Pengertian Sosiolinguistik Acara Moppo

6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepustakaan yang Relevan

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari buku-buku pendukung yang relevan, buku-buku yang digunakan dalam pengkajian ini adalah buku-buku tentang sosiolinguistik.

2.1.1 Pengertian Sosiolinguistik

Kridalaksana 1978:94 mengemukakan bahwa sosiolinguistik adalah ilmu yang mempelajari ciri dan pelbagai variasi bahasa, serta hubungan di antara para bahasawan dengan ciri fungsi variasi bahasa itu di dalam suatu masyarakat bahasa. Pengkajiaan bahasa tidak semata-mata dititikberatkan pada aspek internalnya di mana bahasa sebagai suatu sistem bunyi yang bermakna, tetapi juga dapat ditelusuri secara eksternal dalam kaitannya dengan disiplin ilmu lain seperti sosiolinguistik. Dengan kata lain, sosiolinguistik adalah kajian antardisiplin yang mencakup pemakai bahasa dan ciri khas variasi bahasa yang kecenderungannya selalu berinteraksi. Bram dan Dickey dalam Kailani Hasan, 2001:75 mengatakan bahwa sosiolinguistik mengkhususkan kajiannya pada bagaimana bahasa berfungsi di tengah masyarakat dan berupanya menjelaskan kemampuan manusia menggunakan aturan-aturan berbahasa secara tepat dalam situasi-situasi yang bervariasi. 7

2.1.2 Pengertian Diksi

Menurut Kridalaksana 1993:44 bahwa diksi ialah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di depan umum atau dalam karang-mengarang. Menurut Enre 1988:101 diksi atau pilihan kata adalah penggunaan kata- kata secara tepat untuk mewakili pikiran dan perasaan yang ingin dinyatakan dalam pola suatu kalimat. Widyamartaya 1990: 45 yang menjelaskan bahwa diksi atau pilihan kata adalah kemampuan seseorang membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikannya, dan kemampuan tersebut hendaknya disesuaikan dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki sekelompok masyarakat dan pendengar atau pembaca. Diksi atau pilihan kata selalu mengandung ketepatan makna dan kesesuaian situasi dan nilai rasa yang ada pada pembaca atau pendengar.

2.1.2.1 Pengertian Ragam Diksi dalam Kata

Bloomfield dalam Tarigan 1985:6 menyebutkan bahwa Kata adalah “bentuk bebas yang paling kecil”, yaitu kesatuan terkecil yang dapat diucapkan secara berdikari. Keraf 2006:21 menambahkan bahwa pengertian yang terkandung dalam sebuah kata adalah makna yang mengungkapkan sebuah gagasan atau ide. Atau dengan kata lain, kata-kata adalah alat penyalur gagasan yang akan disampaikan kepada orang lain. Pemahaman akan kata itu sangat penting agar tujuan komunikasi dapat bertujuan dengan baik. 8

2.1.2.2 Pengertian Ragam Diksi dalam Frase

Frase adalah kelompok kata yang secara deskriptif berfungsi sebagai satu unsur sintaksis dalam kalimat. Keraf 1991:27 menyatakan bahwa frase merupakan suatu konstruksi yang terdiri atas dua kata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan. Kridalaksana 1993:14 menegaskan bahwa frase merupakan gabungan dua kata atau lebih yang sifatnya tidak predikatif; gabungan ini dapat rapat, dapat renggang. Parera 1994:62 yang memberi batasan frasa sebagai suatu konstruksi yang dapat dibentuk oleh dua kata atau lebih, baik dalam bentuk sebuah pola dasar kalimat maupun tidak.

2.1.2.3 Pengertian Ragam Diksi dalam Ungakapan atau Idiom

Idiom berasal dari bahasa yunani, idios yang berarti khas, mandiri, khusus atau pribadi. Menurut keraf 2005:109 yang disebut idiom adalah pola-pola struktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah bahasa yang umum, biasanya berbentuk frasa, sedangkan artinya tidak dapat diterangkan secara logis atau secara gramatikal, dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya. Djajasudarma 2009:20 mengungkapkan bahwa makna idiomatik adalah makna leksikal yang terbentuk dari beberapa kata. Kata–kata yang disusun dengan kombinasi kata lain dapat pula menghasilkan makna yang berlainan. Dengan kata lain gabungan kata tersebut sudah memiliki makna tersendiri yang berlainan dengan makna kata pembentuknya dan jika digabung dengan kata lain maka maknanya akan berubah. 9 Alwasilah 1993:165 menyebutkan bahwa idiom adalah grup kata-kata yang mempunyai makna tersendiri yang berbeda dari makna tiap kata dalam grup itu. Senada dengan pendapat di atas, arifin 2009:53 menyatakan ungkapan idiomatik adalah konstruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti. Ungkapan idiomatik adalah kata- kata yang mempunyai sifat idiom yang tidak terkena kaidah ekonomi bahasa. Menurut dua pendapat di atas, dapat ketahui bahwa idiom merupakan susunan yang khas dalam sebuah bahasa dan mempunyai makna tersendiri yang berbeda dari makna kata pembentuknya. Susunan kata satu dan lainnya dalam idiom saling melengkapi, tidak dapat digantikan, dan tidak dapat dihilangkan.

