Analisa Kasus 1.Penyebab Terjadinya Tindak Kekerasan Terhadap Responden II
Dewi mendapatkan perlindungan hukum dan pelaku pencabulan ayah tiri korban dihukum sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Sekarang Dewi, abangnya
juga saudara tirinya tinggal bersama neneknya. Sedangkan ayah kandung korban tidak mau tahu dengan kejadian yang menimpa putrinya. Sekilas nenek korban
menuturkan bahwa sejak berumur 1 tahun korban tidak pernah bertemu lagi dengan ayah kandungnya yang sebenarnya masih menetap di Medan sampai saat
ini. M. Sianturi sama sekali tidak pernah menemui anak-anaknya, terutama Dewi untuk ikut mengusahakan keadilan bagi putrinya tersebut terkait kasus pencabulan
yang dialaminya.
4.2.4. Analisa Kasus 4.2.4.1.Penyebab Terjadinya Tindak Kekerasan Terhadap Responden II
Penyebab terjadinya tindak kekerasan pada responden II dilihat dari pembahasan pada deskripsi kasus adalah dimulai sejak ibunya Dewi yang
meninggal karena menderita penyakit komplikasi, tentunya akan membuat suami pelaku tidak dapat memenuhi kebutuhan seksualnya, sehingga ketika keinginan
untuk melakukan hubungan intim seksual itu muncul, pelaku akan berusaha mencari cara untuk melampiaskannya. Dewi yang saat itu sedang menonton
dengan abangnya di kamar, menjadi sasaran pelaku untuk melampiaskan nafsu bejatnya dengan terlebih dahulu menyuruh abang korban keluar dari kamar.
Dewi menceritakan tentang kejadian pencabulan yang menimpanya pada tantenya E. Sibarani, tante korban tidak langsung mengadukan tentang kejadian
itu pada siapa-siapa, apalagi pada pihak kepolisian, karena tante korban menganggap kejadian itu akan membuat seluruh keluarga besar mereka menjadi
malu, karena perbuatan bejat E. Aritonang terhadap Dewi merupakan aib
Universitas Sumatera Utara
keluarga, yang apabila tersebar beritanya di kalangan masyarakat akan mencoreng nama baik keluarga. Sikap ini membuat pelaku tidak langsung diproses secara
hukum, dan malah menambah kejahatan dengan berniat menguasai seluruh harta istrinya. M. Sibarani yang semasa hidupnya bekerja sebagai wiraswasta, memiliki
penghasilan yang relatif besar, sehingga ketika dia meninggal, dia meninggalkan banyak harta. Status sosial ekonomi pelaku yang lebih rendah dari M. Sibarani,
membuat pelaku ingin menguasai harta peninggalan istrinya, supaya status sosial ekonominya terangkat, dan dia yang menjadi pemilik harta itu secara keseluruhan.
4.2.4.2.Kekerasan Yang Dialami Responden II
Kekerasan dalam rumah tangga yang dialami oleh responden II Dewi adalah sebagai berikut:
1. Kekerasan Psikologis. Dewi tidak melawan ketika dicabuli oleh ayah tirinya, disamping karena takut atau sama sekali tidak berani untuk
melawan, sikap pasrah Dewi adalah karena pelaku pencabulan terhadap dirinya adalah ayah tirinya sendiri yang merupakan orang
yang sudah dipercayainya selama ini. 2. Kekerasan Seksual
3. .
Dewi mengalami kekerasan seksual yang dilakukan oleh ayah tirinya padanya, yaitu perbuatan mencabuli Dewi tanpa
dikehendaki sama sekali oleh korban. Kekerasan Ekonomi. Sejak istrinya meninggal dunia, tingkah laku E.
Aritonang berubah, dia mengelola harta peninggalan istrinya dengan sesuka hati dan juga memalsukan akta nikah yang seharusnya pada
tahun 2001 menjadi tahun 1994 untuk menguasai harta peninggalan istrinya dengan mengabaikan hak-hak yang seharusnya didapatkan
Universitas Sumatera Utara
anak-anaknya. Hal ini menunjukkan bahwa E. Aritonang tidak tulus menyayangi Dewi dan abangnya, dia hanya berusaha berbuat baik di
depan istrinya karena ada maunya, yaitu keinginan untuk menguasai harta istrinya tersebut.