Analisis Pembahasan HASIL DAN PEMBAHASAN
nifas pada masing-masing klien kelolaan Ny. S NH5, jenis lokhea serosa. Ny. M NH4, lokhea rubra dan Ny. N NH3 lokhea rubra. Lokhea rubra merupakan
cairan bercampur darah, sisa-sisa penebalan dinding rahim desidua, dan sisa-sisa penanaman plasenta selaput ketuban. Lokhea rubra berwarna kemerah-merahan
dan keluar sampai hari ke-3 atau ke-4. Sedangkan lokhea serosa, lokhea ini mengandung cairan darah dengan jumlah darah yang lebih sedikit dan lebih
banyak mengandung serum dan lekosit, serta robekan plasenta. Lokhea serosa berwarna kecoklatan atau kekuning-kuningan dan keluar dari hari ke-5 sampai ke-
9 Maryunani, 2009. Pengkajian TFU dilakukan pada dua klien yaitu Ny. M. dan Ny.N,
sedangkan pada Ny. S tidak dilakukan pengukuran TFU karena jenis sayatan luka SC longitudinal linea mediana memanjang di garis tengah tubuh. TFU Ny.M
dan Ny. N sesuai dengan hari nifasnya. Uterus berkontraksi dengan kuat setelah kelahiran bayi, ukurannya
mengecil lebih dari setengahnya Stright, 2005. Segera setelah persalinan, TFU 2 cm dibawah pusat, 12 jam kemudian kembali 1 cm di atas pusat dan menurun
kira-kira 1 cm setiap hari. Pada hari ke dua setelah persalinan TFU 1 cm dibawah pusat. Pada hari ke-3-4 TFU 2 cm dibawah pusat. Pada hari 5-7 TFU setengah
pusat simpisis. Pada hari ke-10 TFU tidak teraba Varney, 2004 Kelima ukur tanda-tanda vital klien. Pemeriksaan tanda vital merupakan
suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh. Tanda vital meliputi tekanan darah, denyut nadi, frekuensi pernafasan, dan suhu tubuh. Tanda vital
mempunyai nilai sangat tinggi pada fungsi suhu tubuh. Adanya perubahan tanda vital misalnya suhu tubuh menunjukkan perubahan sistem kardivaskuler,
frekuensi pernafasan menunjukkan fungsi pernafasan, dan tekanan darah dapat menilai kemampuan sistem kardiovaskuler yang dapat dikaitkan dengan denyut
nadi. Semua tanda vital tersebut saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Perubahan tanda vital dapat terjadi bila tubuh dalam kondisi aktivitas atau dalam
keadaan sakit dan perubahan tersebut merupakan indikator adanya gangguan sistem tubuh Hidayat, 2005 dalam Handayani, 2014.
Keenam ajarkan gerakan-gerakan senam nifas pada klien dan keluarga. Ketiga klien mengatakan merasa senang, rileks, dan nyaman setelah melakukan
senam nifas. Klien Ny.N juga mengatakan nyeri berkurang pada saat melakukan senam nifas hari pertama serta pegal pada tangan dan kakinya berkurang saat
melakukan senam nifas hari ke-2. Ny. M mengatakan pinggangnya terasa lebih ringan saat melakukan senam nifas hari ketiga. Dan Ny.S mengatakan punggung
dan pinggang klien terasa lebih enakan pada saat melakukan senam nifas hari keempat.
Hal ini sejalan dengan teori senam nifas yakni suatu latihan yang sederhana di rumah sakit, dan melanjutkan di rumah yang salah satu tujuannya
adalah untuk menolong dalam meningkatkan tonus otot Ladewing, London, Olds, 2006. Varney 2002 juga menyebutkan bahwa senam nifas adalah olahraga
pemulihan pada masa nifas yang berfungsi untuk menguatkan otot dasar pelvis dan juga dapat membantu mengurangi depresi.
Ketujuh validasi pengetahuan dan kemampuan klien tentang senam nifas yang sudah diajarkan. Pengetahuan adalah hasil mengingat suatu hal, termasuk
mengingat kembali suatu kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja
maupun tidak disengaja dan ini terjadi setelah orang melakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu objek tertentu Mubarak, 2009 dalam Siahaan, 2014.
