Analisa Kasus 1.Penyebab Terjadinya Tindak Kekerasan Terhadap Responden III
baru yaitu jumlah nafkah yang harus diberikan oleh Sugiatno adalah sebesar Rp. 100.000 seratus ribu rupiah setiap minggunya.
Awalnya memang kesepakatan itu ditepati oleh Bapak Sugiatno, tapi lama kelamaan lagi-lagi dia mengabaikan soal pemberian nafkah tersebut. Kesepakatan
mereka yang memutuskan bahwa Bapak Sugiatno harus memberikan nafkah sebesar Rp. 100.000 seratus ribu rupiah setiap minggunya, hanya ditepati oleh
Bapak Sugiatno sampai bulan September 2007. Hal ini tentunya membuat Ibu Sari geram dan mengadukan suaminya lagi pada PKPA, sambil membawa surat dari
sekolah dan memberikannya pada pihak PKPA, dimana surat tersebut berisi peringatan dari pihak sekolah bahwa Rita dan Roy akan dikeluarkan dari sekolah
karena sudah 7 tujuh bulan tidak membayar uang sekolah.
4.3.4. Analisa Kasus 4.3.4.1.Penyebab Terjadinya Tindak Kekerasan Terhadap Responden III
Penyebab utama terjadinya tindak kekerasan dalam rumah tangga responden III adalah adanya wanita idaman lain, yang menyebabkan Bapak
Sugiatno tertarik untuk berselingkuh dan menjadi selalu berbohong pada Ibu Sari dan ketika kasus perselingkuhannya terungkap oleh istrinya, Bapak Sugiatno
berjanji untuk tidak akan mengulanginya lagi, tapi Ibu Sari tidak percaya dan selalu curiga padanya. Kecurigaan Ibu Sari yang berlebihan membuat mereka
menjadi sering bertengkar, sehingga Bapak Sugiatno tidak betah berada di rumah dan tetap melakukan perselingkuhannya. Ibu Sari yang akhirnya mengetahui
bahwa suaminya masih tetap melakukan perselingkuhan meski sudah berjanji tidak akan mengulanginya lagi, menjadi sangat marah dan tidak pernah
Universitas Sumatera Utara
mempercayai suaminya lagi, hal ini membuat Sugiatno akhirnya menceraikan Ibu Sari meski mereka sudah memiliki 3 orang anak.
Setelah bercerai, Bapak Sugiatno dibebankan menafkahi anak-anak mereka sebesar Rp. 600.000 enam ratus ribu rupiah setiap bulannya. Ternyata
beberapa bulan saja Sugiatno memenuhi kewajibannya untuk menafkahi anak- anak, bulan-bulan berikutnya dia sudah tidak memberikan uang lagi pada Ibu Sari.
Ibu Sari yang hanya memiliki pendapatan Rp. 300.000 tiga ratus ribu rupiah setiap bulannya, menjadi sangat kekurangan dalam memenuhi kebutuhan dan
melengkapi keperluan sekolah anak-anak, apalagi anak pertama mereka ikut kursus bahasa Inggris dan juga kursus matematika, sehingga menambah daftar
kebutuhan yang memerlukan banyak materi uang. Pihak PKPA berinisiatif mempertemukan mereka untuk membicarakan hal ini, akhirnya dicapai
kesepakatan baru yaitu Sugiatno harus memberikan nafkah sebesar Rp. 100.000 seratus ribu rupiah setiap minggunya untuk keperluan anak-anak mereka.
Ternyata kelancaran pemberian nafkah yang dilakukan oleh Sugiatno hanya berlangsung sampai bulan September 2007, padahal pemenuhan kebutuhan anak-
anak semakin besar jumlahnya. Sementara keuangan sangat tidak mendukung kurang, keterbatasan penghasilan Ibu Sari membuatnya kesulitan untuk
membayar uang sekolah anak-anak, sehingga anak-anak pernah hampir dikeluarkan dari sekolah karena menunggak sampai 7 bulan.
Universitas Sumatera Utara
4.3.4.2.Kekerasan Yang Dialami Responden III
Kekerasan dalam rumah tangga yang dialami responden III Ibu Sari adalah sebagai berikut:
1. Kekerasan Fisik. Sejak peristiwa perselingkuhan Sugiatno, keluarganya menjadi tidak harmonis. Pertengkaran-pertengkaran tidak dapat
dihindari, bahkan Bapak Sugiatno menjadi sering marah dan sering memukul juga menampar Ibu Sari.
2. Kekerasan Psikologis.
3. Rasa tidak percaya bahwa pasangannya
berselingkuh menimbulkan rasa kecewa yang besar. Rasa kecewa yang besar selanjutnya mengalami eskalasi sedemikian rupa sehingga
individu yang bersangkutan merasa tidak mampu lagi mengatasinya. Ia merasa frustasi dan rasa frustasi atas ketidakberdayaannya ini
menimbulkan amarah di dalam dirinya. Kemarahan individu tersebut bisa diarahkan pada berbagai pihak, terutama kepada pasangannya
yang telah ingkar janji Satiadarma, 2001:41. Ibu Sari yang sangat kecewa dengan perselingkuhan suaminya,
menjadi sulit untuk percaya lagi pada suaminya tersebut. Dia selalu saja mencurigai suaminya, apalagi bila Bapak Sugiatno pulang kerja
terlalu malam. Kecurigaannya selalu diungkapkannya secara langsung pada suami, sehingga seringkali menjadi pemicu pertengkaran mereka.
Kekerasan Ekonomi. Bapak Sugiatno menelantarkan anak-anak setelah bercerai. Kelancaran pemberian nafkah yang dilakukan oleh Sugiatno
hanya berlangsung sampai bulan September 2007, padahal pemenuhan kebutuhan anak-anak semakin besar jumlahnya. Sementara keuangan
sangat tidak mendukung kurang, keterbatasan penghasilan Ibu Sari
Universitas Sumatera Utara
membuatnya kesulitan untuk membayar uang sekolah anak-anak, sehingga anak-anak pernah hampir dikeluarkan dari sekolah karena
menunggak sampai 7 bulan.