the demonstration learning model assistedcomputer simulation on the subjectof Newton’s lawin the class XA SMA N 4 Yogyakarta; (2) the increasing student learning outcomes by the lecture method on the subject of Newton's laws in the class XD SMA N 4 Yogyakarta; (3) the difference in increasing student learning outcomes between learning physics using demonstration method assisted computer simulation and learning using lecture method on the subject of Newton's laws in the class X SMA N 4 Yogyakarta; (4) the students of class XA N

4 Yogyakarta’sinterest toward learning model using computer simulation.

The study was conducted in SMA N 4 Yogyakarta in October-November 2013. The study subjects were class XA and XD SMA N 4 Yogyakarta. The total number of study subjects were 64 students consisted of 32 students in classXA and 32 students in class XD. Class XA is as the experimental class and class XD is as the control class.

The results show that; (1) the learning that is performed by the demonstration method assisted by computer simulation can improve the student learning outcomes of class XA from 59.19% to 88.69%; (2) the learning that is performed using the lecture method can improve the student learning outcomesof class XD from 45.07% to 76.54%; (3) the increasing student learning outcomes by demonstration method assisted by computer simulation with the increasing student learning outcomes using the lecture method in class X SMA N 4 Yogyakarta shows the nothing significant differences; (4) the overall students’interest

towards learning using demonstration method assisted by computer simulation is 71.40%; (5) the students’ responses regarding learning physics by demonstration method assisted by computer simulation is positive.

Keywords: the increasing learning outcomes, the demonstration method, the computer simulation.


(9)

(10)

ix

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat, rahmat, bimbingan dan kesempatan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Metode Demonstrasi Berbantuan Simulasi Komputer Dalam Pembelajaran Fisika Pada Pokok Bahasan Hukum Newton Untuk Kelas X SMAN 4 Yogyakarta”. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami kendala, namun berkat dukungan, doa, semangan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun mauoun tidak lansung. Untuk itu penulis mengucapkan banyak trima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Johanes Eka Priyatma, M.Sc., Ph.D., selaku Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. Bapak Edi Santoso, M.S., selaku ketua Program Studi Pendidikan Fisika Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Bapak Drs. Domi Severinus,M.Si., selaku Dosen Pembimbing yang telah dengan sabar, tekun, tulus dan ikhlas meluangkan waktu, tanaga dan pikiran memberikan bimbingan, motivasi, dan masukan yang membangun dalam membimbing penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Ibu Dwi Nugraheni Rositawati, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang selalu memberikan semangat dan motivasi.

6. Segenap Dosen Universitas Sanata Dharma yang telah membantu memberikan bekal pengetahuan kepada penulis.


(11)

x

7. Segenap karyawan secretariat JPMIPA yang telah memberikan bantuan dalam melancarkan perijinan surat ke sekolah.

8. Bapak Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D., selaku dosen penguji validitas soal hukum newton dalam penelitian skripsi.

9. Dra. Hj. Bambang Rahmawati Ningsih selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 4 Yogyakarta beserta guru-guru yang telah mengizinkan dan membantu penulis untuk melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan penulisan skripsi.

10. Drs. Sabdrun Subagya selaku guru fisika kelas XA dan XD SMA Negeri 4 Yogyakarta yang telah memberikan dukungan, bantuan dan masukan dalam penelitian.

11. Siswa SMA Negeri Yogyakarta kelas XA dan XD yang menadi partisipan dalam penelitian.

12. Kedua Orang Tua saya tercinta Bapak Dominikus Sabe dan Mama Yosefina Meo yang telah memberikan dukungan materi maupun moril serta doa, kasih sayang sehingga saya termotivasi untuk tetap berjuang.

13. Kakak dan Adikku Fransiska Xaveria Itu, Maria Goreti Ule, Desi Rensiana, Ferdisius Nando, Largus Doman, Aprianus Vereri Decastro dan tante Meri yang telah memberikan doa serta dukungan.

14. Saudari Yuliana Sere yang selalu memberi dukungan doa dan motivasi. 15. Teman- teman mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika 2009.

16. Sahabat-sahabat kost rajawali Gusti, Sonny, Adri, Pius amo serta sahabat saya, Yestin Dapa, Osri, Kiki, Natalia, Nensi yang telah memberikan dukungan dan motivasi.

17. Semua pihak yang tidak penulis sebut satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.


(12)

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………....i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………...ii

HALAMAN PENGESAHAN………....iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………...iv

PERNYATAAN KEASLIANKARYA………...v

ABSTRAK……….vi

ABSTRACT………...vii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS………....viii

KATA PENGANTAR………...ix

DAFTAR ISI………...xii

DAFTAR TABEL………...xvii

DAFTAR LAMPIRAN………....xix

BAB 1 PENDAHULUAN………...1

A. LatarBelakang……….1

B. Rumusan Masalah………...4


(14)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI………...6

A. Kontruktivisme………...6

1. Pengertian Kontruktivisme………..6

a. Kelebihan Kontruktivisme………...7

b. Kelemahan Kontruktivisme………...8

2. Pembelajaran Kontruktivisme………..9

B. Metode Demonstrasi………...12

1. Pengertian Demonstrasi...12

2. Mengapa Demonstrasi Digunakan untuk Mengajar...13

3. Bagaimana Merencanakan Demonstrasi yang Baik...13

4. Yang Perlu di Perhatikan Selama Demonstrasi...14

C. Peningkatan Hasil Belajar………..15

1. Pengertian Hasil Belajar...15

2. Kriteria Hasil Belajar...20

D. Minat Belajar……….23

E. Media Pembelajaran simulasi komputer………....27

1. Media Pembelajaran...27

a. Pengertian Media Pembelajaran...27

b. Manfaat Media Pembelajaran...27

2. Pengertian Simulasi Komputer...29


(15)

xiv

b. Micromedia Flash...32

F. Hukum Newton………..33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………...37

A. Jenis Penelitian……….37

B. Subyek Penelitian……….37

C. Tempat dan waktupenelitian………....38

D. Prosedur Penelitian………...38

E. Treatment………..41

F. Istrumen Penelitian………...42

1. Istrumen Pengumpulan Data………..42

a. Pretes………..42

b. Postes……….42

c. Angket……….…...46

d. Wawancara………...48

2. Istrumen Pembelajaran……….…..48

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran………..49

b. LembarKerja Siswa……….….49

c. Simulasi Komputer………..…..49

G. Validitas Istrumen………...50

H. Metode Pengumpulan Data………...50

1. Penggunaan Tes……….50


(16)

x v

1. Analisis skor soal pretes dan postes………...51

2. Membandingkan skor metode simulasi komputer dengan metode ceramah menggunakan metode kuantitatif………...53

BAB IV DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN………..57

A. Pelaksanaan Penelitian………...57

B. Data Penelitian………...64

1. Hasil Pretes danpostes………..65

2. Minat siswa………67

C.Analisis Data………..68

1. Uji Normalitas………....68

2. Uji Homogenitas………....70

3. Uji T-tes dependen……….72

1) Uji Pretes dan postes kelas eksperimen………...72

2) Uji pretes dan postes kelaskontrol………..74

3) Uji untuk kelas independen………..75

4. Analisis Wawancara………...77

D.Pembahasan ………...82

1. Peningkatan hasil belajar siswa……….82

2. Minat Siswa/i dalam Belajar dengan Metode Simulasi Komputer………....87

E. Keterbatasan Penelitian………..88

BAB V KESIMPULAN DANSARAN………....90


(17)

x vi

B. Saran ………...90

DAFTAR PUSTAKA………....92


(18)

x vii

Tabel 3.1. Kisi–kisi soal pretes dan postes………..43

Table 3.2. Kisi-kisi angket minat………...46

Table 3.3. Kisi-kisi wawancara………..48

Table 3.4. Pemberian skor untuk soal pretes dan postes………51

Table 3.5. Kualifikasi dan interval skor……….53

Table 3.6. klasifikasi minat siswa………..56

Table 4.1. Nilai pretes dan postes kelas eksperimen……….65

Table 4.2. Nilai pretes dan postes kelas kontrol………...66

Table 4.3. Data minat siswa………...67

Table 4.4. Analisis uji normalitas………..69

Table 4.5. Rata-rata nilai pretes kelas eksperimen dan kelas kontrol………70

Table 4.6. Analisis uji homogenitas………...70

Table 4.7. Rata-rata nilai pretes dan postes kelas eksperimen………...72

Table 4.8. Analisis peningkatan hasil belajarkelas eksperimen………72

Table 4.9. Rata-rata nilai pretes dan posteskelas kontrol………..74


(19)

x viii

Table 4.11. Rata-rata nilai postes kelas eksperimen dan kelas kontrol……….76

Table 4.12. Analisis beda peningkatan hasil belajar………..76

Tabel 4.13. Peningkatan Hasil Belajar...84


(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I………95

A. Surat Ijin Penelitian Universitas………96

B. Surat Keterangan Penelitian Sekolah……….97

LAMPIRAN II………...98

A. Validitas Soalinstrument penelitian oleh dosen…..………..99

B. Validitas soal intrumen peneltian oleh guru……..………..115

LAMPIRAN III………...133

A. Hasil Pretes dan Postes………134

B. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran………142

C. LKS materi hukum newton………..153

D. Soal Pretes dan Postes………..156

E. Pedoman Jawaban Pretesdan Postes………...157

F. Soal kuisioner minat…...……….161

G. Daftar Pertanyaan Wawancara……….163

H. Jadwal Mengajar………..166

I. Hasil Kerja Postes Siswa Kelas XAdan kelas XD ………...167

J. Hasil kuisioner siswa………...183


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Perkembangan teknologi pada zaman modern ini berkembang sangat pesat. Terutama teknologi berbasis komunikasi dan multimedia mempunyai peran yang sangat penting dalam dunia pendidikan dan proses pembelajaran. Perkembangan teknologi yang membantu dalam proses pengajaran menjadi mudah, menyenangkan, kreatif, dan tidak membosankan akan menjadi pilihan yang tepat bagi para guru, khususnya dalam bidang fisika. Kemajuan teknologi komputer sangat berpengaruh dan memberi manfaat dalam bidang pendidikan seperti untuk bidang fisika, membantu visualisasi dan animasi dengan komputer. Maka komputer dapat berfungsi sebagai alat simulasi dalam pembelajaran fisika.

