26
7 Mengisi alamat korespondensi apabila alamat tidak sesuai dengan KTP 8 Mengisi nomor rekening
c Bank danatau pihak lain yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan 1 Menunjukkan dokumen KTPKTP-el atau KK
2 Aslifotokopi nomor rekening pada buku tabunngan 3 Menyerahkan pas foto terbaru ukuran 3 x 4 cm masing-masing 1 lembar
4 Menyetujui dan mematuhi syarat dan ketentuan berlaku.
2.1.2. Kemampuan Membayar Ability to pay ATP
Konsep ATP dikembangkan dari perspektif coping strategic. Strategi ini mencakup berbagai upaya yang dilakukan individu atau keluarga dalam
memobilisasi sumberdaya yang sifatnya tidak rutin non-routine resources untuk membayar suatu produk atau jasa yang mereka perlukan Russel, 1996.
Ability To Pay ATP adalah kemampuan seseorang untuk membayar jasa pelayanan yang diterimanya berdasarkan penghasilan yang dianggap ideal. Dua
batasan ATP yang dapat digunakan sebagai berikut Adisasmita, 2008 dalam Rianti, 2012:5:
a. ATP 1 yang pertama adalah besarnya kemampuan membayar yang setara
dengan 5 dari pengeluaran pangan non esensial dan non makanan. Batasan ini didasarkan bahwa pengeluaran untuk non makanan dapat
diarahkan untuk keperluan lain, termasuk untuk kesehatan. b.
ATP 2 yang kedua adalah besarnya kemampuan membayar yang setara dengan jumlah pengeluaran untuk konsumsi alkohol,tembakau, sirih,
pestaupacara. Batasan ini didasarkan kepada pengeluaran yang sebenarnya
27
dapat digunakan secara lebih efesien dan efektif untuk kesehatan. Misalnya dengan mengurangi pengeluaran alkoholtembakausirih untuk kesehatan.
Dalam bidang kesehatan, konsep ATP digunakan untuk mengetahui kemampuan individu membayar suatu program atau pelayanan kesehatan. Menilai
ATP masyarakat terhadap iuran jaminan kesehatan, bertujuan untuk melihat seberapa besar besar kemampuan masyarakat untuk membeli produk tersebut.
ATP ini merupakan faktor penting dalam mengembangkan sistem jaminan kesehatan dan menjadi pertimabgnan utama dalam menetapkan besarnya iuran
atau premi Russel, 1996:227. Steven Russel menyatakan, ketika individu atau keluarga menghadapi
situasi yang tiba-tiba seperti sakit, maka kemampuan keluarga untuk mengatasi biayanya secara umum akan tergantung kepada beberapa determinan seperti
Russel,1996:228: 1. Sifat alami penyakit, frekuensi, lama sakit dan besarnya biaya yang diperlukan.
Sifat alami penyakit ini berdampak kritis terhadap ATP keluarga. Penyakit yang sifatnya akut akan membebani keluarga secara tiba-tiba dan
mengharuskan mobilisasi dana secara cepat, sebaliknya, penyakit kronis, memerlukan pembiayaan dalam jangka panjang dan berimplikasi panjang pula
terhadap sumberdaya dalam rumah tangga. 2. Berbagai sumberdaya yang tersedia dalam rumah tangga, bisa berupa uang
tunai, aset, pendidikan, kemampuan untuk mengorganisir sumberdaya secara efektif, investasi, dan tagihan piutang.
3. Respon keluarga, yakni keputusan untuk memobilisasi sumberdaya atau tidak.
28
Mengukur tingkat kemampuan membayar terhadap pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu disitasi Damanyanti, 2010: 28:
1. Non essential expediture ditambah actual health expenditure 2. Disposible income DI dikalikan 5 dimana DI adalah pendapatan total
keluarga dikurangi belanja pangan untk keluarga. 2.1.3.
