Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Kepatuhan Kunjungan

rendah maupun tinggi. Tidak adanya perbedaan ini dikarenakan sosial ekonomi masyarakat masih rendah untuk melakukan kunjungan ulang dikarenakan biaya.

5.1.5. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Kepatuhan Kunjungan

Ulang Menurut WHO 2002, pengetahuan dapat diartikan sebagai kumpulan informasi yang dipahami, diperoleh dari proses belajar selama hidup dan dapat dipergunakan sewaktu-waktu sebagai alat penyesuaian diri, baik terhadap diri sendiri maupun lingkungan. Pengetahuan tentang suatu objek dapat diperoleh dari pengalaman guru, orang tua, teman, buku, dan media massa. Dapat disimpulkan dari teori tersebut bahwa pengetahuan responden dapat menjadi guru yang baik bagi dirinya. Dengan pengetahuan yang dimiliki akan mempengaruhi kepatuhan responden dalam melakukan kunjungan ulang. Penderita yang mempunyai pengetahuan tinggi cenderung lebih patuh berobat daripada penderita yang berpengetahuan rendah Notoatmodjo,2010. Analisis bivariat antara pengetahuan dengan kepatuhan kunjungan ulang menggunakan uji fisher didapatkan hasil p-value sebesar 0,001. Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan kepatuhan kunjungan ulang di Puskesmas Gubug I. Nilai Prevelence RatioPR=7,174 PR1 artinya ibu yang memiliki tingkat pengetahuan kurang berisiko sebesar 7 kali untuk melakukan kunjungan ulang dibandingkan dengan ibu yang memiliki pengetahuan baik. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan kepatuhan kunjungann ulang dikarenakan pengetahuan ibu yang kurang akan berdampak pada ketidakpatuhan untuk melakukan kunjungan ulang. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Mulyana, 2012 yang menyatakan bahwa tingkat pengetahuan juga berdampak besar dalam kejadian pneumonia. Pengetahuan ibu tentang kuman atau praktik pelayanan yang bersih dan sehat, atau mengetahui lebih jauh tentang penyakit pneumonia balita, upaya dalam penekanan angka kesakitan dan kematian akan lebih berhasil. Menurut penelitian di lapangan, ditemukan bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan rendah 72,9 tidak patuh dalam melakukan kunjungan ulang, sedangkan responden dengan pengetahuan tinggi 72,2 cenderung untuk lebih patuh dan hanya ada 27,8 responden berpendidikan tinggi yang tidak patuh. Hal tersebut dikarenakan responden yang berpengetahuan tinggi lebih memahami penyakit yang diderita anaknya serta tahu bagaimana pengobatan pneumonia yang benar dan bahayanya apabila tidak melakukan kunjungan ulang. Patuhnya responden dengan pendidikan tinggi juga terjadi karena tingginya motivasi untuk melakukan kunjungan ulang yang ada dalam dirinya, hal ini ditandai dengan 81 responden berpendidikan tinggi memiliki motivasi yang tinggi pula untuk melakukan kunjungan ulang. Berdasarkan hal tersebut, dapat dijadikan dasar mengenai pentingnya meningkatkan pengetahuan tentang pneumonia terutama kunjungan ulang setelah pengobatan antibiotika pada balita yang dapat dilakukan dengan penyuluhan program intensif kepada masyarakat khusunya ibu.

5.1.6. Hubungan Sikap Ibu dengan Kepatuhan Kunjungan Ulang