Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat Kajian Pemberdayaan Masyarakat

reformulasi pembangunan yang berpusat pada rakyat. Melalui program pemberdayaan ini membuka peluang bagi masyarakat untuk membangun diri secara partisipatif. Jadi kesimpulannya bahwa tujuan pemberdayaan adalah penyadaran akan bakat atau kemampuan, kemandirian dan komitmen. Kesadaran akan kemampuan yang terpendam, keterampilan, kemandirian, dan komitmen yang bias di kelola untuk dikembangkan semua itu merupakan human assets yang dapat dioptimalisasikan dalam proses pemberdayaan.

2.1.3 Tahap-tahap Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Ambar Teguh 2004:83, pemberdayaan tidak bersifat selamanya, melainkan sampai target masyarakat mampu untuk mandiri, dan kemudian dilepas untuk mandiri, meski dari jauh dijaga agar tidak jauh lagi. Dilihat dari pendapat tersebut berarti pemberdayaan melalui suatu masa proses belajar, hingga mencapai status mandiri. Tahap-tahap yang harus dilalui tersebut meliputi: 2.1.3.1 Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri. Tahap ini menggambarkan bahwa pihak pemberdaya berusaha menciptakan prakondisi, agar dapat memfasilitasi berlangsungnya proses pemberdayaan yang efektif. Apa yang diintervensi dalam masyarakat sesungguhnya lebih pada kemampuan efektifnya untuk mencapai kesadaran konatif yang diharapkan. Seutuhnya penyadaran akan lebih membuka keinginan dan kesadaran masyarakat tentang kondisinya saat itu, dan dengan demikian akan dapat merangsang kesadaran mereka tentang perlunya memperbaiki kondisi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik. 2.1.3.2 Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran dalam pembangunan. Masyarakat akan mengalami proses belajar tentang pengetahuan dan kecakapan keterampilan yang memiliki relevansi dengan apa yang terjadi tuntutan kebutuhan tersebut. Keadaan ini akan menstimulasi terjadinya keterbukaan wawasan dan menguasai kecakapan keterampilan dasar mereka butuhkan. Masyarakat akan hanya dapat memberikan peran partisipasinya pada tingkat yang rendah, yaitu sekedar menjadi pengikut atau objek pembangunan saja. Belum mampu menjadi subjek dalam pembangunan. 2.1.3.3 Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan keterampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan pada kemandirian. Kemandirian tersebut akan ditandai oleh kemampuan masyarakat dalam membentuk inisiatif, melahirkan kreasi-kreasi dan melakukan inovasi- inovasi di lingkungannya. Apabila masyarakat telah mencapai tahap ini, maka masyarakat dapat secara mandiri melakukan pembangunan. Konsep pembangunan masyarakat menggambarkan bahwa pada kondisi seperti ini seringkali didudukan pada subjek pembangunan atau pemeran utama. Pemerintah tinggal menjadi fasilitator saja. Sebagaimana disampaikan diatas bahwa proses belajar dalam rangka pemberdayaan masyarakat akan berlangsung secara bertahap. Menurut Sumaryadi 2005:130, tahap pemberdayaan memerlukan komitmen yang lama lasting commitment bahwa mereka dalam posisi spiral perkembangan jaman. Tahap pertama adalah awakening, yang membantu masyarakat mengadakan penelitian terhadap situasi masyarakat saat ini, awakening menggerakan masyarakat ke dalam a stste of readiness untuk menerima tantangan pemberdayaan. Tahap kedua adalah understanding, masyarakat mendapat pemahaman dan persepsi baru yang sudah masyarakat dapatkan mengenai karakteristik mereka sendiri. Meliputi belajar untuk secara utuh menghargai pemberdayaan dan apa yang akan dituntut dari hasil pemberdayaan. Tahap ketiga adalah harnessing, yang diakibatkan oleh awakening and understanding phases, masyarakat yang sudah memperlihatkan ketrampilan dan sifat, harus memutuskan bagaimana masyarakat dapat menggunakan bagi pemberdayaan. Tahap ke empat atau terakhir adalah menggunakan ketrampilan dan kemampuan pemberdayaan sebagai bagian dari kehidupan. Menurut Friedman dalam Daman Huri, 2008:86 menyatakan ada dua tahapan pemberdayaan. Pertama, pemberdayaan individu yaitu pemberdayaan keluarga dan setiap anggota keluarga. Asumsinya, apabila setiap anggota keluarga dibangkitkan keberdayaannya, maka unit-unit keluarga berdaya ini akan membangun suatu jaringan keberdayaan yang lebih luas. Jaringan yang luas ini akan membentuk apa yang dinamakan keberdayaan sosial. Kedua, pemberdayaan kelompok atau antar individu, disebut spiral models. Pada hakikatnya individu satu dengan yang lainnya diikat oleh ikatan yang disebut keluarga. Demikian antara satu keluarga dan lainnya diikat oleh ikatan ketetanggaan, menjadi kelompok masyarakat dan seterusnya sampai ikatan yang lebih tinggi. Menurut Suparjan dan Hempri 2003:44, dalam rangka pemberdayaan masyarakat ada beberapa hal yang harus dilakukan, antara lain: 2.1.3.1.1 Meningkatkan kesadaran kritis atau posisi masyarakat dalam struktur sosial politik. Hal ini berangkat dari asumsi bahwa sumber kemiskinan berasal dari konstruksi sosial yang ada dalam masyarakat itu sendiri. 2.1.3.1.2 Kesadaran kritis yang muncul diharapkan membuat masyarakat mampu membuat argumentasi terhadap berbagai macam eksploitasi serta sekaligus membuat pemutusan terhadap hal tersebut. 2.1.3.1.3 Peningkatan kapasitas masyarakat. Dalam konteks ini perlu dipahami, bahwa masalah kemiskinan bukan sekedar persoalan kesejahteraan sosial, tetapi juga berkaitan dengan faktor politik, ekonomi, sosial, budaya dan keamanan. 2.1.3.1.4 Pemberdayaan juga perlu mengkaitkan dengan pembangunan sosial dan budaya masyarakat. Dapat disimpulkan tahap-tahap pemberdayaan dimulai dari membantu mengelompokkan kebutuhan masyarakat, penyadaran akan kebutuhan kesejahteraan hidup, dan pemberian fasilitas serta motivasi atau dukungan kepada masyarakat agar menuju masyarakat yang mempunyai kesadaran akan posisi dalam struktur sosial politik, mampu membuat argumentasi terhadap berbagai macam eksploitasi, meningkatkan kapasitas dalam pembangunan sosial dan budaya sehingga terciptalah masyarakat yang berdaya.