Pada umumnya masih banyak guru yang belum memanfaatkan media dalam proses pembelajaran dan masih menggunakan sistem pembelajaran konvensianal atau ceramah. Sehingga ada kemungkinan rendahnya nilai kompetensi siswa disebabkan oleh strategi penyampaian pelajaran yang kurang tepat. Suparno (2008: 2) memaparkan bahwa kebanyakan siswa mengatakan fisika itu menakutkan, sulit dipelajari, banyak hitungan dan rumus. Pengajar dituntut untuk mengajar dengan kreasi yang dapat menarik perhatian dan minat siswa belajar fisika dan merubah kesimpulan dari ” pelajaran fisika merupakan pelajaran yang sulit dan membosankan” menjadi “pelajaran fisika merupakan pelajaran yang menyenangkan”.

Computer Assisten Learning merupakan salah satu implementasi pembelajaran yang

berorientasi siswa belajar aktif. Salah satu alasan utama pemakaian komputer sebagai media penyampaian materi ajar adalah komputer dapat menyajikan program yang interaktif,


(22)

untuk belajar dan tidak merasa bosan.

Peran media dalam proses pembelajaran menurut Gerlac dan Ely dalam Arsyad (2002:11) ditegaskan bahwa ada tiga keistimewaan yang dimiliki media pembelajaran yaitu:

1) Media memiliki kemampuan untuk menangkap, menyimpan dan menampilkan kembali sesuatu objek atau kejadian,

2) Media memiliki kemampuan untuk menampilkan kembali objek atau kejadian dengan macam cara disesuaikan dengan keperluan, dan

3) Media mempunya kemampuan untuk menampilkan sesuatu objek atau kejadian yang mengandung makna.

Ada pendapat lain yang mengatkan betapa pentingnya media dalam proses pembelajaran, Hamalik menyatakan bahwa media pendidikan adalah alat, metode dan teknik yang digunakan dalam rangka mengefektifkan komunikasi dan interaksi antar guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah. Efektifitas penggunaan media pembelajaran sangat tergantung pada derajat kesesuaian dengan materi yang akan diajarkan.

Salah satu proses pembelajaran yang menggunakan media komputer adalah simulasi komputer. Simulasi komputer adalah model pembelajaran menggunakan program komputer untuk mensimulasikan beberapa percobaan fisika, tidak lewat percobaan di laboratorium, tetapi lewat monitor komputer dan siswa dapat mempelajarinya dari simulasi itu (Suparno, 2007: 108). Simulasi Physics Education Technology (Phet) merupakan simulasi yang dapat menunjang pembelajaran, seperti memberikan belajar tentang konsep-konsep fisika dengan nyaman, menantang dan tepat (Wieman,Adam dan Perkins, 682-683). Dengan adanya media


(23)

simulasi PHET ini diharapkan guru dapat merancangkan pembelajaran dan mengembangkan proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan pemahaman siswa serta hasil belajar fisika yang baik.

Pembelajaran seringkali tidak berhasil karena tidak dipersiapkan secara terencana untuk membantu pengembangan pengetahuan pada siswa. Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk mengembangkan sebuah pembelajaran yang sungguh-sungguh dipersiapkan untuk memfasilitasi pengembangan pemahaman siswa tentang hukum newton.

Pada penelitian ini, peneliti akan meneliti mengenai “ Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dengan Metode Demonstrasi Berbantuan Simulasi Komputer Dalam Pembelajaran Fisika Pada Pokok Bahasan Hukum Newton Untuk Siswa Kelas X SMA N 4 Yogyakarta”.

Sebelumnya sudah ada peneliti tentang metode inkuiri dan penggunaan simulasi komputer dalam pembelajaran fisika. Namun penelitian ini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya karena pada penelitian-penelitian sebelumnya hanya menggunakan satu simulasi saja, misalnya Phet atau Micromedia Flash. Sedangkan penelitian ini menggunakan lebh dari satu simulasi yaitu memadukan antara simulasi Phet dan Simulasi Micromedia Flash. Selain itu penelitian ini juga akan melihat bagaimana minat belajar siswa terhadap pembelajaran fisika menggunakan metode simulasi komputer.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah metode demonstrasi berbantuan simulasi komputer dapat meningkatkan hasil belajar siswa?


(24)

berbantuan simulasi komputer dengan metode ceramah?

3. Bagaimana minat siswa terhadap pembelajaran yang menggunakan metode simulasi komputer?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui, apakah metode demonstrasi berbantuan simulasi komputer dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Untuk mengetahui, apakah ada perbedaan signifikan peningkatan hasil belajar antara metode demonstrasi berbantuan simulasi komputer dengan metode ceramah.

3. Mengetahui, bagaimana minat siswa setelah belajar fisika menggunakan metode simulasi komputer.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Bagi Guru dan calon guru:

a) Metode simulasi merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Jadi melalui peneliti ini diharapkan dapat menjadi informsi dalam mengembangkan pembelajaran fisika yang lebih efektif.

b) Dalam pembelajaran tidak cukup hanya menggunakan satu metode saja tetapi harus divariasikan.

2. Bagi Siswa

a) Dengan adanya metode simulasi, membantu siswa untuk lebih mudah memahami materi fisika.


(25)

3. Bagi Peneliti

a) Dapat memanfaatkan simulasi komputer untuk menunjang tingkat pemahaman siswa pada pembelajaran fisika.

b) Dapat menjadi bekal dan pengalaman dalam menggunakan metode simulasi komputer yang dapat bermanfaat ketika peneliti menjadi guru.


(26)

6 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kontruktivisme

1. Pengertian kontruktivisme

Konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi) pembelajaran kontekstual yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Manusia harus mengkontruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Menurut Slavin seperti dikutip oleh Dibyo, Bambang (2013) teori konstruktivistik adalah teori yang menyatakan bahwa peserta didik secara individual harus menemukan dan mentransformasi informasi kompleks, mengecek informasi yang baru terhadap aturan-aturan informasi yang lama, dan merevisi aturan-aturan yang lama bila sudah tidak sesuai lagi Filsafat kontruktivisme adalah filsafat yang mempelajari hakikat pengetahuan dan bagaimana pengetahuan itu terjadi. Menurut Glasersfeld dalam Dibyo, Bambang (2013) konstruktivisme sebagai ‘teori pengetahuan dengan akar dalam “filosofi, psychology, dan cybernetics”. Von Glasersfeld mendefinisikan konstruktivisme radikal selalu membentuk konsepsi Pengetahuan. Ia melihat Pengetahuan sebagai sesuatu hal yang dengan aktif menerima apapun melalui pemikiran sehat


(27)

atau melalui komunikasi. Apabila siswa yang menekuni pengetahuan itu, maka pengetahuan yang akan diperoleh adalah bentukan siswa sendiri. Dalam hal ini, pengetahuan bukanlah suatu bentukkan yang sudah jadi atau sudah ada sejak lahir namun sesuatu yang harus dibentuk sendiri dalam pemekirian sendiri. This, according to Piaget and Inhelder in

Grennon Brooks, J dan G. Brooks. M, (1993: 5), occurs because knowledge comes neither from the subjek nor the objek, but from the unity of the two. Menurut Piaget dan Inhelder dalam Grennon Brooks, J dan G.

Brooks. M, (1993), pengetahuan terjadi karena bukan datang dari satu subjek atau objek, tetapi melainkan dari dua kesatuan tersebut.

Teori kontrutivistivisme memiliki kelebihan dan kekurangan (Dibyo,Bambang, 2013):

a. Kelebihan:

1) Pembelajaran konstruktivistik memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan bahasa siswa sendiri.

2) Pembelajaran konstruktivistik memberi pengalaman yang berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa.

3) Pembelajaran konstruktivistik memberi siswa kesempatan untuk berpikir tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa


(28)

berpikir kreatif, imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan gagasan-gagasan pada saat yang tepat.

4) Pembelajaran konstruktivistik memberi kesempatan kepada siswa untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks.

5) Pembelajaran konstruktivistik mendorong siswa untuk memikirkan perubahan gagasan merka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.

6) Pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.

b. Kelemahan:

1) Siswa mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, tidak jarang bahwa hasil konstruksi siswa tidak cocok dengan hasil konstruksi para ahli sehingga menyebabkan miskonsepsi.

2) Konstruktivistik menanamkan agar siswa membangun pengetahuannya sendiri, hal ini pasti membutuhkan waktu yang lama dan setiap siswa memerlukan penanganan yang berbeda-beda.


(29)

3) Situasi dan kondisi tiap sekolah tidak sama, karena tidak semua sekolah memiliki sarana prasarana yang dapat membantu keaktifan dan kreativitas siswa.

2. Pembelajaran kontruktivistik

Gagne dalam siregar, E dan Nara Hartini (2011), instruction as a set of external design to support the several processes of learning, which are internal ( pembelajaran adalah seperangkat peristiwa-peristiwa eksternal yang dirancang untuk mendukung beberapa proses belajar yang bersifat internal. Lebih lanjut Gagne dalam Siregar, E dan Nara Hartini (2011), mengemukakan suatu definisi pembelajaran yang lebih lengkap:

instruction ia intended to promote learning, exsternal situation need to be arranged to activate, support and maintain the internal processing that constitutes each learning event. Pembelajaran dimaksudkan untuk

menghasilkan belajar, situasi eksternal harus dirancang sedemikian rupa untuk mengaktifkan, mendukung dan mempertahankan proses internal yang terdapat dalam setiap peristiwa belajar.

Menurut Von Glaserfeld dalam Suparno (1997:21) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan siswa adalah konsntruksi (bentukan) siswa sendiri, ia menegaskan bahwa pengetahuan bukan suatu tiruan dari kenyataan.

Von Glaserfeld dalam Suparno (1997) menyebutkan bahwa pengetahuan dibentuk oleh struktur konsepsi seseorang sewaktu dia berinteraksi dengan lingkungan.


(30)

Maka proses pembelajaran kontruktivistik merupakan suatu teori yang mengaggap bahwa belajar adalah proses untuk membangun pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya siswa akan cepat memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangun atas dasar realitas yang ada di dalam masyarakat. Konsekuensinya pembelajaran harus mampu memberikan pengalaman nyata bagi siswa.