Kemauan Membayar Willingness to pay WTP
WTP atau kemauankeinginan untuk membayar dapat diartikan sebagai sejumlah yang akan dibayarkan seorang konsumen untuk memperoleh suatu
barang atau jasa. Zhao dan Kling 2005 menyatakan bahwa WTP adalah harga maksimum dari suatu barang yang ingin dibeli oleh konsumen pada waktu
tertentu.WTP sebenarnya adalah harga pada tingkat konsumen yang merefleksikan nilai barang atau jasa dan pengorbanan untuk memperolehnya
Simonson Drolet, 2003. Disisi lain, WTP ditujukan untuk mengetahui daya beli konsumen berdasarkan persepsi konsumen Dinauli, 2001.
Untuk memahami konsep WTP konsumen terhadap suatu barang atau jasa harus dimulai dari konsep utilitas, yaitu manfaat atau kepuasan karena
mengkonsumsi barang atau jasa pada waktu tertentu. Setiap individu ataupun rumah tangga selalu berusaha untuk memaksimumkan utilitasnya dengan
pendapatan tertentu, dan ini akan menentukan jumlah permintaan barang atau jasa yang akan dikonsumsi. Permintaan diartikan sebagai jumlah barang atau jasa yang
mau atau ingin dibeli atau dibayar willingness to buy or willingness to pay oleh konsumen pada harga tertentu dan waktu tertentu Perloff, 2004. Utilitas yang
akan didapat oleh seorang konsumen memiliki kaitan dengan harga yang
29
dibayarkan yang dapat diukur dengan WTP. Sejumlah uang yang ingin dibayarkan oleh konsumen akan menggambarkan indikator utilitas yang diperoleh
dari barang tersebut PSE-KB UGM, 2002.
Willingness to pay WTP, yaitu besarnya dana yang mau dibayarkan keluarga untuk kesehatan. Data pengeluaran rumah tangga untuk kesehatan
didalam data susenas dapat digunakan sebagai proksi terhadap WTP. Faktor –
faktor yang mempengaruhi WTP, yaitu pendapatan, pengetahuan mengenai tarif dan persepsi serta penilaian tentang pelayanan yang diterima pasien Gafni, 1991
sitasi dari Riyanti, 2011:5. Perhitungan WTP dapat dilakukan secara langsung direct method dengan
melakukan survey, dan secara tidak langsung indirect method yaitu perhitungan terhadap nilai dari penurunan kualitas lingkungan yang telah terjadi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi WTP, yaitu: a. Harga barang
b. Pendapatan Bila seseorang respon mempunyai pendapatan yang semakin meningkat
tentunya kemauan membayar tarif pelayanan kesehatan pun semakin besar. Hal ini disebabkan karena alokasi biaya kesehatan lebih besar sehingga akan
memberikan kemampuan dan kemauan yang lebih besar pula untuk membayar tarif pelayanan kesehatan tersebut.
c. Selera d. Persepsi terhadap barang dan jasa
30
Kondisi hubungan antara tarif resmi pelayanan yang berlaku dengan menyertakan faktor-faktor ATP dan biaya operasional.
Russel 1996 juga merumuskan tentang kemauan membayar WTP suatu jasa dapat dilihat dari dua hal yaitu :
a. Pertama, mengamati dan menempatkan model pemanfaatan jasa pelayanan
kesehatan di masa lalu, pengeluaran terhadap harga pelayanan kesehatan. b.
Kedua, wawancara langsung pada mayarakat seberapa besar kemampuan dan kemauan untuk membayar paket atau jasa pelayanan kesehatan.
Menurut Murti 2000:99, berpendapat kemauan membayar seseorang bergantung pada sebarapa besar seseorang memiliki sifat penghindar risiko.
Semakin besar sifat penghindar resiko, maka semakin besar kemauan konsumen untuk membayar premi tersebut.
Ada dua cara untuk mengukur besarnya kemauan membayar pelayanan kesehatan Pungky, 2014:
1. Menghitung biaya yang bersedia dikeluarkan leh individu untuk mengurangi
dampak negatif pada lingkungan karena adanya suatu kegiatan pembangunan.
2. Menghitung pengurangan nilai atau harga dari suatu barang akibat semakin
menurunnya kualitas lingkungan. 3.
Melalui suatu survey untuk menentukan tingkat kesediana masyarakat untuk membayar dalam rangka mengurangi dampak negatif pada lingkungan atau
untuk mendapatkan lingkungan yang lebih baik.
31
2.1.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Willingness to pay WTP