2.1.2.4 Pengertian Ragam Diksi dalam Umpasa atau Pantun

Penggunaan umpasa merupakan warisan budaya bagi masyarakat Batak umumnya. Umpasa atau bahasa berpantun memuat pesan tidak hanya mengenai arti kehidupan tetapi juga pesan moral dalam menjalani kehidupan. Umpasa atau bahasa berpantun yang terdiri dari dua baris menempatkan baris pertama berupa sampiran dan baris kedua berupa isi. Sedangkan umpasa yang terdiri dari empat baris adalah dua baris pertama merupakan sampiran dan dua baris terakhir berupa isi. Keindahan untaian kata bahasa pantun atau umpasa menambah indahnya, tidak hanya rangkaian kata tetapi juga pesan maupun makna yang hendak disampaikan. Untuk itu tanpa kehadiran umpasa maka acara kegiatan adat bagi masyarakat Batak Toba terasa hampa. 10 Dalam pengertian umum, pantun merupakan salah satu bentuk sastra rakyat yang menyuarakan nilai-nilai dan kritik budaya masyarakat. Pantun adalah puisi asli Indonesia Waluyo,1987:9. Menurut Surana 2001:31, pantun ialah bentuk puisi lama yang terdiri atas 4 larik sebait berima silang a b a b. Larik I dan II disebut sampiran, yaitu bagian objektif. Biasanya berupa lukisan alam atau apa saja yang dapat diambil sebagai kiasan. Larik III dan IV dinamakan isi, bagian subjektif. Sama halnya dengan karmina, setiap larik terdiri atas 4 perkataan. Jumlah suku kata setiap larik antara 8-12.

2.2 Teori yang Digunakan

Teori merupakan landasan fundamental sebagai argumentasi dasar untuk menjelaskan atau memberi jawaban terhadap masalah yang akan dibahas. Teori yang digunakan dalam menganalisis ragam diksi pada upacara adat saur matua masyarakat Batak Toba mengacu pada teori J. Fishman, Nababan,Alwasilah dan yang dikemukakan oleh Keraf. J. Fishman dalam Chaer dan Leonie Agustina1972:4 mengemukakan bahwaSociolinguistics is the study of the characteristics of language varieties, the characteristics of their functions, and the characteristic of their speakers as these three constantly interact, change and change one another within a speech community sosiolinguistik adalah kajian tentang ciri khas variasi bahasa, fungsi- fungsi bahasa, dan pemakaian bahasa karena ketiga unsur ini selalu berinteraksi, berubah, dan saling mengubah satu sama lain dalam satu masyarakat tutur . Menurut Nababan dalam Aslinda dan Leoni Syafyahya 2007:19 mengemukakan variasi bahasa berkenaan dengan fungsinyafungsiolek, ragam atau register. Variasi bahasa dari segi penggunaan berhubungan dengan bidang pemakaian, contohnya dalam kehidupan sehari-hari, ada variasi di bidang militer, sastra, jurnalistik, dan kegiatan keilmuan lainnya. Perbedaan variasi bahasa dari segi penggunaan terdapat pada kosa katanya. Setiap bidang akan memiliki sejumlah kosa kata khusus yang tidak ada dalamm kosa kata bidang ilmu lainnya. AlwasilahAslinda dan Leoni Syafyahya 2007:19 mengatakan register adalah suatu ragam tertentu yang digunakan untuk maksud tertentu, sebagai kebalikan dari dialek sosial atau regional. Pembicaraan register biasanya dikaitkan dengan masalah dialek. Dialek berkenaan dengan bahasa digunakan oleh siapa, 11 dimana, dan kapan oleh penuturnya, sedangkan register berkaitan dengan bahasa itu digunakan untuk kegiatan apa. Keraf 1996: 24 yang menurunkan tiga kesimpulan utama mengenai diksi, antara lain sebagai berikut. a. Pilihan kata atau diksi mencakup pengertian kata-kata mana yang dipakai untuk menyampaikan gagasan, bagaimana membentuk pengelompokkan kata-kata yang tepat. b. Pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa- nuansa makna dari gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan menemukan bentuk yang sesuai atau cocok dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok masyarakat pendengar. c. Pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan penguasaan sejumlah besar kosa kata atau perbendaharaan kata bahasa. 12

BAB III METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah suatu cara atau prosedur yang dipergunakan untuk melakukan penelitian sehingga mampu menjawab rumusan masalah dan tujuan penelitian.Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mengumpulkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu.

3.1 Metode Dasar

Metode dasar yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek dan subyek penelitian seseorang, lembaga, masyarakat, dan lain-lain pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak sebagaimana adanya. Nawawi 1991:63.

3.2 Lokasi dan Sumber Data Penelitian

Lokasi yang dipilihuntuk penelitian ini adalah Desa Parsoburan Tengah, Kecamatan Habinsaran, Kabupaten Toba Samosir. Lokasi ini merupakan daerah penutur bahasa Batak Toba, yang masih memakai bahasa Batak Toba dalam kehidupan sehari-hari. Sumber penelitianadalah penutur bahasa Batak Toba dan juga buku-buku yang berhubungan dengan adat saur matua. 13

3.3 Instrumen Penelitian

Sebelum penulis melakukan penelitian, maka terlebih dahulu mempersiapkan instrumen penelitian atau alat bantu penelitian. Alat atau instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat perekam suara tape recorder, kamera, dan alat tulis.