Sedangkan dalam proses belajar mengajar yang harus aktif adalah siswa. Siswa sebisa mungkin harus menggali pengetahuan yang telah dimilikinya. Kreatifitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk menjadi orang yang kritis menganalisa suatu hal karena mereka diajak untuk berpikir bukan hanya meniru yang telah ada (Suparno, 1997:81).

Sedangkan Jacqueline Grennon Brooks dan Martin G. Brooks (1993) menawarkan lima prinsip kunci konstruktivist teori belajar. Menurutnya terdapat lima panduan prinsip konstruktivisme:

Prinsip 1: Permasalahan yang muncul sebagai hal yang relevan dengan siswa.

Dalam banyak contoh, masalah style anda mengajar mungkin akan menjadi relevan dengan selera untuk para siswa, dan mereka akan mendekatinya, merasakan keterkaitannya kepada kehidupan mereka.   Prinsip 2: Struktur belajar di sekitar konsep-konsep utama

Mendorong para siswa untuk membuat makna dari bagian-bagian yang menyeluruh/utuh ke dalam bagian-bagian yang terpisah-pisah. Hindari


(31)

mulai dengan bagian-bagian dahulu untuk membangun kemudian sesuatu yang "menyeluruh/utuh."

Prinsip 3: Carikan dan hargai poin-poin pandangan siswa sebagai jendela memberi alasan mereka.

Tantangan gagasan dan pencarian elaborasi yang tepat ditangkap siswa, sering mengancam banyak siswa. Maksudnya adalah bahwa sering para siswa di dalam kelas yang secara tradisional mereka tidak bisa menduga serta menghubungkan apa yang guru maksudkan untuk jawaban yang benar dan cepat, agar ia tidak berada di luar topik dari diskusi kelas yang diadakan. Mereka harus betul-betul "masuk" dan ”sibuk” ikut mengkaji tugas-tugas dalam belajar sebagai konstruktivis lingkungan melalui petanyaan-peranyaan, sanggahan, ataupun jawaban yang diajukan.

Prinsip 4. Sesuaikan pembelajaran dengan perkiraan menuju pengembangan siswa.

Memperkenalkan topik kajian pengembangan dengan tepat atau sesuai, adalah suatu awal yang baik untuk dapat dipahami pengembangan konsep berikutnya

Prinsip 5; Nilai hasil belajar siswa dalam konteks pembelajaran.

Geser atau ubah peniaian itu harus benar-benar sedang menilai apa yang benar-benar sedang terjadi saat penilaian itu. Berlangsung, dan jangan sekali-kai menilai itu dalam kebiasaan skor yang diperoleh seseorang dari waktu ke waktu. Ekspresi Anda bisa bervariasi, kadang-kadang optimis, periang, namun sesekali bisa pesimis, sedih, maupun


(32)

marah. Namun peru diingat marahnya seorang guru dalam kerangka sedang mendidik, dalam konteks pembelajaran, bukan marah mengekspresikan kekesalan.

Dalam sistem belajar mengajar yang konstruktivis guru diberi kebebasan untuk mengajar dikelasnya sesuai dnegan keadaan siswa. Guru perlu diberi kebebasan untuk menggunakan metode yang relavan yang menuntut keaktifan murid. Guru sebaiknya menyediakan prasarana yang akan meningkatkan kreativitas siswa dalam membentuk pengetahuan. (Suparno, 1997:83).

Maka Proses belajar konstruktivistik adalah pemberian makna oleh siswa kepada pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutahkiran sturktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta yang terlepas-lepas.

B. Metode Demonstrasi 1. Pengertian Demonstrasi

Demonstrasi berasal dari kata demonstration yang berarti pertunjukan. Maka model pembelajaran dangan demonstrasi diartikan sebagai model pengajaran dengan pendekatan visual agar siswa dapat mengamati proses, informasi, peristiwa, alat dalam pembelajaran fisika ( Suparno, 2007: 142). Tujuannya sangat jelas agar siswa memahami bahwa yang diajarkan lewat suatu kenyataan yang dapat diamati sehingga mudah mengerti.


(33)

Model demonstrasi ini dapat bersifat konstruktivis bila dalam domonstrasi guru tidak hanya menunjukan proses ataupun alatnya, tetapi disertai banyak pertanyaan yang mengajak siswa berpikir dan menjawab persoalan yang diajukan. Maka demonstrasi yang baik selalu diawali dengan pertanyaan-pertanyaan dari guru, sehingga siswa berpikir atau membuat hipotesis ataupun ide awal. Setelah itu baru guru menunjukan demonstrasinya dan siswa dapat mengamati apakah yang mereka pikirkan dan jawabkan itu sama dengan yang mereka amati.

2. Mengapa Demonstrasi Digunakan untuk Mengajar

Banyak guru suka menggunakan demosntrasi dalam mengajar fisika karena alasan-alasan berikut:

a. Murah karena peralatan yang disediakan sedikit, ssedangkan dalam praktikum biayanya lebih mahal karena peralatannya banyak. Untuk sekolah yang tidak kaya jelas model demonstrasi lebih mudah dibuat. b. Peralatan yang dipunyai sekolah sedikit sehingga tidak dapat untuk

praktikum. Kadang juga ada peralatan yang sulit dicari maka paling mudah diajarkan dengan demonstrasi.

c. Dalam pelaksanaan domonstrasi tidak makan waktu lama seperti dalam praktikum karena semua dilakukan oleh guru sendiri.

d. Guru tetap dapat memberikan pertanyaan rangsangan pada siswa untuk berpikir kritis.


(34)

3. Bagaimana merencanakan Demonstrasi yang baik

Agar demonstrasi sungguh berjalan dengan baik sesuai dengan yang direncanakan dan sungguh dapat membantu siswa mengerti, perlulah guru mempersiapkan apa yang mau didemonstrasikan, peralatannya dan juga kesiapan menyajikannya. Beberapa catatan berikut sangat berguna bagi guru ( Suparno,2007:142).

a. Guru mengidentifikasi konsep atau prinsip fisika yang mau diajarkan. Lalu membuat design demonstrasi macam apa yang akan digunakan untuk menjelaskan prinsip di atas.

b. Bila prinsip yang mau dijelskan panjang, sebaiknya dipotong-potong menjadi lebih pendek dan kecil sehingga mudah dijelaskan.

c. Rencanakan agar siswa sungguh terlibat dalam proses demonstrasi, bukan hanya sebagai pengamat saja. Misalnya siswa diminta maju kedepan dan mengukur sendiri.

d. Rencanakan peralatan yang digunakan secara teliti. Bila kelas kita luas, maka peralatan demonstrasi sebaiknya dipilih yang besar sehingga dapat nampak dari belakang.

e. Cobalah peralatan demonstrasi itu sebelum pembelajaran di mulai, sehingga guur siap dan tidak grogi dalam pembelajaran sesungguhnya karena alat tidak jelan.

f. Pertanyaan-pertanyaan untuk siswa perlu disiapkan agar terarah. 4. Yang perlu diperhatikan selama demonstrasi


(35)

Trowbridge & Bybee dalam Suparno (2007) secara rinci menekankan apa yang perlu diperhatikan selama guru melakukan demonstrasi, yaitu: a. Demonstrasi supaya sungguh jelas dapat dilihat siswa. Bila siswa,

terlebih yang duduk di belakang tidak melihat, mereka diminta maju ke depan.

b. Bicaralah yang keras sehingga siswa dapat mendengar apa yang anda katakan.

c. Libatkan siswa dalam proses, misalnya ikut mengamati, mengukur, mencatat hasil dan lain-lain.

d. Mulailah dengan pertanyaan awal, suruh siswamembuat hipotesis, baru mulai ditunjukannya demonstrasi.

e. Jelaskan apa yang anda lakukan, tujuannya, dan prosesnya.

f. Bila anda bertanya kepada siswa, beri waktu mereka untuk berpikir dahulu.

g. Gunakan papan tulis untuk menulis tujuan demo itu sehingga siswa menjadi jelas dan dapat berpikir secara terfokus.

h. Dalam mengambil kesimpulan, biarkan siswa menyimpulkan lebih dulu.

C. Peningkatan Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang


(36)

positif kemudian disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa di kelas terkumpul dalam himpunan hasil belajar kelas. Semua hasil belajar tersebut merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan proses evaluasi hasil belajar, sedangkan dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 3).

Menurut Sudjana (2010: 22), hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar. Selanjutnya Warsito dalam Depdiknas (2006: 125) mengemukakan bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya perubahan perilaku ke arah positif yang relatif permanen pada diri orang yang belajar.

Jika dikaji lebih mendalam, maka hasil belajar dapat tertuang dalam taksonomi Bloom, yakni dikelompokkan dalam tiga ranah (domain) yaitu domain kognitif atau kemampuan berpikir, domain afektif atau sikap, dan domain psikomotor atau keterampilan. Sehubungan dengan itu, Gagne dalam Sudjana (2010: 22) mengembangkan kemampuan hasil belajar menjadi lima macam antara lain: (1) hasil belajar intelektual merupakan hasil belajar terpenting dari sistem lingsikolastik; (2) strategi kognitif yaitu mengatur cara belajar dan berfikir seseorang dalam arti seluas-luasnya termaksuk kemampuan memecahkan masalah; (3) sikap dan nilai, berhubungan dengan arah intensitas emosional dimiliki seseorang


(37)

sebagaimana disimpulkan dari kecenderungan bertingkah laku terhadap orang dan kejadian; (4) informasi verbal, pengetahuan dalam arti informasi dan fakta; dan (5) keterampilan motorik yaitu kecakapan yang berfungsi untuk lingkungan hidup serta memprestasikan konsep dan lambang.

menurut Winkel (2009) hasil belajar adalah suatu kemampuan internal (capability) yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu melakukan sesuatu atau memberikan prestasi tertentu (performance).

Menurut Mamin Haryati (2007), pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokan menjadi tiga aspek yaitu ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Secara eksplisit ketiga aspek tersebut tidak dipisahkan satu sama lain.

Apapun jenis mata pelajarannya selalu mengandung tiga aspek tersebut namun memiliki penekanan yang berbeda. Hasil belajar disini menekankan pada aspek kognitif.

a. Aspek kognitif

Aspek kognitif berhubungan erat dengan kemampuan berfikir, termasuk di dalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis dan kemampuab mengevaluasi. Menurut taksonomi Bloom (Sax, 1980 dalam Haryati, 2007: 22), kemampuan kognitif adalah kemampuan berfikir secara hirarkis yang terdiri dari pengatahuan, pemahaman, aplikasi, sintesis dan evaluasi. Pada tingkat pengetahuan, peserta didik menjawab pertanyaan berdasarkan hafalan saja.


