Teori Piaget Teori Vygotsky

dipelajari dengan pengertian yang sudah dimilikinya, sehingga pengetahuannya dapat bdikembangkan. D a lam proses pembelajaran, siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah dan menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan karena kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.

2.1.2 Teori-teori Belajar

Berbagai teori yang mengkaji konsep belajar telah banyak dikembangkan oleh para ahli. Teori-teori belajar yang mendukung penelitian ini diuraikan sebagai berikut.

2.1.2.1 Teori Piaget

Teori ini menekankan pembelajaran melalui penemuan, pengalaman pengalaman nyata dan memanipulasi langsung alat, bahan atau media belajar yang lain. Guru mempersiapkan lingkungan yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang luas. Menurut Piaget, sebagaimana dikutip oleh Sanjaya 2006: 123, perkembangan kognitif bukan merupakan akumulasi dari kepingan formal yang terpisah, namun lebih merupakan penkonstruksian suatu kerangka mental oleh siswa untuk memahami lingkungan mereka sehingga siswa bebas membangun pemahaman mereka sendiri. Siswa pasti akan tertarik dengan lingkungan belajar yang dibuat oleh guru dengan interaksi sosial yang baik, sehingga dapat mengembangkan pemahaman mereka terhadap konsep-konsep matematika, khususnya terkait dengan pengalaman-pengalaman nyata yang mereka miliki, maupun masalah- masalah konstektual yang sering mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat menjadi alat yang ampuh untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa dalam menyerap materi-materi yang diberikan guru Sanjaya, 2006: 124. Teori belajar Piaget mendukung dalam penelitian ini karena dalam memperoleh pengetahuan yang baru siswa ditegaskan dalam kerja kelompok untuk mencari, menyelesaikan masalah, menggeneralisasikan, dan menyimpulkan hasil kajian atau temuan mereka bersama.

2.1.2.2 Teori Vygotsky

Vygotsky percaya bahwa kemampuan kognitif berasal dari hubungan sosial dan kebudayaan. Oleh karena itu kegiatan anak tidak bisa dipisahkan dari kegiatan sosial dan kultural. Teori Vygotsky mengandung pandangan bahwa pengetahuan itu dipengaruhi situasi dan bersifat kolaboratif, artinya pengetahuan didistribusikan di antara orang dan lingkungan, yang mencakup objek, artifak, alat, buku, dan komunitas tempat orang berinteraksi dengan orang lain Anni, 2009: 34. Ada empat prinsip kunci dari teori Vygotsky Slavin, 2000: 256, yaitu: 1 penekanan pada hakikat sosiokultural dari pembelajaran the sociocultural nature of learning; 2 zona perkembangan terdekat zone of proximal development; 3 perkembangan kognitif cognitive apprenticenship; dan 4 perancah scaffolding. Pada prinsip pertama, Vygotsky menekankan pentingnya interaksi sosial dengan orang lain orang dewasa dan teman sebaya yang lebih mampu dalam proses pembelajaran. Pada prinsip kedua, ide bahwa siswa belajar paling baik apabila berada dalam zona perkembangan terdekat mereka, yaitu tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan anak saat ini. Prinsip ketiga dari teori Vygotsky adalah menekankan pada kedua-duanya, hakikat sosial dari belajar dan zona perkembangan. Siswa dapat menemukan sendiri solusi dari permasalahan melalui bimbingan dari teman sebaya atau pakar. Prinsip keempat, Vygotsky memunculkan konsep scaffolding, yaitu memberikan sejumlah besar bantuan kepada siswa selama tahap-tahap awal pembelajaran, dan kemudian mengurangi bantuan tersebut untuk selanjutnya memberi kesempatan kepada siswa untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia dapat melakukannya Trianto, 2007: 27. Keterkaitan teori belajar Vygotsky dalam penelitian ini adalah interaksi sosial dan hakikat sosisal. Pengalaman belajar siswa dalam berkelompok akan memudahkan siswa untuk menerima, mengolah dan mengaplikasikan informasi yang dipelajarinya.

2.1.2.3 Teori Ausubel

Dokumen yang terkait

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MODEL COGNITIVE GROWTH BERBANTUAN LKS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VII PADA MATERI TRANSFORMASI

0 15 251

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS BERBANTUAN CD INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMP KELAS VII MATERI PELUANG

4 107 174

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN ARIAS BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VII MATERI SEGIEMPAT

0 6 256

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN CRH BERBANTUAN POWERPOINT PADA KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VIII MATERI LINGKARAN

1 5 251

KEEFEKTIFAN PBL BERBASIS NILAI KARAKTER BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI SEGIEMPAT KELAS VII

45 173 294

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MODEL SOMATIC AUDITORY VIZUALIZATION INTELLECTUAL BERBANTUAN ALAT PERAGA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH PESERTA DIDIK KELAS VII PADA MATERI SEGITIGA SMP NEGERI 1 SEMARANG

1 32 429

KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN MODEL TPS BERBANTUAN GEOMETER’S SKETCHPAD PADA PENCAPAIAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATERI SEGITIGA KELAS VII

1 20 431

KEEFEKTIFAN MODEL PEMBELAJARAN ARIAS BERBASIS ETNOMATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VII

16 97 444

KEEFEKTIFAN PENDEKATAN PEMBELAJARAN AIR BERBANTUAN WORKSHEET TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA KELAS VII PADA MATERI HIMPUNAN

2 17 157

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E BERBANTUAN ALAT PERAGA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA

1 1 12