dan yang mengurus loper Koran hanya tinggal 40 orang saja. Karena kondisi The Chung Sen pun sudah semakin tua, maka ia terdorong keinginannya untuk
menjual Jawa Pos kepada pengelola majalah mingguan Tempo. Karena dengan pertimbangan PT. Grafiti Pers tersebut belum memiliki penerbitan surat kabar,
sehingga Jawa Pos tidak dinomor duakan, The Chung Sen juga berpesan agar kejayaan yang dulu dapat tercapai kembali.
4.1.2.2 Pembaharuan Manajemen Jawa Pos
Sejak tanggal 1 April 1982, harian Jawa Pos dikelola oleh PT. Grafiti Pers yang merupakan induk majalah Tempo. Pada saat itu Jawa Pos dipimpin oleh Drs.
Erik Samola SH yang menjadi Direktur Utama PT. Jawa Pos. Kemudian Erik menunjuk Dahlan Iskan untuk menjadi pimpinan redaksi. Pada waktu itu ia
menjabat sebagai kepala biro majalah Tempo Surabaya. Dibawah pimpinan Bapak Dahlan Iskan inilah, Jawa Pos mengalami banyak perubahan.
Pada tanggal 5 April 1982, Dahlan Iskan mengadakan gebrakan-gebrakan yang dimulai dengan perubahan headline yang terdapat pada halaman pertama,
pemunculan feature pada halam dua, rubric pembaca, artikel, kariatur, rubric kampus seminggu sekali. Sehingga dapat menambah nilai lebih terhadap
performance maupun isi dari harian harian Jawa Pos. Gebrakan-gebrakan ini kemudian pada tahun 1984 diikuti dengan gebrakan dalam bidang pemasaran
Koran. Dibawah pimpinan Imam Suroso gebrakan yang dilakukan adalah dengan dengan membayar pedagang eceran untuk menjajakan Koran dan juga
menerjunkan sales door to door. Selain itu, dikembangkan pula tehnik foto berwarna dan pengiriman wartawan ke luar negri hingga seperti sekarang.
Dalam perkembangan selanjutnya pada tanggal 19 Mei 1985 berdasarkan akte notaris Liem Swihua, SH nomor 3 pasal 1, menyatakan berubah PT. Jawa Pos
Concern, Ltd menjadi PT. Jawa Pos. Saham-saham yang semula dimiliki oleh The Chung Sen, maka sehubungan dengan peraturan Mentri Penerapan no
01PreMenPen1984, khususnya SIUP tentang pemilikan saham, maka 20 dari saham perusahaan tersebut dimiliki oleh para wartawan dan serta karyawannya.
Perubahan lain yang dilakukan adalah pada bagian percetakan, agar lebih leluasa dan mempunyai kesempatan untuk menerima order komersial dari perusahaan
mka bagian percetakan tidak dijadiakn satu melainkan terpisah dengan nama PT. Percetakan Jawa Pos. kebijasanaan lain yang diluncurkan adalah dengan adanya
perekrutan karyawan-karyawan muda karena disinyalir lebih gesit dalam melaksanakan tugas, sedangkan yang senior diangkat menjzadi kepala-kepala
Biro, sehingga Jawa Pos lebih berkembang.
4.2 Penyajian Data dan Analisis Data