2.1.4 Sasaran Pemberdayaan

Dokumen yang terkait

Sosialisasi Pemanfaatan Fasilitas Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perdesaan (Study Deskriptif di Desa Purbadolok, Kecamatan Doloksanggul, Kabupaten Humbanghasundutan)

4 63 111

Efektivitas Pelaksanaan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Pedesaan ( Studi Kasus Irigasi Pertanian Di Desa Aritonang, Kecamatan Muara, Kabupaten Tapanuli Utara)

3 57 116

Respon Masyarakat Pesisir Terhadap Program Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Potensi Alam Lokal (Studi Deskriptif Program Bina Desa kelompok perempuan di Desa Bogak Kecamatan Tanjung Tiram Kabupaten Batubara Provinsi Sumatera Utara)

0 41 97

Program Pemberdayaan Perempuan Kursus Wanita Karo Gereja Batak Karo Protestan (Kwk-Gbkp) Pada Perempuan Pengungsi Sinabung Kecamatan Payung Kabupaten Karo

2 51 132

Implementasi Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri Perkotaan di Desa Dolok Hataran Kecamatan Siantar Kabupaten Simalungun

0 55 76

KONTRIBUSI USAHATANI JAMBU GETAS MERAH TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHATANI DESA PAGERSARI KECAMATAN PATEAN KABUPATEN KENDAL

1 4 115

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PERTANIAN TANGGUH MASUKAN LOKAL PADA KELOMPOK TANI MEKAR SARI DESA CURUGSEWU KECAMATAN PATEAN KABUPATEN KENDAL

8 36 131

Pemberdayaan Pemuda Pengangguran Melalui Pelatihan Kecakapan hidup (Life skills) Ternak Kelinci Di Desa Botomulyo Kecamatan Cepiring Kabupaten Kendal

0 9 138

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PROGRAM TERNAK KELINCI DI BALAI BELAJAR BERSAMA Hj. MUDRIKAH, DESA PAGERSARI, KECAMATAN PATEAN, KABUPATEN KENDAL.

0 1 150

PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN INFRASTRUKTUR BERSUMBER DANA DESA DI DESA TRISOBO KECAMATAN BOJA KABUPATEN KENDAL -

0 0 59