Hubungan FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPATUHAN KUNJUNGAN ULANG IBU BALITA PNEUMONIA USIA 2 BULAN – 5 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUBUG I KABUPATEN GROBOGAN

Tidak ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan kepatuhan kunjungan ulang dikarenakan sebagian besar responden memiliki status pekerjaan, yaitu tidak bekerja sebesar 75 . Hasil penelitian ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Tisna 2009 yang menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan kepatuhan kunjungan ulang dengan nilai p=0,908. Hal ini dikarenakan baik dalam penelitian ini maupun penelitian Tisna 2009 ditemukan tidak ada perbedaan kepatuhan dalam melakukan kunjungan ulang antara responden yang bekerja maupun tidak bekerja. Berdasarkan penelitian di lapangan, ditemukan bahwa dari 20 responden yang tidak bekerja, sebanyak 15 responden 48,1 patuh melakukan kunjungan ulang dan dari 25 responden yang bekerja 13 responden 43,8 patuh melakukan kunjungan ulang, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kepatuhan antara responden yang bekerja maupun tidak bekerja. Tidak adanya perbedaan ini dikarenakan sebagian besar responden yang bekerja adalah di sektor non-formal yang tidak ditentukan batasan waktu kerja, sehingga responden yang bekerjapun tetap memiliki kesempatan dan ketersediaan waktu yang sama dengan responden yang tidak bekerja untuk melakukan kunjungan ulang.

5.1.4. Hubungan

Tingkat Pendapatan Keluarga dengan Kepatuhan Kunjungan Ulang Menurut Mosley dan Lincoln 1985, pendapatan rumah tangga akan mempengaruhi sikap keluarga dalam memilih barang-barang konsumsi. Pendapatan menentukan daya beli terhadap pangan dan fasilitas lain. Semakin tinggi pendapatan, maka cenderung pengeluaran total dan pengeluaran pangan semakin tinggi Anonim, 2008. Besar kecilnya pendapatan seseorang akan mempengaruhi sikap individu untuk melakukan sesuatu. Peningkatan pendapatan rumah tangga terutama bagi kelompok rumah tangga miskin dapat meningkatkan status gizi, karena peningkatan pendapatan tersebut memungkinkan mereka mampu membeli pangan berkualitas dan berkuantitas yang lebih baik. Keadaan ekonomi merupakan faktor yang penting dalam menentukan jumlah dan macam barang atau pangan yang tersedia dalam rumah tangga. Bagi negara berkembang, pendapatan adalah faktor penentu yang penting terhadap status gizi. Seiring dengan peningkatan pendapatan, kesehatan juga akan semakin meningkat Notoatmodjo, 2007. Analisis bivariat antara pendapatan keluarga dengan kepatuhan kunjungan ulang menggunakan uji chi-square didapatkan hasil p-value sebesar 0,528. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan keluarga dengan kepatuhan kunjungan ulang di Puskesmas Gubug I. Penelitian ini diperkuat penelitian yang dilakukan oleh Mulyana 2012 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat pendapatan keluarga dengan kepatuhan kunjungan ulang. Tidak ada hubungan antara pendapatan keluarga dengan kepatuhan kunjungan ulang dikarenakan sebagian besar responden memiliki pendapatan keluarga yang sama, yaitu di atas UMR lebih dari Rp. 935.000,00 sebesar 75 . Berdasarkan penelitian di lapangan, ditemukan bahwa dari 17 responden yang yang memiliki pendapatan rendah, sebanyak 12 responden 37,8 patuh melakukan kunjungan ulang dan dari 28 responden yang memiliki pendapatan tinggi, sebanyak 16 responden 62,2 patuh melakukan kunjungan ulang. Dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan kepatuhan antara responden yang memiliki pendapatan keluarga rendah maupun tinggi. Tidak adanya perbedaan ini dikarenakan sosial ekonomi masyarakat masih rendah untuk melakukan kunjungan ulang dikarenakan biaya.

5.1.5. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Kepatuhan Kunjungan