(38)

Pada tingkat pemahaman peserta didik dituntut untuk menyatakan masalah dengan kata-katanya sendiri, memberi contoh satu konsep atau prinsip. Pada tingkat aplikasi, peserta didik dituntut untuk menerapkan prinsisp atau konsep dalam situasi yang baru. Pada tingkat analisis, peserta didik diminta untuk menguraikan informasi kedalam beberapa bagian, menemukan asumsi, membedakan fakta dan pendapat serta menemukan hubungan sebab-akibat. Pada tingkat sintesis, peserta didik dituntut untuk menghasilkan suatu cerita, komposisi, hipotesis atau teori sendiri dan mensintesiskan pengetahuannya. Pada tingkat evaluasi, peserta didik mengevaluasi informasi.

Aspek kognitif terdiri atas enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Enam tingkatan tersebut (Haryati, 2007: 23-24) yaitu: 1) Tingkat pengetahuan (knowledge)

Pada tahap ini menuntut siswa untuk mampu mengingat (recall) berbagai informasi yang telah diterima sebelumnya, misalnya fakta, rumus, terminologi staregi problem solving dan lain sebagainya.

2) Tingkat pemahaman (comprehension)

Pada tahap ini pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi yang telah diketahui dengan kata-kata sendiri. Pada tahap ini peserta didik diharapkan menerjemahkan atau menyebut kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri. 3) Tingkat penerapan (aplication)


(39)

Penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari.

4) Tingkat Analisis (analysis)

Analisis merupakan kemampuan mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesa dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada atau tidaknya kontradiksi.

5) Tingkat sintesis (syntesis)

Sintesis merupakan kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetahuan yang berbeda sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.

6) Tingkat evaluasi (evaluation)

Evaluasi merupakan level tertinggi yang mengharapkan peserta didik mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nalai suatu gagasan, metode, produk, atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu.

Bentuk tes kognitif diantaranya; (1) tes atau pertanyaan lisan di kelas, (2) pilihan ganda, (3) uraian obyektif, (4) uraian non obyektif atau uraian bebas, (5) jawaban atau isian singkat, (6) menjodohkan, (7) portopolio dan (8) performans.


(40)

Orang yang memiliki suatu kemampuan motorik, mampu melakukan suatu rangkaian gerak-gerik jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak-gerik berbagai anggota badan secara terpadu. Ciri khas dari keterampilan motorik adalah otomatisme, yaitu rangkaian gerak gerik berlangsung secara teratur dan berjalan dengan lancar dan supel tanpa dibutuhkan banyak refleksi tentang apa yang dilakukan dan mengapa diikuti urutan gerak-gerik tertentu.

c. Sikap

Orang yang bersikap tertentu cendrung menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penliaian terhadap itu, berguna/berharga baginya atau tidak.sikap merupakan kemampuan internal yang berperan sekali dalam mengambil tindakan, lebih-lebih bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak.

2. Kriteria Hasil Belajar

Penilaian untuk setiap soal yang sesuai dengan kriteria hasil belajar antara lain:

1. Soal no 1 ( kriteria pengetahuan)

Kriteria pengetahuan merupakan soal tingkat rendah

a. Jika menjawab dengan jelas sesuai dengan pertanyaan diberi skor 5 b. Jika menjawab pertanyaan dengan singkat diberi skor 4


(41)

c. Jika memjawab pertanyaan tidak lengkap dengan persamaan diberi skor 3

d. Jika menjawab pertanyaan tidak lengkap hanya menyebut persamaan hukum I newton diberi skor 2

e. Jika tidak memberikan jawaban jelas atas pertanyaan diberi skor 1 f. Jika tidak menjawab pertanyaan diberi skor 0

2. Soal no 6, 8 dan ( kriteria pemahaman)

Kriteria pemahaman merupakan kriteria tingkat sedang

a. Jika menjawab sesuai dengan pertanyaan diberi skor 5

b. Jika menjawab hanya menyebut persamaan dan contoh tidak lengkap diberi skor 4

c. Jika menjawab pertanyaan hanya persamaan saja diberi skor 3 d. Jika menjawab pertanyan tidak lengkap dan singkat diberi skor 2 e. Jika tidak memberikan jawaban jelas atas pertanyaan diberi skor 1 f. Jika tidak menjawab pertanyaan diberi skor 0

3. Soal no 9 ( kriteria pemahaman)

Kriteria pemahaman merupakan pertanyaan tingkat sedang a. Jika menjawab sesuai dengan pertanyaan diberi skor 10 b. Jika tidak memberikan pertanyaan jelas diberi skor 1 c. Jika tidak menjawab pertanyaan diberi skor 0

4. Soal no 2 ( kriteria penerapan)


(42)

a. Jika menjawab sesuai dengan pertanyaan diberi skor 5

b. Jika menjawab pertanyaan namun kurang lengkap diberi skor 3 c. Jika menjawab pertanyaan singkat dan tidak lengkap diberi 2 d. Jika memberikan jawaban namun salah diberi skor 1

5. Soal no 3, 4 dan 5 ( kriteria penerapan)

Kriteria penerapan merupakan soal tingkat sedang

a. Jika dapat menyebut data dan menjawab sampai selesai diberi skor 10

b. Jika dapatmenyebut data dan menjawab sampai selesai namun lupa satuan diberi skor 8

c. Jika dapat menyebut data dan menjawab slah pada bagian kedua diberi skor 5

d. Jika tidak menyebut data dan menjawab salah diberi skor 1 6. Soal no 10 ( kriteria penerapan)

Kriteria penerapan merupakan soal tingkat sedan

a. Jika dapat menyebut data dan menjawab sampai selesai diberi skor 15

b. Jika dapatmenyebut data dan menjawab sampai selesai namun lupa satuan diberi skor 10

c. Jika dapat menyebut data dan menjawab slah pada bagian kedua diberi skor 5

d. Jika tidak menyebut data dan menjawab salah diberi skor 1 7. Soal 7 ( kriteria analisis)


(43)

Kriteria analisis merupakan soal tingkat sulit

a. Jika dapat menyebut data, masalah dan menjawab sampai selesaii diberi skor 25

b. Jika dapat menyebut data, masalah dan menjawab sampai selesai namun kurang satuan diberi skor 20

c. Jika dapat menyebut data, masalah dan menjawab sampai selesai dan jawaban salah diberi skor 10

d. Jika dapat menyebut data, masalah salah dan menjawab benar namun rumus salah diberi skor 5

e. Jika dapat menyebut data, masalah salah dan menjawab salah diberi skor 1

f. Jika tidak dapat menjawab diberi skor 0 D. Minat Belajar

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (hal.538), minat yaitu berarti kecendrungan hati Yang tinggi terhadap sesuatu. Minat merupakan sifat yang relatif menetap pada diri seseorang yang berpengaruh besar terhadap kegiatan seseorang sebab ia akan melakukan sesuatu yang diminatinya.

Pengertian minat secara istilah telah banyak dikemukakan olah banyak ahli. Diantaranya hilgard yang dikutif oleh slameto menyatakan ,” interest is prestiting tendency to pay attention to end enjoy some activity and content” (Slameto, 57)

Menurut Tidjan (1976:71) minat merupakan gelaja psikologi yang menunjukan pemusatan perhatian terhadap sesuatu obyek sebab ada perasaan


(44)

senang. Dari pengertian tersebut jelas bahwa minat itu sebagai pemusatan perhatian atau reaksi terhdap suatu obyek seperti benda tertentu atau situasi tertentu yang didahului ole perasaan senang terhadap obyek tersebut. Sedangkan menurut Dyimyati Mahmud (1982), minat adalah sebagai sebab yaitu kekuatan pendorong yang memaksa seseorang menaruh perhatian pada situasi atau aktivitas tertentu bukan pada yang lain, atau minat sebagai akibat yaitu penalaman efektif yang distimulir oleh hadirnya seseorang atau sesuatu obyek, atau karena partisipasi dalam sesuatu aktivitas.

Melalui para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa minat adalah kecendrungan seseorang terhadap suatu obyek atau sesuatu kegiatan yang digemari yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, keaktifan untuk berbuat. Sehubungan dengan minat belajar, banyak ahli menggungkapkan pendapat teorinya tentang belajar itu sendiri. Menurut Winkel (1989:36), belajar merupakan aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan sikap.

Nana sudjana(1987:28) mengungkapkan bahwa belajar adalah proses yang aktif dan mereaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses perbuatan melalui berbagai pengalaman. Belajar adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu.

Melalui pengertian minat dan belajar seperti yang telah dikemukan diatas dapat disimpulakan bahwa minat belajar adalah suatu keinginan atau kemauan yang disertai perhatian dan keaktifan yang disengaja, yang akhirnya


(45)

melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku baik berupa pengetahuan, sikap, dan pengetahuan.

Siswa yang berminat terhadap pelajaran tertentu akan tampak terdorong terus untuk belajar, berbeda dengan siswa yang bersikapnya hanya menerima pelajaran. Bentuk peneriman ini membuat mereka hanya bergerak dan mau belajar tetap sulit untuk menekuni karena kurang ada faktor pendorongnya. Oleh karena itu untuk memperoleh hasil belajar, yang baik dalam belajar, seorang siswa harus memiliki minat terhadap pelajaran tersebut sehingga akan mendorong untuk terus bekajar. Adapun faktor–faktor ayang mempengaruhi minat belajar dapat diklarifikasikan menjadi dua (Nashar,2004: 64) yaitu :

1. Faktor interen

a) Kondisi fisik/ jasmani siswa dalam mengikuti elajaran

Faktor kesehatan badan, seperti kondisi prima atau dalam keadaan sakit atau lelah, sangat membantu dalam pemusatan perhatian terhadap proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

b) Pengalaman belajar pada jenjang pendidikan sebelumnya.

Setiap siswa memiliki pengalaman yang berbeda-beda pad ajenjang pendidikan sebelumnya. Hal demikian menjadi modal awal bagi siswa dalam melakoni proses belajar selanjutnya. Pangalaman tersebut juga menjadi dasar untuk menerima pengalaman-pengalaman baru yang akan membantu dalam minat belajarnya.