Pengetahuan merupakan kemampuan untuk mendapatkan fakta atau informasi baru dan dapat diingat kembali, sedangkan pemahaman adalah
kemampuan untuk memahami materi yang dipelajari Potter Perry, 2005. Kedelapan anjurkan keluarga membantu klien untuk melakukan senam
nifas setiap pagi dan sore hari dengan rasional agar manfaat senam nifas yang didapatkan klien maksimal.
Sembilan ajarkan klien dan keluarga cara menghitung denyut nadi dan mengukur suhu tubuh dengan rasional agar klien dapat secara mandiri mengetahui
kesiapan kondisi tubuhnya sebelum melakukan senam nifas saat petugas kesehatan tidak ada atau saat sudah berada di rumah.
Sepuluh ingatkan klien dan keluarga bahwa tidak perlu memaksakan klien senam, jika tampak berat dan kelelahan, anjurkan untuk minum air putih jika
diperlukan. Dan intervensi kesebelas anjurkan klien untuk menghentikan melakukan senam nifas untuk beberapa waktu jika terjadi kelelahan, pusing,
kelemahan, nyeri, demam, sesak, atau perasaan tidak nyaman lainnya. Intervensi yang telah direncanakan kemudian diimplementasikan
diaplikasikan. Implementasi adalah tahap keempat dari proses keperawatan yang terkait dengan pelaksanaan perencanaan yang telah dibuat dan mengacu pada
rencana keperawatan yang telah dibuat Ekasari, dkk, 2008 dalam Handayani, 2014.
Implementasi yang dilakukan penulis pada studi kasus ini adalah mengaplikasikan senam nifas dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada ibu
nifas sesuai hari nifas dan kondisi kesehatan ibu nifas, serta mengajarkan hal-hal yang perlu diketahui ibu nifas tentang senam nifas.
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dan merupakan cara untuk menentukan respon klien terhadap intervensi keperawatan yang diberikan
serta sebatas mana tujuan atau kriteria hasil sudah tercapai Ekasari, dkk, 2008 dalam Handayani, 2014.
Respon ketiga klien kelolaan setelah melakukan senam nifas berbeda- beda. Evaluasi pada hari terakhir dilakukan senam nifas dirumah sakit, Ny. S:
klien mengatakan keadaannya sudah semakin baik, klien juga mengatakan merasa rileks dan nyaman setelah melakukan senam nifas, klien mengatakan punggung
dan pinggangnya terasa lebih enakan setelah melakukan senam nifas hari ke-4, dan klien melakukan gerakan senam nifas hari 3 dengan bantuan dan gerakan
senam nifas hari ke-4 dengan perlahan, lochea serosa, nyeri -, dan TTV dalam batas normal.
Pada Ny. M: keadaan umum klien baik, klien sangat antusias melakukan senam nifas, klien mampu secara mandiri melakukan gerakan senam nifas hari 1
sampai hari ke-4 yang telah diajarkan, klien mengatakan pinggangnya terasa ringan setelah melakukan senam nifas hari ke-3, klien mengatakan otot perutnya
dan otot-otot disekitar kemaluannya terasa lebih kencang setelah senam nifas. Hal ini selajan dengan pernyataan Manuaba 1999 dimana senam nifas adalah senam
kesegaran jasmani setelah persalinan yang bertujuan untuk mengecilkan dan mengencangkan otot perut, serta mengembalikan ukuran liang senggama. Lochea
rubra, TFU 3 jari dibawah umbilikus, TTV normal, dan klien dapat
melakukan gerakan tanpa kesulitan terlebih karena klien memang sudah mampu mobilisasi ke kamar mandi tanpa bantuan.
Sedangkan pada Ny. N: klien mampu melakukan gerakan senam nifas hari 1 dengan baik, klien merasa nyerinya berkurang setelah melakukan senam nifas
hari 1, klien terlihat kaku saat melakukan senam nifas hari ke-2 dan melakukannya dengan perlahan, klien mengatakan setelah melakukan gerakan
nifas hari ke-2 pegal-pegal di tangan dan kakinya berkurang, klien mengatakan masih takut melakukan gerakan senam nifas hari ke-3 karena terasa berat, klien
mengatakan perutnya terasa tegang dan luka bekas operasinya seperti tertarik dan terasa berdenyut nyeri setelah melakukan gerakan nifas hari ke-3, skala nyeri 3,
klien tampak rileks kembali setelah 1 jam beristirahat, lochea rubra, TFU 2 jari dibawah umbilikus, TTV normal.