Menurut Suparjan dan Hempri 2003:44, dalam rangka pemberdayaan masyarakat ada beberapa hal yang harus dilakukan, antara lain:
2.1.3.1.1 Meningkatkan kesadaran kritis atau posisi masyarakat dalam struktur sosial politik. Hal ini berangkat dari asumsi bahwa sumber kemiskinan berasal
dari konstruksi sosial yang ada dalam masyarakat itu sendiri. 2.1.3.1.2 Kesadaran kritis yang muncul diharapkan membuat masyarakat mampu
membuat argumentasi terhadap berbagai macam eksploitasi serta sekaligus membuat pemutusan terhadap hal tersebut.
2.1.3.1.3 Peningkatan kapasitas masyarakat. Dalam konteks ini perlu dipahami, bahwa masalah kemiskinan bukan sekedar persoalan kesejahteraan sosial, tetapi
juga berkaitan dengan faktor politik, ekonomi, sosial, budaya dan keamanan. 2.1.3.1.4 Pemberdayaan juga perlu mengkaitkan dengan pembangunan sosial dan
budaya masyarakat. Dapat disimpulkan tahap-tahap pemberdayaan dimulai dari membantu
mengelompokkan kebutuhan masyarakat, penyadaran akan kebutuhan kesejahteraan hidup, dan pemberian fasilitas serta motivasi atau dukungan kepada
masyarakat agar menuju masyarakat yang mempunyai kesadaran akan posisi dalam struktur sosial politik, mampu membuat argumentasi terhadap berbagai
macam eksploitasi, meningkatkan kapasitas dalam pembangunan sosial dan budaya sehingga terciptalah masyarakat yang berdaya.
2.1.4 Sasaran Pemberdayaan
Berdasarkan buku pedoman pemberdayaan masyarakat dan desa 2009:141-142, fokus atau sasaran pemberdayaan adalah individu dan komunitas
community. Pemberdayaan individu diartikan sebagai “…process of enabling or authorizing an individual to think, behave, take action, and control work and
decision making in autonomous ways” atau proses untuk meningkatkan kemampuan individu dalam berpikir, berperilaku, bertindak, bekerja, dan
membuat keputusan dengan caranya sendiri, bukan hanya pemenuhan kebutuhan dasar semata. Sedangkan, pemberdayaan terhadap komunitas diartikan sebagai
“worthy of the best we human have to offer”. Konteks individu, sebagai sasaran pemberdayaan juga perlu dimaknai baik secara khusus yaitu kelompok
masyarakat tertentu maupun seluruh warga masyarakat tanpa membedakan strata dan status sosialnya.
Menurut Schumacher dalam Ambar Teguh, 2004:90, perlu dipikirkan siapa yang sesungguhnya menjadi sasaran pemberdayaan. Schumacher memiliki
pandangan pemberdayaan sebagai suatu bagian dari masyarakat miskin dengan tidak harus menghilangkan ketimpangan struktural lebih dahulu. Masyarakat
miskin sesungguhnya juga memiliki daya untuk membangun. Pemaknaan pemberdayaan selanjutnya sering dengan konsep good govermance. Konsep ini
mengetengahkan tiga pilar yang harus dipertemukan dalam proses pemberdayaan masyarakat. Ketiga pilar tersebut adalah pemerintah, swasta dan masyarakat yang
hendaknya menjalin kemitraan yang selaras.
2.1.5 Aspek-aspek Pemberdayaan Masyarakat
Berdasarkan buku pedoman pemberdayaan masyarakat dan desa 2009:142, pemberdayaan masyarakat yang harus berawal dari pemberdayaan
setiap individu atau rumah tangga sampai ke komunitas, perlu mencakup aspek
sosial ekonomi, politik dan psikologis. Pemberdayaan sosial ekonomi, difokuskan pada upaya menciptakan akses bagi setiap rumah tangga dalam proses produksi,
seperti akses terhadap informasi, akses terhadap pengetahuan dan keterampilan, akses untuk berpartisipasi dalam organisasi sosial, dan akses kepada sumber-
sumber keuangan. Pemberdayaan politik, difokuskan pada upaya menciptakan akses bagi setiap rumah tangga ke dalam proses pengambilan keputusan publik
yang mempengaruhi masa depannya. Pemberdayaan politik masyarakat tidak hanya sebatas pada proses pemilihan umum, tetapi juga kemampuan untuk
mengemukakan pendapat, melakukan kegiatan kolektif atau bergabung dalam berbagai asosiasi politik seperti partai politik, gerakan sosial atau kelompok
kepentingan dan pemberdayaan psikologis, difokuskan pada upaya membangun kepercayaan diri bagi setiap rumah tangga yang lemah.
Maka pemberdayaan masyarakat setidaknya dilakukan melalui tiga aspek pokok, yaitu:
2.1.5.1 Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan berkembangnya potensi atau daya yang dimilki masyarakat enabling. Sebagai titik tolak
pemahaman bahwa setiap manusia dan setiap masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan, artinya tidak ada satupun manusia atau masyarakat yang
sama sekali tanpa daya atau tidak memiliki potensi sumber daya. Untuk itu pemberdayaan merupakan upaya untuk mendorong to encourage, memotivasi
to motivate, dan membangkitkan kesadaran to awake the awareness akan potensi sumber daya yang dimilikinya dan mengembangkannya secara produktif.
2.1.5.2 Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat empowering. Upaya produktif ini dilakukan dengan pemberian input, berupa bantuan dana,
pembangunan prasarana dan sarana pendukung, baik fisik jalan, irigasi, listrik maupun social sekolah, kesehatan serta pengembangan lembaga pendanaan,
penelitian dan pemasaran didaerah, serta pemberian kemudahan akses dan berbagai peluang opportunities yang akan membuat masyarakat menjadi
semakin berdaya. 2.1.5.3 Melindungi masyarakat melalui pemihakan kepada masyarakat yang
lemah pro-poor. Hal ini bertujuan untuk mencegah persaingan yang tidak seimbang antara kelompok masyarakat yang tidak berdaya dengan yang kuat
diantaranya melalui berbagai program yang bersifat pemberian charity.
2.2 Kajian Balai Belajar Bersama B3