(46)

2. Faktor eksternal

a) Metode dan gaya mengajar guru

Metode dan gaya mengajar dari guru memberi pengaruh terhadap minat siswa dalam belajar. Maslow dalam Nashar (2004) mengungkapkan : Guru sebagai inspirator, yang memberikan semangat kepada setiap siswa, tampa memandang taraf kemampuan intelektual atau tingkat motivasi belajar. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru dan siswa berinteraksi sebagai pribadi; baik guru maupun siswa, mengkuminakasikan sikap dan perasaan-perasaan. Kominikasi semacan ini menjadikan interaksi antara guru dan siswa suatu kontak yang manusiawi.

Cara seorang guru dalam menyampaikan pelajaran terkait dengan tipe atau karakter kepribadian. Menurut Kurt Lewin dalam Nashar (2004), gaya-gaya kepemimpinan guru antara lain:

1) Gaya otoriter; guru berlagak dimunan, gurulah yang mengantur segala-galanya, dan siswa tidak diberikan inisiatif.

2) Gaya demokratis; guru bertindak sebagai anggota kelompok dan bersama dengan murid menentukan bagaimana sebaiknya proses belajar diatur.


(47)

3) Gaya laissez-faire ; guru membiarkan siswa mengatur belajarnya sendiri, menurut seleranya sendiri, guru tidak memberi pengarahan kecuali bila diminta.

Dengan demikian, guru dituntut untuk dapat berbagai metode pengajaran yang variatif yang sesuasi dengan tujuan pembelajaran. b) Tersedianya alat penunjang da fasilitas pelajaran

Fasilitas dan alat dalam belajar memiliki peran yang penting dalam memotivasi minat siswa dalam suatu pelajaran. Secara khusus belajar fisika akan lebih efektif dan menatik apabila menggunakan alat dan fasiliitas peraga dibandingkan tanpa menggunakan alat peraga atau hanya dengan teori saja.

E. Media Pembelajaran simulasi komputer 1. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinsikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima (Purwasasmit, Muliati. 2007).

Media pembelajaran merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Criticos, 1996). Berdasakan definisi tersebut dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran merupakan proses komunikasi. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru


(48)

(komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan pembelajaran. Jadi, media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), sehingga dapat merangsang perhatian, minat, pikiran, dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan belajar (Purwasasmita, Muliati).

b. Manfaat Media Pembelajaran

McKnown dalam Latuheru (1988:22) mengatakan bahwa: (1) pada umumnya media pembelajaran itu merupakan suatu yang baru bagi anak didik sehingga menarik perhatian meraka, sekaligus perhatiannya tertuju pada materi pengajaran yang disajikan, (2) dengan menggunakan media pembelajaran dalam suatu proses belajar mengajar anak didik mendapatkan kebebasan yang lebih besar, (3) materi pengajaran yang disajikan dengan memanfaatkan media lebih mudah dipahami karena lebih konkret.

Edgar Dale dalam Latuheru (1988:23) mengatakan bahwa bila media pembelajaran digunakan dengan baik dalam suatu proses belajar mengajar, maka manfaatnya adalah sebagai berikut: (1) perhatian anak didik terhadap materi pengajaran akan lebih tinggi, (2) anak didik mendapatkan pengalaman yang konkret, (3) mendorong anak didik untuk bekerja secara mandiri, (4) hasil yang diperolah oleh anak didik sulit dilupakan.


(49)

Maka dari uraian di atas dapat disimpulkan (1) media pembelajaran menarik dan memperbesar perhatian anak didik terhadap materi pengajaran yang disajikan, (2) media pembelajaran membantu memberikan pengalaman belajar yang sulit diperoleh dengan cara yang lain, (3) media pembelajaran dapat mengatasi batas-batas ruang dan waktu, misalnya benda atau sesuatu yang diajarkan itu terlalu besar untuk dibawa ke dalam kelas, maka dapat saja menggunakan model, foto, atau gambar dari benda tersebut.

2. Pengertian Simulasi Komputer

Simulasi komputer merupakan suatu program yang menyajikan hayalan suatu kenyataan. Simulasi yang berhubungan dengan pendidikan ini memungkinkan untuk membawa sebuah kenyataan yang sebenarnya ke dalam ruang kelas, meskipun dalam bentuk yang jauh lebih rumit dari apa yang digambarkan.

Menurut Paul Suparno (2007), simulasi komputer adalah model pembelajaran menggunakan program komputer untuk mensimulasikan beberapa percobaan fisika, tidak lewat percobaan di laboratorium, tetapi lewat monitor komputer dan siswa dapat memanipulasi data, mengumpulkan data, manganalisis data dan mengambil kesimpulan.

Menurut Yosaphat Sumardi (2004), simulasi komputer pada dasarnya mirip dengan eksperimen laboratorium, sehingga simulasi seringkali disebut sebagai eksperimen komputer. Simulasi dibuat bedasarkan pada


(50)

model yang sedang diperhatikan dalam proses belajar, kemudian disusun suatu prosedur untuk menampilkan model itu pada komputer.

Menurut Paul Suparno (1998), yang perlu diperhatikan dalam simulasi agar siswa tetap aktif. Penting bahwa pembuat program simulasi memeprhatikan beberapa hal seperti: 1) konnsep dasar bahan, 2) kemampuan siswa, 3) prinsip metode ilmiah. Perlu dilihat apakah konseap fisika dalam program itu benar atau tidak, agar siswa tidak diarahkan ke konsep yang salah. Program juga perlu disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa. Prinsip metode ilmiah yang lebih menekankan keaktifan siswa dalam mengkontruksikan pengetahuan perlu mendapatkan tekanan.

Beberapa keuntungan pembelajaran dengan simulasi komputer adalah: a. Dapat dilakukan oleh siswa kapan pun termasuk di rumah sehingga

mereka dapat belajar lebih lama dan mengulangi bahan lebih lama tampa terikat pada guru, jam, atau waktu.

b. Dapat menyajikan simulasi dari percobaan yang sulit dan alatnya mahal, dengan cara yang murah bahkan dapat dilihat siswa lebih jelas. c. Reaksi dan kejadian mikro dapat disimulasikan dengan jelas dalam

model sehingga siswa semakin jelas menangkap konsepnya.

d. Para ahli miskonsepsi menemukan bahwa simulasi komputer dapat membantu menghilangkan miskonsepsi siswa karena siswa dapat membandingkan pemikirannya yang tidak benar dengan simulasi yang mereka lakukan dapat lihat (Suparno, 2007: 110).


(51)

Simulasi komputer juga dapat digunakan sebagai pengganti di laboratorium karena berbagai alasan yaitu:

a. Alatnya tidak lengkap sehingga percobaan tidak berjalan dengan baik. b. Proses merangkai dan membuat percobaan sampai berfungsi kadang

memakan waktu yang lama dan lamat, sehingga tidak efektif untuk menanamkan konsep.

c. Beberapa peralatan sangat mahal atau bahkan tidak mungkin disediakan untuk setiap sekolah, sehingga percobaan tidak dapat dibuat.

a. Simulasi PHET

Phisycs Education Technologi (PHET) menciptakan simulasi interaktif dengan tujuan untuk meningkatkan minat siswa dan proses pembelajaran (Wieman & Perkins, 2006: 290). Simulasi interaktif adalah simulasi yang memberikan informasi kepada pelajar tentang suatu objek atau kejadian yang dilandasi oleh asas-asas ilmu (Alessi & Trollip, 2001: 217). Simulasi interaktif lebih menekankan cara bagaimana belajar berinteraksi dengan simulasi. Pelajar menjalankan simulasi dengan memilih nilai-nilai untuk berbagai parameter, mengamati kejadian yang terjadi, menterjemahkan hasil, dan kemudian menjalankan lagi dengan nilai-nilai berbagai parameter yang baru.

lebih dari 80 simulasi telah dikembangkan. Dengan menggunakan simulasi PHET, simulasi dapat di unduh secara gratis lewat internet di alamat http://phet.colorado.edu. Wieman et al. (2010:225)


(52)

menjelaskan bahwa keunikan simulasi adalah dapa digunakan dalam beberapa metode pembelajaran, seperti ceramah dengan demosntrasi, pekerjaan rumah (PR), kelompok belajar dan ekxperimen.

Contoh simulasi phet untuk mempelajari hukum I, II newton. b. Simulasi mikromedia flash

Micromedia Flash merupakan sebuah program yang didesain khusus oleh micromedia, saat itu sebagai pengembangannya yang saat ini dibeli oleh Adobe Incorporated sehingga berubah nama menjadi Adobe Flash, Flash didesain dengan kemampuan untuk membuat animasi 2 dimensi yang handal dan ringan sehingga flash banyak digunakan dalam membangun dan memberikan efek animasi pada website, CD Interaktif dan yang lainnya.


(53)

Keunggulan dari program micromedia flash dibandingkan program lain yang sejenis, antara lain:

1. Dapat membuat tombol interaktif dengan sebuah movie atau obyek lain.

2. Dapat membuat perubahan animasi dari satu bentuk ke bentuk lain. 3. Dapat dikonversi dan dipublikasikan ke dalam bebarapa tipe di

antaranya adalah :.swf, .html, .gif, .jpg, .exe, .mov

F. Materi Hukum Newton a. Hukum 1 Newton

Jika gaya total yang bekrja pada benda itu sama dengan nol, maka benda yang sedang diam akan tetap diam dan benda yang bergerak lurus dengan kecepatan tetap akan tetap bergerak lurus dengan kecepatan tetap. Secara matematis dapat dirumuskan:

Pernahkah anda terdorong ke depan, Ketika mobil yang anda tumpangi direm mendadak. Ketika mobil tersebut direm mendadak, maka anda akan berusaha mempertahankan keadaan seimbang di dalam mobil tersebut akibatnya anda terdorong ke depan. Animasi berikut menunjukan penerapan hukum I Newton tersebut.


(54)

Contoh simulasi komputer dalam mempelajari hukum I newton. b. Hukum II Newton

Hukum I newton membicarakan apa yang terjadi pada benda yang dipengaruhi oleh gaya-gaya yang resultannya nol. Kita telah tahu bahwa pengaruh gaya-gaya itu, benda akan tetap diam atau tetap bergerak. Hukum II newton akan membicarakan kedaan benda jika resultan gaya yang bekerja tidak nol.

