yang tidak menentu, keterbatasan permodalan petani dan kendala teknis lainnya. Selanjutnya, jenis tanah dominan di Kabupaten Aceh Utara adalah Inceptisols dan
Ultisols Podsolik Merah Kuning, selebihnya terdiri atas jenis tanah Entisol dan Alfisols. Sebagian besar dari jenis tanah tersebut merupakan lahan kering yang
mempunyai banyak kendala untuk pengembangan pertanian, karena tingkat kesuburannya rendah, bereaksi masam, umumnya berlereng dan kondusif
terhadap erosi. Sementara itu, kedalaman efektif tanah di kabupaten ini adalah : i 69,73 persen dari luas wilayahnya memiliki kedalaman efektif diatas 90
centimeter; ii 10,65 persen dengan kedalaman efektif 60-90 centimeter; dan iii 19,62 perrsen dengan kedalaman efektif 30-60 centimeter. Kedalaman efektif
tanah tersebut akan mempengaruhi jenis tanaman yang diusahakan, terutama dilihat dari kedalamanperakaran tanaman yang bersangkutan perakaran dangkal
atau dalam Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Utara, 2011
4. 1.3. Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Aceh Utara berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2010 pada bulan Mei sebanyak 529.751 jiwa yang terdiri dari 262.351
jiwa laki-laki dan 267.400 jiwa perempuan. Penduduk terbanyak terdapat di kecamatan Lhoksukon sebesar 43.998 jiwa yang merupakan ibukota dari
Kabupaten Aceh Utara.Terbanyak kedua terdapat di kecamatan Dewantara sebesar 43.442 jiwa. Untuk kecamatan yang paling sedikit jumlah penduduknya
adalah kecamatan Geurudong Pase sebanyak 4.448 jiwa. Wilayah Kabupaten Aceh Utara yang memiliki luas wilayah 3295,86 km2 memiliki tingkat kepadatan
penduduk sebesar 161 jiwakm yang tersebar di seluruh kecamatan yang ada di
Universitas Sumatera Utara
Kabupaten Aceh Utara. Namun penyebarannya tidaklah merata. Hal ini dapat dilihat bahwa tingkat kepadatan penduduk di kecamatan Dewantara yang
memiliki luas wilayah 39,47 km2 sangat tinggi yakni sekitar 10.325 jiwa. Ini disebabkan karena banyaknya pendatang yang berdomisili di wilayah tersebut.
Berbeda dengan kecamatan Geurudong Pase memiliki penduduk sangat jarang yakni rata-rata per kilometernya sekitar 16 jiwa dengan luas wilayah 271,45 km2.
Berikut data jumlah penduduk, rumah tangga, kepadatan penduduk dan rata-rata penduduk per rumah tangga menurut kecamatan di Kabupaten Aceh Utara.
Tabel 8.
Jumlah Penduduk, Rumah Tangga, Kepadatan Penduduk Dan Rata-Rata Penduduk Per Rumah Tangga Menurut Kecamatan
No .
Kecamatan
Luas Wilayah
Penduduk Rumah
Tangga Kepadatan
Penduduk Rata-rata
Penduduk per RUTA
1.
Sawang
384,65 33.748
7.514 88
4 2.
Nisam
193,47 17.115
3.810 88
4 3.
Nisam Antara
30,00 12.096
2.906 403
4 4.
Banda Baro
18,00 7.377
1.812 410
4 5.
Kuta Makmur
151,32 22.028
4.993 146
4 6.
Simpang Keramat
79,78 8.710
1.922 109
5 7.
Syamtalira Bayu
75,36 18.955
4.521 252
4 8.
Geureudong Pase
271,45 4.448
1.1.69 16
4 9.
Meurah Mulia
202,57 17.612
4.289 87
4 10.
Matang Kuli
78,65 16.424
3.792 209
4 11.
Paya Bakong
418,32 12.690
3.002 30
4 12.
Pirak Timu
45,99 7.413
1.764 161
4 13.
Cot Girek
189,00 18.342
4.827 97
4
Lanjutan tabel 8.
Universitas Sumatera Utara
No .
Kecamatan
Luas Wilayah
Penduduk Rumah
Tangga Kepadatan
Penduduk Rata-rata
Penduduk per RUTA
14.
