Pengawasan Terhadap Perda 1. Konsep Pengawasan Terhadap Perda

C. Pengawasan Terhadap Perda 1. Konsep Pengawasan Terhadap Perda

Sistem penyelenggaraan Pemerintah Daerah sebagai sub sistem dalam penyelenggaraan Pemerintahan, sehingga daerah memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri. Namun, di dalam pelaksanaannya bukan berarti daerah dapat berbuat semaunya, karena otonomi atau kebebasan bukan berarti sebebas-bebasnya sebab ada koridor-koridor yang mesti ditaati oleh daerah demi tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, di sini termasuk dalam menetapkan kebijakan daerahnya, baik dalam bentuk Peraturan Daerah maupun Peraturan Kepala Daerah. Untuk itu kepala daerah dalam menetapkan Peraturan Daerah harus mempedomani asas-asas pembentukan maupun asas-asas muatan materi Peraturan Daerah. Sementara itu agar daerah tidak kebablasan dalam menetapkan Peraturan Daerah, Pemerintah memiliki kewenangan untuk mengawasi produk peraturan daerah tersebut. Hal ini sebagaimana yang diatur di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 145 ayat 2 bahwa, “Perda yang bertentangan dengan kepentingan umum danatau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dapat dibatalkan oleh Pemerintah”. Dengan demikian daerah memiliki kewajiban untuk menyampaikan Perdanya kepada Pemerintah setelah ditetapkan. Universitas Sumatera Utara Menurut Bohari, supaya pelaksanaan pengawasan dapat dijadikan sebagai alat instrumen yang efektif, maka harus memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut 141 1. Apa yang akan diawasi objek yang perlu diawasi. : 2. Mengapa perlu diadakan pengawasan. 3. Dimana dan bilamana diadakan pengawasan dan oleh siapa pengawas tersebut harus dilakukan. 4. Bagaimana pengawasan tersebut dapat dilakukan 5. Pengawasan tersebut harus bersifat rasional, fleksibel, terus-menerus dan pragmatis. Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 terdapat 2 dua cara Pemerintah melakukan pengawasan terutama terhadap pengawasan Perda. Pengawasan terhadap Rancangan Peraturan Daerah Ranperda yaitu terhadap Ranperda yang mengatur pajak daerah, retribusi daerah, APBD, dan RUTR sebelum disahkan oleh kepala daerah terlebih dahulu dievaluasi oleh Menteri Dalam Negeri untuk Ranperda propinsi, dan oleh Gubernur terhadap Ranperda KabupatenKota. Mekanisme ini dilakukan agar pengaturan tentang hal-hal tersebut dapat mencapai daya guna dan hasil guna yang optimal. Sedangkan Pengawasan terhadap semua peraturan daerah di luar termasuk di atas, yaitu setiap peraturan daerah wajib disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri untuk Propinsi dan Gubernur untuk KabupatenKota untuk memperoleh klarifikasi. Terhadap peraturan daerah yang 141 Bohari, Pengawasan Keuangan Negara, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995. Universitas Sumatera Utara bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan yang tinggi dapat dibatalkan sesuai mekanisme yang berlaku.

a. Pengertian Pengawasan

Menurut Ateng Syafrudin dalam negara kesatuan terdapat prinsip bahwa pemegang kekuasaan dalam penyelenggaraan pemerintahan terletak di tangan Pemerintah Pusat, oleh karenanya otonomi yang diberikan kepada daerah bukanlah kemerdekaan melainkan kebebasan yang terbatas atau dapat dikatakan bahwa kemandirian itu adalah wujud dari pemberian kesempatan bagi daerah yang harus dipertanggunjawabkan. 142 Oleh sebab itu Pemerintah Pusat berhak melakukan pengawasan terhadap Pemerintah Daerah dalam menjalankan tugasnya selaku penyelenggara pemerintahan di daerah. Senada dengan hal tersebut Amrah Muslimin berpendapat bahwa prinsip yang terkandung di dalam negara kesatuan adalah bahwa Pemerintah Pusat berwenang melakukan campur tangan yang lebih intensif terhadap persoalan-persoalan di daerah dan kewenangan Pemerintah Pusat ini hanya terdapat dalam suatu perumusan umum dalam Undang-Undang Dasar. 143 Sedangkan menurut Bohari, pengawasan adalah suatu upaya agar apa yang telah direncanakan sebelumnya diwujudkan dalam waktu yang telah ditentukan serta untuk mengetahui kelemahan-kelemahan dan kesulitan-kesulitan dalam pelaksanaan 142 Ateng Syafrudin, Pasang Surut Otonomi Daerah, Bandung: Bina Cipta, 1985, hlm. 23. 143 Amrah Muslimin, Aspek-Aspek Hukum Otonomi Daerah, Bandung: Alumni, 1978, hlm. 17. Universitas Sumatera Utara