3.4 Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

1. Metode kepustakaan library research yaitu pengumpulan data melalui buku–buku yang berhubungan dan berkaitan erat dengan penelitian. Metode ini dilakukan untuk mendapatkan sumber acuan penelitian, agar data yang didapatkan dari lapangan dapat diolah semaksimal mungkin sesuai dengan tujuan yang digariskan. Dalam metode ini penulis mencari buku–buku pendukung yang berkaitan dengan masalah penelitian. 2. Metode observasi yaitu penulis langsung turun ke lapangan melakukan pengamatan terhadap objek penelitian. Metode observasi digunakan oleh peneliti untuk mengamati secara langsung upacara adat saur matuapadamasyarakat Batak Toba. 3. Metode wawancara, yaitu melakukan wawancara dengan informan untuk mendapatkan kebenaran lebih lanjut dan terperinci tentang data yang dibahas. Teknik yang digunakan adalah teknik rekam dan teknik catat atau tulis. 14

3.5 Metode Analisis Data

Menganalisis data merupakan suatu langkah yang sangat kritis dalam penelitian, penulis harus memastikan analisis mana yang digunakan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif. Langkah-langkah yang digunakan dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Data yang diperoleh akan diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. b. Data diklasifikasikan sesuai dengan objek pengkajian. c. Setelah data diklasifikasikan, data-data dianalisis sesuai dengan kajian yang telah ditetapkan. d. Menginterpretasikan hasil analisis dalam bentuk tulisan yang sistematis, sehingga semua data dipaparkan dengan baik. 15