Percepatan yang ditimbulkan oleh gaya yang bekerja pada benda tersebut berbanding lurus dengan resultan gaya yang bekrja pada benda tersebut dan berbanding terbalik dengan massa benda tersebut.

Secara matematik hukum ini ditulis,

atau

Keterangan:

∑F = Jumlah resultan gaya yang bekerja (N) a = percepatan benda (m/s2)

m = massa benda (kg)

=


(55)

F

Pengembangan:

Jika pada benda bekerja banyak gaya yang horizontal maka berlaku: ∑F = m.a

F1 + F2–F3 = m.a

Arah gerak benda sama dengan F1 dan F2 jika F1+F2 > F3

Jika pada beberapa benda bekerja banyak gaya horizontal maka berlaku ∑F = ∑m.a

F1+F2-F3 = (m1+m2).a

Jika pada benda bekerja gaya yang membentuk sudut ɵ dengan arah mendatar maka berlaku:

F cos = m.a

F α F cos α c. Hukum III Newton

Hukum newton sering dikenal dengan hukum aksi reaksi. Hukum ini menjelaskan tentang hubungan aksi dan reaksi suatu benda. Maka bunyi hukum III newton:” Apabila sebuah benda memberikan gaya pada benda kedua (gaya aksi), maka benda kedua akan mengerjakan gaya gaya pada


(56)

benda pertama sama besar dan berlawanan arah dengan arah gaya pada

benda pertama”.

Hukum III Newton dinamakan juga hukum aksi-reaksi, yang ditulis seperti berikut.

=

Keterangan:

Faksi = gaya yang bekerja pada benda Freaksi = gaya raksi benda akibat gaya reaksi

Ada tiga syarat terjadinya aksi-reaksi, yaitu:

a. Besarnya nilai aksi sama dengan nilai reaksi. b. Arah aksi berlawanan dengan arah reaksi. c. Aksi dan reaksi bekerja secara timbale balik.


(57)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini termasuk dalam penelitian eksperimen. Metode penelitian eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui tingkat hasil belajar siswa yang menggunakan metode simulasi komputer dan hasil belajar siswa yang menggunakan metode ceramah dengan menggunakan dua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen. Penelitian ini juga termasuk dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif. Termasuk dalam penelitian kuantitatif, karena data yang diperoleh berupa angka yang akan dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan perhitungan statistik. Termasuk dalam penelitian kualitatif, karena data yang diperoleh berupa uraian. Penelitian kuantitatif untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar siswa kelas X SMA N 4 Yogyakarta yang digunakan perhitungan statistik.

B. Subyek Penelitian

Subyek yang diambil dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas XA dan kelas XD SMA N 4 Yogyakarta. Jumlah siswa/i kelas XA berjumlah 32 orang dan kelas XD berjumlah 32 orang. Sistem pembelajaran pada kelas XA (kelas eksperimen) menggunakan metode simulasi komputer. Sedangkan pada kelas XD (kelas kontrol) proses pembelajaran menggunakan metode ceramah atau konvensional. Pada kelas eksperimen, proses pembelajaran dilakukan oleh


(58)

peneliti menggunakan metode simulasi komputer dan pada kelas kontrol pembelajaran dilakukan oleh guru bidang studi fisika.

C. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di SMA N 4 Yogyakarta.

b. Penelitian dilakukan di SMA N 4 Yogyakarta pada bulan Oktober-November 2013 dengan pokok bahasan dinamika hukum Newton.

D. Prosedur Penelitian

Membuat Perangkat Pembelajaran

Orientasi Sekolah

Membuat Instrumen Penelitian

pretes

perlakuan

posttes

Angket

Menganalisis Data


(59)

Penjelasan untuk masing-masing prosedur di atas yaitu: 1. Orientasi Sekolah

Orientasi sekolah bertujuan agar peneliti mengetahui situasi sekolah dan kondisi kelas yang akan dilakukan penelitian. Kemudian bertemu dengan guru mata pelajaran fisika untuk mengkonsultasikan penelitian serta memohon ijin penelitian.

2. Membuat perangkat penelitian

Setelah melakukan orientasi sekolah dan mendapat ijin penelitian dari sekolah dan guru mata pelajaran fisika, kemudian membuat perencanaa pembelajaran yaitu Simulasi Komputer dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.

3. Membuat Instrumen Penelitian

Membuat instrumen penelitian seperti pretes dan posttes yang akan diberikan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

4. Mengadakan Pretes

Sebelum pelaksanaan pembelajaran berlangsug, peneliti memberikan pretes untuk mengetahui bagaimana pengetahuan awal siswa yang berkaitan dengan pokok bahasan hukum newton untuk kedua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.

5. Melaksanakan perlakuan

Peneliti mengajar pokok bahasan hukum newton menggunakan simulasi kompter dan siswa diberi kesempatan untuk mencoba melakukan


(60)

simulasi komputer bersama guru sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran.

6. Mengadakan posttes

Setelah proses pembelajaran selesai peneliti memberikan posttes kepada siswa, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol untuk mengetahui apakah ada peningkatan hasil belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.

7. Mengisi Angket

Pengisian angket sangat perlu dibrikan kepada siswa. Dengan mengisi angket peneliti dapat mengetahui bagaiamana minat siswa belajar fisika menggunakan metode simulasi komputer pada pokok bahasan hukum newton. Angket ini hanya diberikan kepada kelas simulasi komputer. 8. Menganalisis data

Setelah melakukan pretes dan posttes, kemudian menganalisa data yang diperoleh sehingga dapat diketahui bahwa apakah ada peningkatan hasil belajar siswa atau tidak mengalami peningkatan serta mengetahui apakah kelas simulasi komputer mendapatkan hasil yang lebih baik dari kelas kontrol atau kelas kontrol yang mendapatkan hasil lebih baik dari kelas simulasi komputer. Serta mengetahui konsep-konsep mana saja yang mengalami peningkatan paling tinggi atau kurang mengalami peningkatan. 9. Membuat kesimpulan

Membuat kesimpulan akhir setelah mengetahui hasil belajar dengan pokok bahasan hukum newton apakah sudah tercapai.


(61)

E. Treatment

1. Treatment pada kelas eksperimen

Treatmen yang dilakukan pada kelas eksperimen adalah menggunakan metode simulasi komputer. Materi yang akan diajarkan sama dengan kelas kontrol yaitu materi hukum newton. Dalam treatmen ini, peneliti membatasi bahwa dalam simulasi komputer siswa tidak dapat memanipulasi data, hal ini disebabkan keterbatasan penelitian membuat simulasi, tetapi dalam simulasi komputer siswa dapat mengumpul data, menganalisis data, dan mengambil kesimpulan. Peneliti juga akan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan siswa akan dibantu oleh Lembar Kerja Siswa (LKS). Dalam pelaksanaan pembelajaran, sebelum guru memberi materi namun terlebih dahulu menampilkan simulasi untuk membangkitkan ingatan siswa tentang hukum newton dan siswa diminta untuk memberikan kesimpulan awal mengenai ilustrasi yang telah diamati dari simulasi komputer. Kemudian peneliti menunjuk salah satu siswa untuk memberi kesimpulan mengenai simulasi dan dikaitkan dengan hukum newton. Setelah itu peneliti memberikan ringkasan materi yang berkaitan dengan hukum Newton dan disertai latihan soal untuk meningkatkan pemahaman siswa.

2. Treatmen pada kelas kontrol

Treatmen yang dilakukan pada kelas kontrol adalah menggunakan metode konvensional. Materi yang akan diajarkan sama dengan kelas eksperimen yaitu materi hukum newton. Namun pada kelas kontrol ini,


(62)

peneliti tidak melakukan treatmen atau pengajaran melainkan guru bidang studi fisika SMAN 4 Yogyakarta.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa instrumen yaitu instrumen pengumpulan data dan instrumen pembejaran.

1. Instrumen pengumpulan data

Instrumen ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar siswa dengan menggunakan metode simulasi komputer. Instrumen yang digunakan berupa soal esai (uraian bebas) sebagai pretes dan posttes serta angket. Instrumen pengumpulan data meliputi:

a. Tes Awal (pre-test)

Tes awal berjumlah 10 soal tes uraian. Tes ini diberikan kepada siswa kelas kontrol dan kelas simulasi komputer sebelum guru memberikan treatmen. Hal ini untuk mengukur seberapa jauh pemahaman awal siswa. Isi pokok tes adalah materi-materi hukum newton.

b. Tes Akhir (post-test)

Tes akhir berjumlah 10 soal uraian. Tes ini diberikan kepada siswa kelas kontrol dan kelas simulasi komputer setelah peneliti memberikan treatmen. Hal ini untuk mengukur ada atau tidaknya peningkatan hasil belajar siswa setelah diberikan treatmen.

Soal yang diberikan baik pada tes awal (pretes) dan tes akhir (posttes) harus memiliki bobot soal yang sama. Dengan memberikan tesraian, maka


(63)

memudahkan peneliti untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemahaman siswa dalam memahami konsep hukum newton.

Berikut ini adalah kisi-kisi soal untuk tes penelitian Tabel 3.1. Kisi-kisi soal pretes dan posttes

Konsep Indikator Kriteria Soal Hukum 1

newton

- Menyebut bunyi hukum newton - Menyebutkan

penerapan hukum I newton dalam

kehidupan sehari-hari - Menjelaskan peristiwa

yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan hukum I newton

Pengetahuan

Pemahaman

Penerapan

- Sebutkan bunyi hukum I newton

- Sebutkan contoh-contoh gejala hukum I newton dalam kehidupan sehari-hari

- Mengapa ketika kita naik bis yang sedang bergerak tiba-tiba direm mendadak maka tubuh terdorong kedepan.