Tanah Jambo Aye
162,98 39.141
8.753 240
4 15.
Langkahan
150,52 20.938
4.805 139
4 16.
Seunudon
100,63 23.267
5.721 231
4 17.
Baktiya
158,67 32.465
7.175 205
5 18.
Baktiya Barat
83,08 16.943
3.627 204
5 19.
Lhoksukon
243,00 43.998
10.407 181
4 20.
Tanah Luas
30,64 22.037
5.005 719
4 21.
Nibong
44,91 9.047
2.044 201
4 22.
Samudera
43,28 24.389
5.381 564
5 23.
Syamtalira Aron
28,13 16.456
3.575 585
5 24.
Tanah Pasir
20,29 8.376
2.236 413
4 25.
Lapang
19,36 7.909
2.063 409
4 26.
Muara Batu
33,34 24.385
5.387 731
5 27.
Dewantara
39,47 43.442
10.325 1.101
4 3.296,86
529.751 122.82
5 161
4
Sumber : Badan Pusat Statistik Aceh Utara Tahun 2011.
4.2. Budidaya Tanaman Padi Sawah di Kabupaten Aceh Utara
Berdasarkan data hasil survey diketahui bahwa umumnya petani di lokasi penelitian menanam tanaman padi di lahan sawah milik sendiri dan hanya 14
orang dari 90 sampel yang mengusahakan lahan orang lain dengan sistem sewa atau bagi hasil. Besarnya sewa bagi hasil yang harus dibayar penggarap
bervariasi di antara daerah penelitian. Sampel di Kecamatan Sawang hanya satu orang sebagai petani penggarap dengan dengan sistem pembagian hasil 50:50,
yaitu 50 dari hasil yang diperoleh diserahkan untuk pemilik lahan sawah. Di Kecamatan Meurah Mulia terdapat 10 orang sampel sebagai petani penggarap
Universitas Sumatera Utara
dengan sistem sewa lahan sebesar 200-250 kg gabah untuk setiap 1600 m
2
. Sedangkan di Kecamatan Tanah Pasir, terdapat 4 orang petani penggarap dengan
sistem sewa sebesar 72-200kg per 1600m
2
dan ada juga yang menyewakan 45 kg per 170 kg gabah. Perbedaan ini terjadi kerena perbedaan kualitas lahan yang
dilihat dari perolehan produksi padi pada setiap musim tanam dan juga ketersediaan irigasi.
Rata-rata total luas lahan yang diusahakan petani sampel adalah 0.29 Ha, dengan luas lahan minimal 0.06 Ha dan luas lahan maksimal 1.3 Ha. Budidaya
tanaman padi sudah dilakukan secara turun temurun oleh petani di daerah penelitian. Untuk sekali musim tanam yang dimulai dari pembenihan sampai
panen membutuhkan waktu 100 hari. Hal yang pertama dilakukan adalah penyiapan lahan yang terdiri dari pembajakan, pembuatan pematang, dan
persiapan tempat persemaian. Benih yang akan digunakan terlebih dahulu dikecambahkan selama 5 hari 2 hari direndam dalam air dan 3 hari dibiarkan
ditempat yang lembab dan disiram kemudian ditabur di tempat persemaian. Setelah berumur 21 hari benih dicabut dan dipindahkan ke lahan sawah yang
sudah dibersihkan. Dinas Pertanian menganjurkan jarak tanam untuk tanaman padi adalah 25x25 cm. Namun kebanyakan petani tidak dapat memastikan berapa
jarak tanam yang mereka gunakan, mereka hanya mereka-reka tanpa menggunakan patokan khusus seperti jajar tandur. Sehingga ada sebagian petani
yang menanam terlalu rapat dan ada juga yang menggunakan jarak tanam yang lebih dari yang dianjurkan. Hal ini disebabkan oleh sebagian besar lebih dari
Universitas Sumatera Utara
95 petani di daerah penelitian tidak pernah mengikuti pelatihan bimbingan dari lembaga penyuluhan.