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1Tahapan-tahapanpada Upacara Adat Saur Matua Masyarakat Batak Toba Pada awal tulisan telah dikemukakan bahwa ragam merupakan corak pemakaian bahasa yang berbeda sebagaimana pakar sosiolinguistik mendefenisikannya. Untuk itu, ragam atau warna pemakaian bahasa merupakan tampilan bahasa yang merujuk pada pembicaraan pokok persoalan, suasana, maupun situasi yang dimasuki oleh pemakai bahasa. Dalam kegiatan upacara adat saur matua masyarakat Batak Toba segala sesuatunya harus bernuansa hukum adat yang mencakup unsur Dalihan Na Tolu. Tanpa kehadiran ketiga unsur tersebut dapat dikatakan tidak memenuhi hukum adat sebagai kegiatan upacara adat. Untuk itu, ketiga unsur adat seperti hula-hula, boru, dan dongan sabutuha harus hadir dalam kegiatan tersebut. Pada saat seseorang yang sudah saur matua, mayatnya harus dibersihkan dan dibaringkan di ruang tengah rumah yang kakinya mengarah ke jabubona rumah suhut. Pada saat yang bersamaan, pihak laki-laki baik dari keturunan orang tua yang meninggal maupun sanak saudara berkumpul di rumah duka dan membicarakan bagaimana upacara yang akan dilaksanakan kepada orang tua yang sudah saur matua itu. Dari musyawarah keluarga akan diperoleh hasil-hasil dari setiap hal yang dibicarakan. 16 Setelah keperluan upacara dipersiapkan, maka upacara adatsaur matua ini dapat dilaksanakan. Pelaksanaan upacara adat saur matua ini terbagi atas 5 bagian, yaitu: 1. Acara martonggo raja musyawarah 2. Acara moppo memasukkan mayat atau jenazah kedalam peti 3. Acara mangonda-ondai dan panggalangon upacara pada malam hari 4. Acara partuatni na saur matua upacara penguburan 5. Acara ungkap hombung membicarakan harta peninggalan yang telah saurmatua 1.Acara Mangarapot Musyawarah Acara mangarapot dilakukan setelah dilaksanakanya acara moppo atau acara memasukkan jenazah ke dalam peti. Sebelum diadakanya mangarapot atau musyawarah, pihak keluarga atau keturunan yang telah saur matua mengadakan musyawarah singkat. Tujuan musyawarah singkat ini adalah untuk mempersiapkan apa saja yang akan dibicarakan dalam musyawarah umum nanti. Dalam musyawarah singkat keluarga, semua pembicaraan dicatat oleh para suhut untuk kemudian dipersiapkan ke musyawarah umum. Waktu untuk mengadakan musyawarah umum ini juga harus ditentukan pada saat kapan akan dilaksanakan. Setelehditentukan hari yang tepat untuk mengadakan musyawarah atau rapot, maka diundanglah pihak punguan ni huria,hulahula, dongan tubu, boru, raja adat, dan parsahutaon supaya dapat menghadiri acara tersebut. Setelah acara mangarapot musyawarah dilaksanakan, maka diadakanlah pembagian tugas bagi setiap pihak suhut. 17 2.Acara Moppo Moppo adalah memasukkan jenazah ke dalam peti mayat. Dalam acara moppo ini telah dipersiapkan segala keperluan yang akan digunakan untuk acara nantinya. Yang mengikuti acara ini adalah pihak hulahula, boru, dan suhut. Pihak hulahula sangat berperan penting dalam acara moppo, karena yang akan memasukkan jenazah ke dalam peti mayat tersebut adalah pihak hulahula. Menurut adat yang berlaku, tidak dibenarkan pihak mana pun memasukkan jenazah ke dalam peti mayat yang telah disediakan. Acara moppo dilakukan satu atau dua hari sebelum upacara penguburan dilakukan. 3. Acara Mangonda-ondai dan acara panggalangon. Acara mangonda-ondai dan acara panggalangon adalah acara yang dilaksanakan pada malam hari menjelang acara partuat ni naung saur matua. Acara mangonda-ondai dilakukan sebagai pengganti acara mangandung meratapi orang meninggal. Istilah ini diganti karena masyarakat pada jaman dahulu berfikir bahwa orang yang telahsaur matua tidak layak untuk diratapi karena telah menyelesaikan tanggungjawab dan sudah memperoleh kebahagiaan semasa hidupnya. Istilah mangonda-ondai juga dapat disebut dengan acara menari dan bersuka cita yang diiringi dengan gondang atau musik. Acara panggalangon merupakan acara yang dilakukan oleh pihak boru kepada pihak hulahula. Acara ini dilakukan karena semua keturunan dari yang saur matua sudah gabe telah menerima berkat yang berlimpah. Tidak semua keturunan orang yang saur matua dapat melakukan hal ini seperti ini, karena tidak 18 semua keturunan dari orang yangsaur matua mampu melakukan acara panggalangon, dan menurut adat masyarakat Batak Toba juga tidak mewajibkan adanya acara panggalangon. Pada acara mangonda-ondai dan panggalangon, semua keturunan yangsaurmatua, hulahula, dongan sahuta, sahabat, serta semua keturunan leluhur yang saurmatua hadir pada acara tersebut. Dalam acara ini, boru memberi saweran atau sumbangan galang berupa uang kepada hulahula masing-masing yang diawali oleh boru suhut memberikan sumbangan kepada hulahulanya yaitu keturunan laki-laki dari yang saur matua. Di dalam acara mangonda-ondangi dan panggalangon inilah terlihat bahwa boru menghormati hulahula dan hulahula mengasihi boru. 4. Acara partuat ni naung saur matua Acara Pemakaman Acara partuat ni naung saur matua terdiri atas beberapa tahapan, yaitu: a. Acara panambolon b. Acara di jabu c. Acara maralaman d. Acara sesudah upacara saur matua e. Acara ungkap hombung a. Acara panambolon menyembelih kerbau atau lembu Pada saat upacara panambolon dimulai, semua pihak suhut serta panambol sudah bersiap-siap di tengah halaman rumah suhut. Pada upacara adat saur matua, biasanya