Hasil penelitian Dherani 2008 menyimpulkan bahwa dengan menurunkan polusi pembakaran dari dapur akan menurunkan morbiditas dan mortalitas
pneumonia. Hasil penelitian juga menunjukkan anak yang tinggal di rumah yang dapurnya menggunakan listrik atau gas cenderung lebih jarang sakit ISPA
dibandingkan dengan anak yang tinggal dalam rumah yang memasak dengan menggunakan minyak tanah atau kayu. Selain asap bakaran dapur, polusi asap
rokok juga berperan sebagai faktor risiko. Anak dari ibu yang merokok mempunyai kecenderungan lebih sering sakit ISPA daripada anak yang ibunya
tidak merokok 16 berbanding 11 Kartasasmita, 2010.
2.1.8. Tatalaksana Pneumonia
Tatalaksana pada balita dengan pneumonia yang mengalami nafas cepat adalah dengan pemberian oksigen. Pemberian oksigen pada bayi muda kurang
dari 2 bulan dengan pernafasan merintih grunting, bayi muda dengan infeksi saluran pernafasan bagian bawah yang memiliki risiko terjadi apnea dan
kegagalan pernafasan jika tidak diberikan oksigen pada saat dibutuhkan. Pada balita usia 2 bulan hingga 5 tahun diberikan oksigen jika frekuensi pernafasan 70
kalimenit atau lebih Purnamasari, 2012. Pemberian antipiretik atau parasetamol merupakan cara yang paling efektif
dan mudah untuk menurunkan demam pada balita dengan pneumonia WHO, 2003. Terapi antibiotik yang sesuai dengan bagan MTBS adalah
contrimoxazole 480 mg dan 120 mg dan parasetamol 500 mg dan 100 mg. Antibiotik tersebut diberikan secara oral selama 5 hari Ditjen P2PL, 2012.
Khusus untuk bayi berumur kurang dari 2 bulan, tidak dianjurkan untuk diberikan pengobatan antibiotik per oral maupun parasetamol.
Tindakan yang diberikan pada penderita pneumonia berat adalah dirawat di rumah sakit. Ada beberapa tanda bahaya yang menunjukkan anak menderita
penyakit yang sangat berat dimana jika anak mempunyai salah satu tanda bahaya tersebut maka perlu segera dirujuk ke rumah sakit. Pada anak umur 2 bulan
– kurang dari 5 tahun, tanda-tanda bahaya tersebut antara lain kurang bisa minum,
kejang, kesadaran menurun, stridor, atau mengalami gizi buruk. Pada anak umur 2 bulan, ditandai dengan keadaan kurrang bisa minum, kejang, kesadaran
menurun, stridor, wheezing, demam, atau dingin Ditjen P2PL, 2012. Adapun indikasi lain anak penderita pneumonia perlu dirawat di rumah sakit adalah
penderita sangat muda atau tua, mengalami keadaan klinis berat sesak nafas, kesadaran menurun, serta gambaran kelainan toraks cukup luas, ada riwayat
penyakit lain bronkiektasis dan bronkitis kronik, ada komplikasi, dan tidak adanya respon terhadap pengobatan yang telah diberikan Rizkianti, 2009.
Tatalaksana penderita pneumonia berat yang dirawat di rumah sakit umumnya adalah dengan pemberian oksigen terutama pada anak yang sianosis,
pemasangan infus untuk rehidrasi dan koreksi elektrolit, pemberian obat penurun panas. Antibiotika tertentu perlu diberikan jika mikroorganisme
penyebabnya sudah diketahui melalui uji laboratorium Rizkianti, 2009. Apabila penderita juga mengalami stridor, maka diindikasikan mengalami
kelainan kongenital, sehingga mendapat pengobatan khusus Ditjen P2PL, 2012.
Tabel 2.4. Pedoman Tatalaksana Kasus Pneumonia Pada Anak
Gejala
Klasifikasi
Pengobatan
Nafas cepat Tarikan dinding
dada bagian bawah ke dalam
Stridor pada anak dalam keadaan
tenang Pneumonia Berat
Segera merujuk ke rumah sakit untuk
pemberian suntikan antibiotik dan
pemberian oksigen bila diperlukan
Memberikan 1 dosis antibiotika yang tepat
Nafas cepat Pneumonia ringan
Memberikan antibiotik yang tepat
untuk diminum Menasihati ibu dan
memberitahu bila harus kembali untuk
kunjungan ulang Tidak ada nafas cepat
Bukan pneumonia penyakit paru lain
Nasihati ibu dan beritahu kapan harus
kembali bila gejala menetap atau
keadaan memburuk
Ditjen P2PL, 2012
2.1.9. Perilaku Dalam Kesehatan