Kombinasi Bisnis Landasan Teori
dilakukan oleh perusahaan target bertujuan untuk menarik minat perusahaan pengakuisisi untuk melakukan akuisisi. Manajemen laba
dapat dilakukan dengan berbagai cara. Wild et al. 2007 membaginya menjadi tiga cara, yaitu:
a. Income Increasing Jika laba masa kini relatif rendah dan diperkirakan laba
masa depan tinggi, manajemen akan menggunakan pilihan prosedur akuntansi untuk meningkatkan discretionary accruals
masa kini. b. Income Decreasing
Jika laba masa kini relatif tinggi dan diperkirakan laba masa depan rendah, manajemen akan menggunakan pilihan
prosedur akuntansi untuk menurunkan discretionary accruals masa kini.
c. Income smoothing Income smoothing merupakan bentuk manajemen laba yang
paling sering dilakukan, dan paling populer. Dengan strategi ini, manajer menurunkan atau menaikkan laba yang dilaporkan untuk
mengurangi gejolak pelaporan laba sehingga perusahaan terlihat stabil dan tidak beresiko tinggi.
Dalam proses pengakuisisian biasanya tidak hanya perusahaan pengakuisisi saja yang melakukan manajemen laba,
tetapi perusahaan target pun juga melakukan manajemen laba
sebelum publikasi akuisisi. Manajemen laba yang dilakukan perusahaan yaitu dengan melakukan income increasing yang
bertujuan untuk menaikan laba perusahaan, sehingga kinerja perusahaan terlihat baik, sehingga menarik perhatian banyak
perusahaan untuk melakukan akuisisi. Hal ini didukung oleh Anilowski et al. 2008 yang menemukan bahwa perusahaan target
akuisisi melakukan manajemen laba, dan penelitian Sukartha 2007 yang juga menemukan bahwa perusahaan target akuisisi melakukan
manajemen laba dengan cara menaikkan jumlah discretionary accrual saat publikasi terakhir sebelum akuisisi, manajemen laba
yang dilakukan oleh perusahaan target akuisisi saat publikasi terakhir sebelum akuisisi lebih besar dibandingkan dengan periode
sebelumnya. C.
Kesejahteraan Pemegang Saham dan Manajemen Laba
Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk menciptakan nilai bagi pemiliknya shareholder dengan jalan memaksimalkan kekayaan pemilik.
Dalam mencapai tujuan tersebut, pemilik sering kali memiliki keterbatasan dalam pengelolaan perusahaan. Hal tersebut memicu pemilik untuk
menyerahkan tanggung jawab atas pengelolaan perusahaan kepada pihak kedua yaitu manajemen. Sebagai orang yang profesional, diharapkan dapat
bertindak atas nama pemilik untuk mencapai tujuan perusahaan, yaitu kesejahteraan para pemegang saham.
Pendekatan kesejahteraan pemegang saham mengestimasi nilai ekonomi suatu investasi melalui pendiskontoan aliran kas prediksian
menurut biaya modalnya. Aliran kas ini menjadi landasan bagi pengembalian pemegang saham yang berupa dividen dan harga saham.
Kesejahteraan pemegang saham adalah nilai ekuitas value of the equity yang merupakan bagian dari nilai perusahaan corporate value. Jadi
kesejahteraan pemegang saham adalah nilai perusahaan setelah dikurangi utang Yudianti, 2005.
Pemegang saham memperoleh kesejahteraan antara lain melalui harga saham yang dimilikinya mengalami peningkatan, dan saat
pembagian dividen. Pada umumnya pemegang saham, terutama yang bertujuan memegang saham jangka panjang, akan memperoleh
kesejahteraan memadai apabila harga saham yang dipegangnya menunjukkan kenaikan. Kenaikan harga saham berarti return pemegang
saham juga meningkat. Kenaikan harga saham bisa disebabkan oleh banyak faktor. Salah satu faktor yang dapat menyebabkan kenaikan harga
saham adalah kemampuan perusahaan menghasilkan laba. Pada perusahaan yang akan melakukan akuisisi, biasanya
manajemen cenderung melakukan manajemen laba. Perusahaan yang melakukan manajemen laba bisa perusahaan pengakuisisi Kusuma, 2003;
Usadha, 2003; Aisa, 2010; Wangi, 2010 atau perusahaan target Sukartha, 2007; Chen, 2011; Walton, 2007. Pada kasus ini manajemen laba
dilakukan oleh perusahaan target bertujuan untuk mengubah laba yang
dihasilkan oleh perusahaan dengan cara income increasing, sehingga kinerja perusahaan terlihat bagus, dan menarik perhatian pihak
pengakuisisi. Kinerja perusahaan yang baik, tentu saja akan
mempengaruhi kenaikan harga saham perusahaan target, dan harga saham yang mengalami perubahan juga akan mempengaruhi return saham yang
akan diterima oleh pemegang saham perusahaan target. Morck et al. 1990 dalam penelitiannya mengemukakan bahwa
motivasi perusahaan dalam mengakuisisi perusahaan target akan menghasilkan kinerja yang buruk bagi perusahaan pengakuisisi. Hasil
penelitian ini berkaitan dengan teori keagenan bahwa manajemen cenderung untuk meningkatkan laba perusahaannya sehingga posisinya
semakin kuat sekaligus memperoleh insentif yang lebih tinggi. Dengan demikian, manajemen termotivasi untuk mengakuisisi perusahaan dalam
tahap pertumbuhan walaupun membayar dengan harga yang lebih tinggi pada perusahaan target dalam proses tender offer. Kondisi ini tentu saja
menguntungkan perusahaan target
.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ardiati 2005 yang menemukan bahwa manajemen laba
yang dilakukan perusahaan berpengaruh terhadap return saham, Penelitian Rachmawati dan Tandelilin 2000 menemukan mengenai pengaruh
pengumuman merger dan akuisisi terhadap return saham perusahaan target di Bursa Efek Jakarta menyimpulkan bahwa pemegang saham perusahaan
target memperoleh kemakmuran dari aktivitas merger dan akuisisi. dan
juga penelitian Sukartha 2007 yang menemukan bahwa manajemen laba
berpengaruh terhadap kesejahteraan pemegang saham perusahaan target.