diadakan acara pemotongan atau acara menyembelih kerbau atau lembu. Pihak suhut menyerahkan acara penyembelihan ini kepada 19 panamboli dengan memberikan sebuah piring yang berisi beras, sirih, beserta pisau yang akan digunakan untuk menyembelih kerbau atau lembu tersebut. Darah kerbau atau lembu yang telah disembelih biasanya ditortorhon diangkat lalu menari mengelilingi halaman yang tujuanya untuk memberitahukan kepada seluruh yang ada di tempat tersebut bahwa yang disembelih telah berhasil dilaksanakan. Menurut adat orang Batak, ketika seorang laki-laki yang saur matua, maka yang disembelih adalah kerbau, dan jika seorang perempuan yangsaur matua, maka yang disembelih adalah lembu atau babi namarmiak- miak. Tetapi tidak di semua wilayah menggunakan adat seperti yang telah dijelaskan di atas.Upacara panambolon biasanya dilaksanakan pada pagi hari sekitar pukul 7.00 WIB hingga selesai. b. Acara di jabu Pada saat upacara di jabu dimulai, zenajah dibaringkan di jabu bona ruang tamu. Letaknya berhadapan dengan kamar orang tua yang meninggal ataupun kamar anak-anaknya dengan diselimuti ulos sibolang. Suami atau istri yang ditinggalkan duduk di sebelah kanan tepat di samping jenazah itu, dan diikuti oleh anak laki-laki mulai dari anak yang paling besar atau yang lebih tua sampai anak yang paling kecil atau anak yang paling muda dengan menggunakan ulos. Anak perempuan boru dari orang tua yang meninggal, duduk di sebelah kiri peti mayat. Sedangkan cucu dan cicitnya ada yang duduk di belakang atau di depan orang tua mereka masing-masing. Semua unsur dalihan natolu sudah hadir di rumah duka dengan mengenakan ulos. Upacara di jabu ini biasanya di buka pada pagi hari yaitu sekitar pukul 9.00 WIB oleh pengurus gereja. Acara di dalam rumah biasaya dihadiri oleh sanak 20 saudara yang meninggal. Dalam acara tersebut, semua keturunan dari yang telah saur matua beserta keluarga terdekatnya memberikan sepata dua kata kepada yang telahsaur matua sebagai kata-kata perpisahan atau kata-kata terakhir. Pemimpin acara di rumah tersebut adalah pengurus gereja dan mengenakan pakaian resmi gereja. c. Acara Maralaman Setelah acara gereja selesai dilaksanakan di dalam rumah, maka jenazah ini diangkat ke halaman rumah sambil diiringi dengan lagu perpisahan biasanya lagu gereja. Yang mengangkat peti mayat itu biasaya pihak boru yang dibantu oleh suhut. Peti mayat orang meninggal ini ditutupi dengan ulos sibolang. Semua unsur dalihan natolu sudah berkumpul di halaman dan mengambil posisi masing-masing. Upacara maralaman adalah upacara terakhir sebelum penguburan mayat orang meninggal. Di dalam adat Batak Toba, kalau orang yang sudahsaur matua maka harus diberangkatkan dari antara bidang ke kuburan disebut partuatna, maka dalam upacara maralaman akan dilaksanakan adat partuatna. Pada upacara ini, posisi dari semua unsur Dalihan Natolu berbeda dengan posisi mereka ketika mengikuti upacara di dalam rumah. Pihak suhut berbaris mulai dari kanan ke kiri, dibelakang mereka berdiri parumaen menantu perempuan dari orang yang meninggal, dan posisi suhut ini berdiri tepat di hadapan rumah duka. Anak perempuan dari yang meninggal beserta dengan pihak boru lainya berdiri membelakangi rumah duka kemudian hulahula berdiri di samping kanan rumah duka. 21 Setelah semua unsur dalihan natolu dan pargonsi pada tempatnya, lalu pengurus gereja membuka kembali upacara di halaman dengan bernyani lebih dahulu, kemudian pembacaan Firman Tuhan, bernyani lagi dan diakhiri dengan doa penutup. Setelah acara kebaktian selesai, rombongan dari pengurus gereja mengawali kegiatan margondang. Acara di halaman dilakukan oleh setiap kelompok dalihan natolu secara berurutan. Setelah acara di halaman ini selesai, maka tibalah saatnya acara pemakaman. Acara ini dibawakan oleh pengurus gereja. Setelah selesai acara pemakaman, kembalilah semua yang turut mengantar ke rumah duka. d. Acara Sesudah Acara Saur Matua Setelah acara pemakaman selesai, maka kembalilah pihak suhut, hasuhuton, boru, dongan sabutuha, dan hulahula ke rumah duka, untuk melanjutkan acara berikutnya. Acara yang akan dilakukan selanjutnya adalah, semua para undangan baik hula-hula, dongan tubu, dongan sahuta, ale-ale, dan lain-lain menyerahkan silua beras atau padi di dalam tando. Selesai acara tersebut dilanjutkan dengan acara makan siang. Setelah acara makan siang, kemudian dilanjutkan dengan acara pembagian jambar. e. Acara Ungkap hombungBuha Hombung Setelah pembagian jambar, maka kepada setiap hulahula yang memberikan ulos pada saat acara di halaman akan diberikan piso-piso uang yangdigunakan untuk membeli ulos kepada hulahula. Apabila seorang ibu yang meninggal, maka akan diadakan mangungkap hombung buha hombung yang dilakukan oleh hulahula dari ibu yang meninggal, 22 biasanya dijalankan oleh ama naposona anak dari abang atau adik yang meninggal. Buha hombung artinya membuka simpanan dari ibu yang meninggal. Hombung adalah suatu tempat tersembunyi dalam rumah, dimana seorang ibu biasanya menyimpan harta keluarga; pusaka, perhiasan, emas dan uang Togatorop,2003:42 Harta kekayaan ini diminta oleh hulahula sebagai kenang-kenangan, juga sebagai kesempatan terakhir untuk meminta sesuatu dari simpanan “borunya” setelah selesai mangungkap hombung, maka upacara di tutup oleh pengetua adat.