Hukum II newton

- Menyebut bunyi hukum II newton - Menjelaskan

hubungan antara percepatan dengan massa menurut hukum II newton

Pengetahuan

Pemahaman

Pemahaman

- Sebutkan bunyi hukum II newton

- Bagaimana hubungan percepatan dengan massa menurut hukum II newton - Bagaimana hubungan


(64)

- Menjelaskan hubungan antara percepatan dengan gaya menurut hukum newton

- Menyelesaikan soal-soal menggunakan persamaan hukum II newton

Penerapan

analisis

gaya menurut hukum II newton

- Jika gaya sebesar 158 N diberikan pada sebuah peti bermassa120 kg. Berapa percepatan yang dihasikan? - Dua buah gaya bekerja

pada sebuah balok yang bermassa 2 kg sebagaimana ditunjukan dalam gambar berikut

F2= 30N F1= 10N

Hitunglah percepatan balok? - Jika suatu benda diberi

gaya 20 N, benda tersebut memiliki percepatan 4m/s2. Berapakah percepatan yang dialami benda tersebut jika diberi gaya 25 N?

Hukum III newton

- Menyebutkan bunyi hukum III newton - Menyebut

contoh-Pengetahuan

Pemahaman

- Sebutkan bunyi hukum III newton


(65)

contoh kejadian yang berkaitan dengan hukum III newton dalam kehidupan sehari-hari - Siswa dapat

menyelesaikan soal-soal penerapan hukum III newton

Analisis

kejadian dalam kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan hukum III newton

- Sebuah lift yang bermuatan memiliki massa 1800 kg. Kabel lift mampu menahan beban maksimal 24000 N. berapakah percepatan ke atas lift maksimum seandainya kebel tidak putus?

- Berapakah percepatan balok dan tegangan tali untuk sistem yang tampak pada gambar berikut jika F= 30 N


(66)

c. Angket

Angket adalah sejumlah pertanyaan yang tertulis yang akan digunakan untuk memperoleh informasi dan responden siswa mengenai pembelajaran yang telah dilaksanakan. Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mengetahui minat belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Angket yang dipakai dalam penelitian ini adalah angket tertutup. Angket tertutup adalah angket yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih.

Tabel 3.2. Kisi-kisi angket minat siswa terhadap pembelajaran simulasi komputer

Aspek minat Indikator minat Item Jumlah Merasa

tertarik

Saya merasa tertarik belajar fisika menggunakan metode simulasi komputer

1,11 2

Merasa senang

Saya merasa senang mengikuti pelajaran fisika dengan metode simulasi komputer

3 1

Merasa puas Saya merasa puas karena dapat menggunakan simulasi komputer dan menjadi aktif

4,14 2

Konsentrasi Saya selalu fokus dalam mengikuti pelajaran fisika menggunakan metode simulasi komputer


(67)

Usaha Usaha yang dilakukan dalam pembelajaran fisika menggunakan metode simulasi komputer

7,15 2

Berpartisipasi Ikut berpartisipasi dalam proses pembelajaran fisika menggunakan metode simulasi komputer

8,13 2

Perhatian Selalu memprhatikan setiap proses pembelajaran fisika menggunakan metode simulasi komputer

10,2 2

Tanggapan Tanggapan selema mengikuti proses pembelajaran fisika menggunakan metode simulasi komputer

5,12,9 3

Contoh pernyataan-pernyataan dalam angket minat:

1. Saya merasa tertarik belajar fisika menggunakan metode simulasi komputer

2. Saya selalu memprhatikan saat menggunakan simulasi komputer Angket yang minat yang lengkap pada lampiran

d. Wawancara

Wawancara dilakukan setelah siswa selesai mengukuti postes. Wawancara bertujuan untuk memperkuat data-data pretes, postes dan kuisioner. Dari sekian banyak siswa, proses wawancara hanya diberikan


(68)

pada kelompok siswa yang hasil belajarnya rendah dan kelompok siswa hasil belajarnya tinggi. Kisi-kisi wawancara dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3.3. Kisi-kisi wawancara

Komponen Pertanyaan

1. Kebiasaaan Belajar • Apakah sudah pernah belajar fisika menggunakan metode simulasi komputer selama di SMAN 4 Yogyakarta?

2. Perasaan siswa selama mengikuti pelajaran

• Apakah anda suka mengikuti pembelajaran fisika menggunakan metode simulasi komputer? 3. Kendala-kendala

yang dihadapi selama pelajaran berlangsung

• Apakah anda merasa kesulitan dalam mengikuti pembelajaran?

• Kesulitan-kesulitan apa saja yang and alami selama mengikuti pembelajaran?

2. Intrumen pembelajaran

Dalam melakukan penelitian, intrumen pembelajaran terdiri dari dua bagian yaitu pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ini wajib dibuat oleh setiap guru yang akan mengajar. Tujuannya adalah agar pembelajaran yang berlangsung telah disusun secara garis besar dalam RPP. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ini dibuat berisi garis besar


(69)

kegiatan pembelajaran yang akan di laksanakan oleh peneliti. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran sangat membantu peneliti dalam melaksanakan penelitian, karena pengelolaan waktu yang tepat dan pembelajaran yang berlangsung sesuai dengan apa yang di rencanakan sehingga proses pembelajaran terlaksana dengan baik. RPP secara keseluruhan terlampir.

b. Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa (LKS) diberikan untuk membantu siswa dalam memahami materi hukum newton melalui simulasi komputer. LKS secara keseluruhan terlampir.

c. Simulasi komputer

Sebelum memulai pengajaran, peneliti menyiapkan intrumen yang akan digunakan dalam proses pembelajaran yaitu simulasi komputer. Simulasi komputer yang digunakan dalam proses pembelajaran ada dua yaitu menggunakan simulasi PHET dan simulasi Micromedia flash. Dengan demikian, peneliti menyiapkan simulasi yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan yaitu hukum newton.

G. Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes. Suatu tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur. Tes memiliki validitas yang tinggi jika hasilnya sesuai dengan kriteria, dalam arti memiliki kesejajaran antara tes dan kriteria (Arikunto, 1999: 65). Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi


(70)

(content validity). Pada penelitian ini, instrumen yang akan divalidasi adalah: (a) soal-soal pretes dan posttes, (b) angket minat. Sebelum diberikan kepada siswa, instrumen divalidasi dan dikonsultasikan kepada dua orang ahli yaitu seorang dosen Universitas Sanata Dharma dan seorang guru mata pelajaran fisika SMA N 4 Yogyakarta untuk mengetahui apakah intrumen telah sesuai dengan apa yang ingin dicapai oleh peneliti.

H. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah pencatatan peristiwa-peristiwa atau keterangan-keterangan atau seluruh elemen populasi yang akan mendukung penelitian (Hasan, 2002: 83). Data diambil pada jam pelajaran atau luar jam pelajaran fisika.

1. Penggunaan Tes

Tes digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya obyek yang diteliti. Isntrumen yang berupa tes dapat mengukur kemampuan dasar dan pencapaian pemahaman (suharsimi, 2006:223).

Tes akan diberikan sebelum pembelajaran berlangsung yaitu tes awal (pretes) dan tes akhir (posttes). Dengan pemberian tes awal (pretes) akan diketahui bahwa sejauh mana pemahaman awal siswa pada pokok bahasan hukum newton. Kemudian setelah pembelajaran selesai diberikan tes akhir (posttes) untuk mengetahui apakah ada perubahan peningkatan hasil belajar siswa pada pokok bahasan hukum newton.


(71)

2. Data Angket

Angket juga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam rangka penilaian hasil belajar (Sudijono, 2011:83). Dalam penelitian ini angket digunakan untuk mengetahui minat belajar siswa terhadap metode simulasi komputer pada pokok bahasan hukum newton.

I. Metode Analisa Data

1. Analisis skor soal pretes dan soal posttes

Pada tabel dibawah ini dijelaskan pemberian skor soal pretes dan posttes

Tabel 3.4. Pemberian skor soal pretes dan posttes

No Soal Aspek Skor Maksimum

1 Pengetahuan 5

2 Pemahaman 5

3 Penerapan 10

4 Penerapan 10

5 Analisis 10

6 Pengetahuan 5

7 Analisis 25

8 Pemahaman 5

9 Pemahaman 10

10 Penerapan 15


(72)

Untuk menghitung besarnya nilai yang diperoleh siswa dihitung menggunakan rumus:

= 100

Skor yang diperoleh siswa, dikelompokan menurut interval yang telah ditentukan berdasarkan tingkat pemahamannya.

Interval dibagi menjadi 5 macam yaitu sangat baik, baik, cukup, kurang, dan sangat kurang.

Penentuan interval skor dan kualifikasinya a) Menentukan passing skor

Passing skor adalah skor terendah untuk nilai cukup. Ditetapkan passing skornya yaitu 60%

b) Menentukan aturan konversi

• Untuk kelompok atas

Untuk kelompok atas terdiri dari 3, yaitu cukup, baik, dan sangat baik. Lebar intervalnya 100-59 = 41. Apabila ditetapkan lebar interval skornya sama, maka setiap kualifikasinya mempunyai lebar interval 13 sisa 2. Ditetapkan satu kualifikasi untuk interval 13, dan dua kualifikasi untuk interval 14. Jadi kualifikasi cukup untuk skor 60-73%, kualifikasi baik untuk interval skor 74-87 %, dan kualifikasi sangat baik untuk interval skor 88-100 %.


(73)

Untuk kelompok bawah, mempunyai dua kualifikasi, yaitu kurang dan sangat kurang. Kualifikasi kurang antar interval 50-59 % dan kualifikasi sangat kurang antara interval 1- 49 %. Tabel 3.5. kualifikasi dan interval skor

Interval Kualifikasi 88-100 Sangat Baik

74-87 Baik 60-73 Cukup 50-59 Kurang

1-49 Sangat Kurang

2. Membandingkan skor metode simulasi komputer dengan metode ceramah menggunakan metode kuantitatif.

a. Untuk membandingkan hasil belajar siswa yang diajar dengan metode simulasi komputer dengan metode ceramah digunakan:

1) Uji homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kelas simulasi dan kelas ceramah memiliki pemahaman yang sama atau tidak. Uji homogenitas ini dilakukan dari hasil pretes kelas simulasi dan kelas ceramah.

2) Uji-T independen dengan tingkat signifikan α = 0.05, untuk menetahui tes awal (pretes) siswa yang diajar menggunakan


(74)

metode simulasi komputer dan siswa yang diajar dengan metode ceramah.

3) Uji-T independen dengan tingkat α = 0.05, untuk mengetahui tes akhir (posttes) siswa yang diajar dengan metode simulasi komputer dan siswa yang diajar dengan metode ceramah.

