dalam Peraturan Pemerintah tentang pelaksanaan penyerahan urusan. Dari rincian kegiatan dalam Peraturan Pemerintah itu akan tampak luas pekerjaan yang
diserahkan dari apa yang tertulis dalam lampiran.
126
Menurut rencana pemerintah, sebagian besar kegiatan atau fungsi yang akan diserahkan kepada propinsi berupa bimbingan dan pengawasan terhadap Daerah
otonom yang lebih rendah. Walaupun menurut Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 titik berat otonomi terletak di desa Daerah Tingkat III, namun dalam
penjelasan umum berbagai undang-undang pembentukan propinsi ditegaskan bahwa mengingat berbagai faktor, terutama kurangnya tenaga yang cakap maka
pemusatan fungsi pada daerah tingkat terbawah dalam tahap permulaan belum dapat terpenuhi seperti yang diharapkan. Karena itu dalam tahap permulaan
Daerah Tingkat II akan diserahi fungsi tersebut.
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1957
Cara penyerahan wewenang oleh Pemerintah Pusat dalam masa berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1948 juga terdapat dalam Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1957
127
126
Lihat penjelasan umum dari setiap Undang-undang Pembentukan Propinsi dan Daerah Istimewa Yogyakarta di Pulau Jawa.
tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah. Cara penyerahan wewenang itu terlihat dalam Pasal 31. Menurut Pasal 31 ayat 1
127
Undang-undang ini lahir sesudah lebih kurang 7 tujuh tahun kembali kembali kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Namun Undang-undang ini tetap berlaku sampai menyeberang
kembali ke UUD 1945 melalui dekrit Presiden 5 Juli 1959. Adapun ciri khas daripada Undang-undang ini adalah bahwa Undang-undang ini menganut “otonomi yang riil dan seluas-luasnya” karena
demikian amanat konstitusi pada Pasal 131 UUDS 1950 yang menyebutkan bahwa “kepada daerah- daerah diberikan otonomi seluas-luasnya untuk mengurus rumah tangganya sendiri”
Universitas Sumatera Utara
bahwa daerah mengatur dan mengurus segala urusan rumah tangga daerahnya kecuali urusan yang oleh undang-undang ini diserahkan kepada penguasa lain.
Dalam penjelasan ini dinyatakan bahwa urusan rumah tangga daerah diatur oleh Pemerintah Daerah, sehingga segala urusan yang tidak mau atau belum diatur
oleh Pemerintah Pusat atau daerah tingkat atasan dapat diatur oleh daerah. Selanjutnya dalam ayat 2 disebutkan bahwa dengan tidak mengurangi ketentuan
tersebut ayat 1, dalam peraturan pembentukan daerah ditetapkan urusan-urusan tertentu yang diatur dan diurus oleh daerah sejak saat pembentukan. Urusan-
urusan ini sebagai urusan pangkal. Menurut penjelasan umum butir 1 satu urusan pangkal ini segera dapat diatur dan diurus oleh daerah sejak saat
pembentukan. Urusan-urusan ini menurut dasar-dasar dan faktor-faktor nyata di daerah pada saat tersebut merupakan tugas minimum daerah yang dibentuk. Di
samping itu dalam setiap pembentukan daerah akan ditetapkan anggaran personil dan materiil. Prinsip-prinsip ini sesuai dengan ketentuan Pasal 31 Undang-
Undang Dasar Sementara Tahun 1950. Cara penyerahan wewenang itu tampaknya lebih memuaskan daerah
otonom, daerah otonom yang semula daerah swapraja dalam masa Hindia Belanda. Cara penyerahan wewenang ini lebih memberikan ruang gerak bagi
daerah untuk berprakarsa daripada cara penyerahan wewenang dengan rincian belaka. Namun, cara penyerahan dengan rumusan umum dapat berarti wewenang
daerah sangat kecil, sekiranya dalam kenyataannya banyak urusan yang telah terlebih dahulu dimiliki atau dijalankan oleh Pemerintah Pusat. Karena itu cara
Universitas Sumatera Utara
penyerahan wewenang dengan rumusan umum perlu disertai dengan cara penyerahan wewenang dengan rincian seperti yang selama ini telah dipraktekkan.
4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965