4.1.1 Acara Moppo

Parjolo marende sian bukku ende nomor 18:4 ‘bernyanyi dari kidung jemaat nomor 18:4’ Doshon hauma na dumenggan nama rohanghu di jolo. Sai lopokhon ma na denggan tu bagasan rohanghon. Sai tumpahi hatami asa gok parbue i. ‘Penebus, dengarkanlah kami yang pada-Mu berseru, buka tingkap anugrah- Mu, b’rikanlah berkat penuh’ Suhut : Dihita bona hasuhuton mardos ni roha ma hita nalao mandokkhon hata tu hulahulata, “dos maroha”. ‘Kita yang bersaudara sepakatlah kita, siapa diantara kita yang bisa bicara sama hula-hula kita’ Dongan tubu: dos ma rohatta, sisada hata ma hita. ‘Sepakatlah kita, seia sekata’ 23 Suhut : Mauliate ma dihamu raja ni hulahulanami, disiala olo hamu ro mandapothon hami tu bagasnami on. Di bagasan tingki on, dilehon Tuhanta do di hita hahipason dohot hagogoon boi hita marpungu di bagasan manogot on. Suang songoni ma di hamu da tulang, nantulang, songoni nang lae dohot baonami. Naung tangkas parjolo nuaeng natuatuanami di son, on ma tingki na uli dohot na lehet laho pasahatonnami tu hamu asa baenonmuna tu jabu-jabuna. Suang songoni situtu ma tu hamu saluhutna amanami, asa tung tangkas tangianghon hamu tu Amanta na martua Debata Asa dapot songon na nidok ni natuatua ‘Terima kasih banyak kami ucapkan kepada hulahula kami, yang telah datang ke rumah kami ini. Pada saat ini, Tuhan telah memberikan kita kesehatan dan kekuatan sehingga kita dapat berkumpul di pagi yang indah ini. Begitu juga kepada hulahula kami, di sini kita lihat orang tua kami yang telah meninggal dunia, inilah saat yang tepat untuk memasukkannya ke dalam peti mayat, kami juga sangat mengharapkan doa dari hulahula kami’ Asa tangkas marsitogu-toguan tu dolok dohot tu toruan Molo tung adong di hami di ari naung salpu hata na hurang uli, Asa tung tangkas tangianghon hamu hami rajanami, Tangkas hami marsianju-anjuan, anggiat dapot na niluluan, Jumpang na ni jalahannami tu angka tingki na naing ro ‘Agar kami bisa saling tolong menolong dari atas ke bawah’ ‘Walaupun ada di dalam keluarga kami hubungan yang kurang baik’ ‘Mohon doakanlah kami anak-anakmu’ ‘Sehingga kami bisa saling mengerti dalam keadaan apapun dan kami dapat mencapai tujuan kami’ 24 ‘Pada hari yang akan datang’. Tung songoni pe na boi dipasahat hami hata na uli lumobi laho pasahathon natuatuanami asa bahenonmu tu jabu-jabuna , sai las ma roha ni badan muna, las roha ni tondi muna. Songoni ma jolo sidohononnami tu hamu saluhutna raja ni hula-hulanami. Botima ‘Sekianlah yang dapat kami sampaikan kepada hulahula kami. Sebelum memasukkan jenazah orang tua kami ke dalam peti, kami juga berharap,agar hulahula kami bahagia dan memperloleh keselamatan pada hari yang akan datang. Sekian dan terima kasih’ Hulahula suhut: Jadi mauliate ma, apala diparnakkok ni mata ni ari, nang nakkok so sadia tarlunmobi di hamu pinompar ni natuatua naung saur matua on. Jadi, di son nuaeng hita tutu naing mandok mauliate tu Debata ala nunga tangkas dilehon di hita saluhutna hahipason, jala dinatangkas nuaeng tabereng boltang namborukkon, songon na nidok ni natarsurat i ingkon tong do pakkeon mu songon napasangaphon natuatua i di tingki ngoluna. Tontong do di pasangap hamu natorasmu lumobi namborukkon, jala diulaon ni namboru on tarida do hoi- hoi na di angka ibotonami dohot di laenami. Parbuena i sihamuliatehonon do tu Debata, ala naung gabe maranak dohot marboru Molo dalan ni ngolu i, sai lam ditambai Tuhanta ma i dohot angka bisuk. Jumolo tangkas binereng di ngolu na i ditangiangna namartangiang adian borngin , uli ni daging pe manogotna tu balian jala dung botari mulak tu huta laho manarihon ngolu muna on do sude. Binereng di ulaon pe, diparonanon pe, di tangiangna pe laho mardalan borngin agia di podomanna dang holan dirina disarihon, hamuna do disarihon, sampe marniang namboru on. Alani i sai tontong do dipasangap hamu, diahuhon hamu diangka tangiang mu. Angka tangiangna i dioloi Debata. Ditangiangkon namboru on do di bagasan rohana , di naso binegemu, alai jawabna nunga dijalo hamu. Diama jawabanna? “Mauliate ma Debata tuganjangna ma umur ni dainang on, boi dijalo hami poda, boi dijalo hami dalan ni ngolu tung pe songon dia pangampum di hami, boi hami hipas-hipas,boi hami maranak marboru, sai angka imbur magodang ma”, ima jawaban na sihamuliatehononmu tu Debata. Jadi, disudena i di naung pinasangapmu namboru on. Hami pe hulahulamu, mauliate ma dohononnami di hamu sahat tu natuatuamuna on dipasangap hamu natoras muna,sai dioloi Debata ma tu joloan ni ari on angka pangidoanmuna nalaho mambahen tu jabu-jabuna, sai dioloi Debata ma i sude, dilehon ma muse di hamu angka hagabeon songoni nang habisukon, sada ni roha asa tubu dihamu angka silas ni roha, ganjang ni umur ungganjang sian umur ni namboru on, songoni nang dalan ni ngolu. Asima roha ni Tuhan Debata disahaphon ma tu hamu sumunsutna angka