Cara menganalisis dengan menggunakan SPSS. Data yang digunakan adalah nilai postes kelas eksperimen dan niai postes kelas kontrol. Dari analisis menggunakan spss 16 dapat diketahui bahwa apakah data yang ditampilkan signifikan atau tidak. Apabila signifikan maka ada perbedaan peningkatan hasil belajar siswa antara siswa yang diajar dengan metode simulasi komputer dengan metode ceramah. Apabila tidak signifikan maka tidak ada perpedaan peningkatan hasil belajar.

b. Untuk mengetahui apakah metode simulasi komputer dan metode ceramah dapat meningkatkan hasil belajar digunakan:

1) Uji-T dependen dengan tigkat signifikan α = 0.05, untuk mengetahui tes awal (pretes) dan tes akhir (posttes) yang diajar dengan metode simulasi komputer dan metode ceramah.

Cara menghitung dengan menggunakan SPSS. Bila perhitungan signifikan maka, ada perbedaan (peningkatan hasil belajar) dan bila tidak signifikn maka, tidak ada peningkatan hasil belajar.


(75)

c. Uji kualitatif

Pada uji kualitatif ini, data yang dugunakan adalah: 1) Hasil angket minat siswa

Pemberiaan angket sangat penting diberikan kepada siswa, karena untuk mengetahui bagaimana minat siswa dalam mengikuti pembelajaran fisika menggunakan simulasi komputer. Angket terdiri dari 15 soal dan tersedia 4 alternatif jawaban, dan siswa harus mengisi harus mengisi sesuai keadaan dirinya. Alternatif beserta skornya sebagai berikut: Nilai 1, “Sangat Tidak Setuju”: jika pertanyaan tersebut sama sekali tidak menggambarkan diri siswaa. Nilai 2, “Tidak Setuju”:jika pernyataan tersebut sedikit menggambarkan diri siswa. Nilai 3, “Setuju”: jika pertanyaan tersebut menggambarkan keadaan diri siswa, meski tidak 100 %. Nilai 4, “Sangat Setuju”: jika pernyataan tersebut tepat menggambarkan keeadaan diri siswa. Klasifikasi minat belajar siswa ditetapkan berdasarkan prosentase yang diperoleh setiap siswa.

Prosentase (%)= 100% JS = Jumlah skor yang diperoleh TS = Total Skor


(76)

Tabel 3.6. Klasifikasi minat siswa terhadap pembelajaran fisika menggunakan simulasi komputer.

Skor Kategori 85-100 Sangat Berminat 69 - 84 Berminat

53- 68 Tidak Berminat < 53 Sangat Tidak Berminat

d. Analisis hasil wawancara

Untuk menganalisis wawancara, pertama harus membuat transkip hasil wawancara. Kemudian diambil kesimpulan dari hasil wawancara.


(77)

57 BAB IV

DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMAN 4 Yogyakarta pada bulan November dan berakhir bulan Desember. Subyek penelitian adalah siswa kelas XA dan siswa kelas XD. Kelas XA yang diberi treatment model pembelajaran dengan metode simulasi komputer. Sedangkan kelas XD adalah kelas kontrol yang model pembelajarannya menggunakan metode caramah. Siswa kelas XA berjumlah 32 orang siswa dan siswa kelas XD berjumlah 32 orang siswa. Maka jumlah secara keseluruhan adalah 64 siswa. Dalam penelitian ini penulis berperan sebagai guru dalam proses pembelajaran pada kelas eksperimen. Sedangkan proses pembelajaran pada kelas XD guru bidang studi yang mengajar menggunakan metode ceramah.Dalam penelitian ada beberapa siswa yang sering tidak masuk dan juga tidak mengikuti pretes. Sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian dan analisis data adalah siswa/i kelas XA yang berjumlah 26orang dan siswa/i kelas XD yang berjumlah 28 orang.

1. Persiapan Instrumen

Sebelum penelitian dimulai peneliti memepersiapkan instrumen-instrumen yang akan digunakan untuk penelitian. Instrumen-instrumen-instrumen penelitian antara lain: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas XA dengan menggunakan model pembelajaran sismulasi


(78)

komputer, Lembar Kegiatan Siswa (LKS) untuk metode simulasi komputer pada pokok bahasan hukum newton, serta membuat kuesioner minat terhadap pembelajaran fisikan menggunakan metode simulasi komputer, soal pretes dan soal postes. Setelah itu peneliti memberikan surat izin penelitian untuk melaksanakan penelitian di SMAN 4 Yogyakarta. Setelah mendapat izin dari pihak sekolah, peneliti berkonsultasi dengan guru mata pelajaran fisika untuk membahas kelas berapa yang akan diteliti dan jadwal pelaksanaan penelitian.

2. Perkenalan dan Pelaksanaan Prestes

Pada tahap ini, peneliti memperkenalkan diri kepada siswa kelas XA. Setelah itu peneliti memberitahukan kepada siswa tentang materi yang akan dipelajari adalah materi hukum newton. Selanjutnya peneliti memeberikan soal pretes yang terdiri dari 10 soal uraian, dan alokasi waktu yang diperlukan adalan 45 menit. Pretes ini dilaksanakan pada tanggal 15 November 2013, pada kelas eksperimen. Sedangkan pada kelas kontrol dilaksanakan pada tanggal 19 November 2013. Tujuan diberikannya pretes adalah peneliti dapat memeperoleh data bagaimana pemehaman awal siswa mengenai hukum newton. Data ini digunakan untuk mengetahuai apakah kedua kelas memiliki pemahaman keadaan awal yang sama atau tidak.


(79)

3. Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran di kelas eksperimen (XA) berlangsung selama 6 jam proses pembelajaran, yang di bagi menjadi 4 kali pertemuan dan setiap jam pembelajaran adalah 45 menit. Berikut adalah proses pembelajaran untuk setiap pertemuan pada kelas XA.

Kelas XA menggunakan metode simulasi komputer

1) Pertemuan ke I: Sabtu, 16 November 2013 pukul 08.00-09.30.

Pada pertemuan pertama ini, peneliti membuka simulasi mengenai hukum 1 newton. Kemudian memberikan pertanyaan singkat kepada siswa mengenai materi hukum I newton untuk mengingatkan mereka kembaliketika duduk di bangku SMP. Setelah simulasi dijalankan, siswa diminta untuk memperhatikan simulasi dengan cermat.

Dari simulasi di atas siswa diminta menjawab pertanyaan dari peneliti dan memberikan


(80)

kesimpulan.Setelah siswa memjawab pertanyaan yang diberikan, peneliti memberikan penguatan terhadap jawaban siswa. setelah itu peneliti menjelaskan materi hukum 1 newton yang ditampilkan pada simulasi.

Selanjutnya peneliti melanjutkan dengan simulasi untuk hukum II newton seperti di bawah ini.

Pada materi hukum II newton, peneliti menampilkan simulasi seperti di atas. Namun sebelum simulasi dijalankan, peneliti terlebih dahulu memberikan pertanyaan tentang pengertian hukum II newton. Kemudian meminta bebarapa siswa untuk menjawab pertanyaan mengenai hukum II newton. Setelah mengetahui jawaban siswa, peneliti menjalankan simulasi seperti gambar di atas dan menghubungkan dengan pengertian hukum II newton. Setelah itu peneliti menjelaskan materi hukum II newton dan memberikan penguatan kepada siswa yang berkaitan


(81)

dengan pemahaman awal siswa tentang hukum II newton. Peneliti memberikan tugas rumah kepada siswa yang berkaitan dengan hukum I, II newton.

Sasaran yang ingin dicapai pada pertemuan pertama ini adalah untuk memperkenalkan kepada siswa proses pembelajaran menggunakan simulasi komputer. Jika siswa merasa nyaman selama proses pembelajaran menggunakan simulasi maka proses pembelajaran akan berjalan baik. Simulasi komputer juga memudahkan siswa untuk belajar dan mencoba sendiri karena simulasi komputer merupakan gambaran singkat dari praktikum di lab fisika.

2) Pertemuan ke II: Jumat, 22 November 2013 (45 menit) Pada pertemuan kedua, peneliti mempersiapkan simulasi dan menanyakan tugas rumah yang diberikan pada siswa apakah ada kesulitan dari soal yang diberikan.

Kemudia, peneliti membentuk kelompok kecil dan membagikan LKS I kepada siswa berkaitan dengan materi hukum I,II newton.


(1)

189 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

190 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

191 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

192 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

193 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

194 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GENERATIF DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS X PADA MATERI HUKUM NEWTON DAN PENERAPANNYA DI SMAN 1 INGIN JAYA

0 4 1

Pembelajaran Inkuiri dengan Pendekatan Demonstrasi pada Pokok Bahasan Bunyi untuk Meningkatkan Minat dan Hasil Belajar IPA Fisika Siswa SMP

1 55 135

PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PENEMUAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA SMP KELAS VIII PADA POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON.

0 1 29

Efektivitas pemberian latihan soal untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran fisika pada pokok bahasan besaran dan satuan untuk siswa kelas X SMAN 1 Kalasan.

0 0 84

Peningkatan hasil belajar siswa dengan metode Demonstrasi Berbantuan Simulasi Komputer dalam pembelajaran fisika pada pokok bahasan hukum newton untuk siswa kelas X SMAN 4 Yogyakarta.

0 2 215

PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON UNTUK MENINGKATKAN KETRAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA SMA.

0 0 2

PENGARUH PENGGUNAAN METODE SIMULASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA POKOK BAHASAN HUKUM NEWTON SISWA KELAS X SMAN 1 PLERET, BANTUL, YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20162017 Agustinus Chandra 1) Veator Reanyaan 2) Yuli Prihatni 3)

0 0 8

PERUBAHAN KONSEP SISWA KELAS XI IPA PADA POKOK BAHASAN HUKUM II NEWTON DENGAN METODE DEMONSTRASI

0 0 127

Peningkatan hasil belajar dan minat belajar siswa dalam pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan metode eksperimen terbimbing pada pokok bahasan hukum newton kelas X SMA Santa Maria Yogyakarta - USD Repository

0 1 203

Peningkatan hasil belajar dan minat siswa dalam pembelajaran fisika menggunakan model pembelajaran inkuiri dengan metode demonstrasi pada pokok bahasan momentum dan impuls di kelas XI IPA SMA Pangudi Luhur Yogyakarta - USD Repository

0 20 250