83
responden mau membayar ketika merupakan suatu kewajiban dan mereka telah memiliki pengalaman dalam menggunakan JKN itu sendiri.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Sutrusmi 2011 karena dalam penelitiannya tidak terbukti adanya hubungan antara pengetahuan
terhadap kemauan membayar pasien. Pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang pelayanan kesehatan akan mempengaruhi persepsinya tentang biaya
pelayanan kesehatan yang akan dikeluarkan. Hal ini dikarenakan persepsi adalah hasil proses pengamatan dari komponen kognisi. Selain itu, persepsi juga
dipengaruhi oleh faktor pengalaman, proses belajar, wawasan, dan pemikiran. Teori Lawrence Green pun tidak berlaku dalam penelitian ini yang menyatakan
bahwa pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposing sesorang dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan.
5.1.3. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Kemauan Membayar Iuran
Peserta Jaminan Kesehatan Nasional Mandiri
Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi yang akan digunakan dalam meningkatkan kualitas hidup. Semakin tinggi pendidikan seseorang, maka
semakin mudah untuk menerima informasi sehingga makin banyak pengetahuan yang dimilikinya, sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat
perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang diperkenalkan Priyoto, 2014:81.
Dari hasil penelitian di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar responden 60 responden memiliki pendidikan formal yang lebih tinggi yakni
tamatan SMA dan berpendidikan tinggi. Selain pendidikan tinggi, mereka juga
84
memiliki pengetahuan yang tinggi namun tidak mempengaruhi kemauan membayar responden. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji Chi-square dengan nilai
p sebesar 0,197 lebih besar dari 0.05 0,1970,05 yang artinya tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan kemauan membayar iuran peserta
JKN mandiri. Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Lofgren dkk 2008:3, bahwa
pendidikan akan mempengaruhi persepsi terhadap besarnya keengganan menerima risiko atau kerugian. Semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin
bertambah pengetahuan dan kebutuhannya terhadap pelayanan kesehatan, yang selanjutnya akan meningkatkan kemauan membayar untuk asuransi kesehatan.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Handayani 2013 bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan willingness to pay WTP atau
kemauan membayar dengan nilai p value 0, 107. Peranan pendidikan tidak sebesar dengan faktor yang lainnya yang mempengaruhi kemauan membayar.
Faktor pendidikan dalam penelitian ini juga tidak sejalan dengan teori Lawrence Green yang menyatakan bahwa pendidikan salah satu faktor
predisposing seseorang dalam mengakses pelayanan kesehatan. Meskipun pendidikan responden tinggi, namun tidak berpengaruh terhadap kemauan
membayar iuran peserta JKN mandiri. Hal ini perlu disoroti oleh beberapa pihak terkait dalam memberikan informasi JKN kepada masyarakat, sehingga tidak
hanya masyarakat berpendidikan tinggi saja, namun masyarakat yang berpendidikan rendah dapat memahami program JKN dengan baik, bahkan
85
memiliki kesadaran dan kemauan dalam membayar iuran JKN. Selain itu, dapat
mengembangkan program JKN yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 5.1.4.
Hubungan Riwayat Penyakit Katastropik dengan Kemauan Membayar Iuran Peserta Jaminan Kesehatan Nasional Mandiri
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa riwayat penyakit katastropik merupakan determinan kemauan membayar iuran peserta JKN mandiri. Hal ini
dibuktikan dengan hasil uji Chi-square dengan nilai p sebesar 0,026 kurang dari 0.05 0,0260,05 yang artinya ada hubungan antara riwayat penyakit katastropik
dengan kemauan membayar iuran peserta JKN mandiri. Penelitian di lapangan menunjukkan bahwa sebagian besar 53,8
responden atau anggota keluarga responden memiliki riwayat penyakit katastropik. Kebanyakan responden atau anggota keluarga responden yang
memiliki riwayat penyakit katastropik terjadi pada kelompok kasus 62,5 bila dibandingkan pada kelompok kontrol. Hal ini menyebabkan adanya hubungan
antara adanya penyakit katastropik dengan kemauan membayar peserta JKN mandiri.
Peneliti menduga bahwa responden yang memiliki riwayat penyakit katastropik mau membayar iuran JKN per bulannya, dikarenakan mereka ingin
mengurangi beban biaya terhadap risiko penyakit yang dimiliki. Beberapa responden merupakan pasien prolanis, dengan menjadi peserta JKN merasa sangat
terbantu pembiayaan pengobatannya, meskipun waktu tunggu mendapatkan obat yang lama pasca beberapa hari melakukan pemeriksaan lab di puskesmas.
86
Menurut Notoatmodjo 2007:147, seseorang yang memiliki penyakit tertentu baik yang diderita orang tersebut maupun anggota keluarganya akan
mempengaruhi seseorang dalam perubahan perilaku hidup sehat. Berpartisipasi dalam asuransi kesehatan merupakan salah satu cara atau sikap seseorang
terhadap perilaku kesehatannya sendiri. Hasil penelitian membuktikan pendapat Murti 2000:22, yang menyatakan
seseorang akan memerlukan asuransi kesehatan untuk mengatasi risiko dan ketidakpastian peristiwa sakit serta implikasi biaya-biaya yang diakibatkan bagi
pasien atau keluarganya. Dengan menjadi peserta JKN, responden akan terbantu dalam mengurangi risiko dan bebab biaya yang tak dapat diprediksi dengan
membayarkan sejumlah uang kepada BPJS melalui iuran yang ditentukan.
5.1.5. Hubungan Jumlah Anggota Keluarga dengan Kemauan Membayar