nametmet, sai tupempengna ma saurmatua angka naung saurmatua, tubuhan anak na so tubuhan anak, jala tubuhan boru na so tubuhan 25 boru dilehon Debata di hamu tu joloan on. Jadi, on pe di ho namboru, nunga dipasangap angka gelleng mon ho, hami pe dison angka namarhulahula na laho pamasukhon tu jabum naimbaru, sotung manarita di tingki di ngolu ni badanmu dohot tondim. Sidok mauliate do hami di sude dohot di angka ianakhonmon mamuji Debata asa di pudianmu, ditongosi angka asi ni rohaNa di angka naringkot di pardagingon nang partondion. Asa tontong na gabe boi satahi tu dolok satahi tu toruan, jala dapot na niluluan jumpang na nijalahan. Botima. ‘Terima kasih. Jadi, pada saat pagi hari yang berbahagia ini, terlebih kepada keluarga yang telah ditinggalkan oleh namboru kami ini. Di sini kita patut mengucapkan terima kasih ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, dimana kita telah melihat namboru kami yang terletak di sini, sama seperti yang telah tertulis, kita harus menghormati orang tua kita ini selama hidupnya. Kami melihat jelas bahwa kalian telah menghormati orang tua terlebih namboru kami ini, dan dari semua yang telah dilakukan namboru kami ini, semua jerih payahnya itu terlihat sampai saat ini. Semua hasil jerih payah orang tua ini patut kalian syukuri kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, agar diberikan kepada kalian rezeki yang berlimpah, begitu juga dengan kebijaksanaan. Dahulu jelas kami perhatikan semasa hidupnya, dalam setiap melakukan aktifitasnya, dia selalu mengawali dengan doanya agar apa yang akan dikerjakan dapat berbuah yang baik sehingga dia bisa membiayai hidup kalian anak-anaknya, dengan demikian kalian semua anak-anaknya juga selalu menghormati dan menaati orang tua kalian ini. Tanpa sepengetahuan kalian, namboru ini selalu berdoa, dan doanya pun dikabulkan oleh Tuhan. Kenapa saya katakana demikian? Kami melihat berkat yang telah diberikan Tuhan kepada kalian. Semuanya itu patut kalian syukuri kepada Tuhan. Kami pun sebagai hulahula patut mengucapkan terima kasih kepada kalian semua karena sudah menghormati namboru kami ini. Begitu juga nanti pada saat memasukkan jenazah namboru ini, agar lancar dan tanpa ada halangan. Semoga Tuhan 26 memberikan kalian berkat yang melimpah, diberikan kebijaksanaan, serta umur yang panjang. Demikianlah yang bisa kami sampaikan kepada kalian anak-anak kami, terima kasih’ Hulahula suhut: Hu bereng nunga tung tingkos pambahenanmuna di namborunghon dipartuaon na on. Sudena i sian las ni rohamuna do na laho pasangaphon natua- tuaon. Songon hatanghu sinangkin ma, nunga ganjang umur ni namboru on, sai gumanjang ma umur muna. Tangiang ni namboru on na saleleng on, sai lam ditambai ma di hamu angka dalan ni panggabean songoni nang angka dalan ni bisuk dohot hapistaran. Nang tu angka parsingkola pe, sai tumalona ma di angka parsingkolaan. Jadi, nunga masuk be namborukkon mangingani jabuna naimbaru on di natorasmu na dipasangamuna on. Sai anggiat ma martinangi amanta Debata, disahaphon ma di pudian ni namboru on angka hagabeon, sada ni roha, songoni nang angka habisukon nang jabatan, jala suang songoni nang angka na ringkot di angka parngoluon, sioloi Tuhan hamu tu joloan ni ari on tu angka pinomparna. Jadi, hu gok i pe songon hata ni umpasa ‘Kami perhatikan, semua yang telah kalian lakukan dalam acara kematian namboru kami ini, kalian sudah memberikan yang terbaik untuk namboru kami ini. Seperti yang saya katakan tadi, semoga umur kalian lebih panjang dari umur namboru kami yang telah saur matua ini. Seperti doa namboru ini, semoga diberikan kepada kalian rezeki, diberikan kebijaksanaan dan kecerdasan. Begitu juga kepada yang sedang bersekolah, diberikan kepintaran. Dengan demikian, setelah namboru kami ini dimasukkan ke dalam peti, kedepanya diberikan kalian umur yang panjang, kebijaksanaan, diberikan putra dan putri, dan semoga kalian semakin patuh dan taat kepada Tuhan. Akhir kata, kami ucapkan seperti kata pepatah’ Asa bintang ma na rumiris Ombun na sumorop di dolok ni purba tua Asa anak ma dihamu riris Boru torop dongan muna saur matua ‘Bintang yang bertabur dilangit’ 27 ‘Hembun yang bergumpal di atas awan’ ‘Diberikanlah kepada kalian putra yang cerdas’ ‘Putri juga yang pintar’ Asa pirma pongki daon-daon ni pansalongan di pudian ni namboru on asa tung pirma tondimu jala tu tiurna angka pansamotan. ‘Semakin kuatlah pongki’ ‘Sebagai pengikat daun ubi yang telah diambil’ ‘Di balik kematian namboru kami ini diberikanlah kepada kalian roh yang semakinkuat’ ‘Dan rejeki yang berlimpah’. Sahat ma solu Sahat tu bontean Nunga hupasahat hami tu hamu angka hata na uli, ba tu joloan on sahatma hamu gabe Jala sahat parhorasan ‘Sampailah perahu’ ‘Sampai ke pelabuhan’ ‘Kami sudah menyampaikan kata-kata nasihat kepada kalian’ ‘Semogalah kalian memperoleh keselamatan’ Suhut: Hugohi ma di hamu rajanami, hulahulanami. Tangkas naung ta paadop- adop nuaeng natuatuanami, namborumuna rap di bagasan tingki on na boltang nuaeng, jala di bagasan tingkion diparnangkok ni mataniari on nunga dibahen hamu tu jabuna na imbaru inongnami naung saurmatua on. Anggiat ma tutu moppo ma di hami panggabean parhorasan, moppo ma di hami siganjang ni umur lumobi sian umur ni natuatuanami naung jumolo dialap Tuhanta on di hami saluhutna bona ni hasuhuton. Antong, di hamu angka lae, anggiat ma songon na nidok ni badanmuna i nidok ni tondimuna. Asa dilehon ma tutu di hami gogo 28 dohot hahipason di na paadop-adop dohot di na laho pasahathon marsogot tu inganan parsatongkinan i natuatuanami on jala namborumuna on lae. Asa songon tangiangmuna i dohot hata na uli hatamuna i ma nian lae sai tubu di hami dame dibagasan las ni roha, tubu di hami angka bisuk dohot hapistaran, jala sai dilehon Tuhanta tutu songon na ni dok ni tangiangmuna i, gabe na ni jama ni tangannami di balian, sinur napinahannami di huta, jala dipartigatiga pe dohot pardalan-dalan mangomo ma nang partiga-tiga. Jala di angka namarsingkola saluhutna angka pomparanna, sai dilehon Tuhanta ma angka bisuk nang hapistaran na tangkas, asa jumpang na nijalahan, dapot na niluluan tu angka tingki na naing ro. Asa songon hata ni natuatua ma songon pangampuon mangampu hatamuna i rajanami. ‘Terima kasih kami ucapkan kepada hulahula kami. Pada saat ini jelas kita lihat orangtua kami yang telah dahulu meninggalkan kita, dan telah dimasukkan ke dalam peti yang kami sediakan. Dengan ini, semoga kami mendapatkan kebahagiaan, dan umur yang panjang lebih panjang dari usia orang tua kami yang telah maninggal pada saat ini. Begitu juga dengan kekuatan dan kesabaran diberikan oleh Tuhan kepada kami dalam mempersiapkan acara yang akan dilakukan nanti sesuai dengan doa para hulahula kami sekalian. Dan sesuai dengan perkataan dan doa kalian kepada Tuhan, kami dapat saling membantu dengan bersatu hati dan bisa berdamai di dalam sebuah kebahagiaan, serta kecerdasan. Akhir kata kami ucapkan sesuai dengan kata-kata leluhur kita terdahulu’ Asa jolo sampulu pitu ma ninna asa sampulu ualu hata na denggan dohot hata na uli lumobi ma tangiangmuna i diampu hami ma I martonga ni jabu ‘Tujuh belas dahulu’ ‘Kemudian delapan belas’ ‘Semua nasihat yang telah kalian berikan kepada kami’ ‘Semuanya kami terima di dalam rumah dan bisa kami laksanakan’ 29 suhut namartinodohon: Binege, pinahusor-husor, ro hamu hulahulanami tutu di bagasan manogot on mandapothon hami nasahasuhuton. Di bagasan manogoton ma tutu natuatuanami on diparnangkok ni mataniari on dipamasuk hamu tu jabuna naimbaru. Alani i angka rajanami anggiat ma tutu dioloi Tuhanta marhite hamu:” moppo ma tutu di hami parsaulian, moppo ma di hami sada ni roha, moppo ma di hami panggabean. Anggiat ma tutu songon hata ni natuatua, saut ma tutu nang songon na nidok ni natuatua, di tangihon Tuhanta ma tutu ari na uli, ari na denggan, jala on ma ari na tuk di hami be. Alani i angka rajanami dang tarbalos hami sude angka pambahenanmuna i, sian Tuhanta ma i tutu jalo hamu angka balos ni i sud Molo tung adong angka na hurang lobi pambahenannam, sai marpanganju ma hamu hulahulanami Songoni ma jolo sidohononnami tu hamu angka rajanami. Mauliate. ‘Kami mendengar, dan kami menyimak, pada pagi hari ini, kalian datang hulahula yang kami hormati. Disini telah dimasukkan orang tua kami ini ke dalam rumahnya yang baru. Dengan demikian, melalui hulahula kami, Tuhan mengabulkan segala permintaan kita semua yakni, kami bisa mendapatkan kebahagiaan, panjang umur dan kecerdasan yang dari Tuhan kita. Dan pada saat ini juga kami tidak lupa mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada hulahula kami atas kebaikan kalian selama ini kepada kami, semoga Tuhan membalaskan semua kebaikan yang telah kalian berikan kepada kami. Kalau ada pun perkataan kami yang kurang berkenan di hati hulahula kami, kami memohon maaf kepada seluruh hulahula kami’ Boru suhut: Mauliate ma di hamu hulahulanami, ala nunga ro hamu di bagasan manogoton mamoppohon natuatua on tu jabu-jabuna. Sai anggiat ma tutu songon hatamuna i moppo tutu di hami sude pinompar ni dainang on lumobi ma diangka laenami on sada ni roha, songon na nidokmuna i tutu , sai nangkok ma tu hami angka panggabean nang parhorasan tu ari angka na mangihut. Songon i ma jolo na boi hu pasahat hami tu hamu hulahulanami, mauliate. 30 ‘Terima kasih kami ucapkan kepada hulahula kami atas kesediaanya pada pagi hari ini datang untuk memasukkan jenazah orang tua kami ke dalam rumahnya yang baru yaitu, peti jenazah. Semoga dengan ini kami semua mendapatkan kebahagiaan, kesatuan hati pada hari yang akan datang. Demikianlah yang bisa kami sampaikan kepada seluruh hulahula kami, terima kasih’

4.1.2 Acara mangonda-ondai Panggalangon