Penyiangan dilakukan sekali selama musim tanam yaitu pada saat tanaman berumur 15
hari setelah tanam. Biasanya sekali musim tanam dilakukan dua kali penyiangan tetapi selama padi diserang keong mas yang juga memakan rumput
maka penyiangan cukup dilakukan sekali saja. Namun demikian, ada sebagian dari petani sampel khususnya di Kecamatan Tanah Pasir tidak melakukan
penyiangan pemberantasan gulma sama sekali. Pemupukan yang dilakukan oleh petani sampel terdiri dari urea, SP-36, KCL, dan NPK. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa semua petani menggunakan pupuk Urea walaupun dengan dosis yang bervariasi sesuai kemampuan ekonomi. Pupuk SP-36, dan KCL
digunakan oleh sebagian besar petani sampel di semua lokasi penelitian, kecuali desa Me Merbo Kecamatan Tanah Pasir yang sama sekali tidak menggunakan
KCL. Sementara pupuk NPK hanya digunakan oleh sebagian kecil sampel yang ada di Kecamatan Meurah Mulia dan Tanah Pasir. Pupuk yang digunakan oleh
petani sampel berbeda dengan yang dianjurkan oleh dinas pertanian Kabupaten Aceh Utara, baik dosis maupun waktunya. Umumnya petani sampel memberikan
pupuk dua kali dengan cara dicampur semua jenis dan ditaburkan setelah padi ditanam. Sedangkan tentang jenis pupuk, dosis dan waktu pemupukan yang
dianjurkan berdasarkan spesifik lokasi dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Jenis Pupuk, Dosis, serta Waktu Pemupukan Tanaman Padi Sawah
Universitas Sumatera Utara
No Kecamatan
Pupuk Kg Ha Waktu Pemupukan
Urea SP-36
KCl
1 Sawang
250 50
100 Urea: 50 satu hari sebelum
tanam dan 50 21 hari setelah tanam
Sp-36: Satu hari sebelum tanam KCl: Satu hari sebelum tanam
2 Meurah
Mulia 200
100 50
3 Tanah Pasir
200 75
50
Sumber : Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Utara, 2011
Untuk perawatan tanaman padi petani menggunakan berbagai jenis pestisida yang disemprotkan pada tanaman yang terserang hama. Dinas Pertanian
Tanaman Pangan Kabupaten Aceh Utara menganjurkan penggunaan pestisida sebanyak 2 liter untuk setiap hektar tanaman padi. Namun, hasil survey
menunjukkan bahwa sebagian besar petani sampel tidak mengetahui takaran dan jenis pestisida yang digunakan karena biasanya pemberantasan hama ditangani
oleh tenaga kerja upahan dengan biaya per tangki Rp. 15.000-Rp.20.000 termasuk ke dalamnya biaya obat-obatan. Hasil survey di lapangan diketahui bahwa pada
musim tanam tahun 2011, tanaman padi di Kecamatan Meurah Mulia dan Tanah Pasir banyak terserang hama wereng, tikus dan penyakit tugro.
Usahatani padi sawah di daerah penelitian menggunakan tenaga kerja dari dalam dan luar keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga terdiri dari orang tua dan
anak-anak yang umumnya ikut membantu kegiatan usahatani. Sedangkan tenaga kerja luar keluarga adalah tenaga kerja pria dan wanita yang di bayar dengan upah
sebesar 50.000 HOK. Setelah berumur seratus hari tanaman sudah menguning dan siap untuk
dipanen. Pemanenan dilakukan dengan memotong batang tanaman menggunakan sabit. Satu hari setelah pemotongan tanaman padi dikumpulkan dan bijinya
dirontokkan menggunakan traiser. Gabah yang sudah terkumpul dijemur sampai
Universitas Sumatera Utara
kering dan bisa langsung dijual atau disimpan. Ada juga sebagian petani yang langsung menjual gabahnya tanpa dijemur terlebih dahulu dengan harga yang
relatif lebih murah dibandingkan dengan gabah yang sudah dijemur. Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan diketahui bahwa sebagian besar petani sampel
menjual hasil panennya sekitar 30-50 untuk menutupi hutang usahatani dan kebutuhan rumah tangga sedangkan sisanya disimpan untuk kebutuhan sehari-
hari. 4.3. Karakteritik Responden
Diskripsi petani sampel dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, jumlah anak, dan pengalaman berusahatani padi sawah. Berikut data tentang
karakteristik responden. Tabel 10. Karakteritik Responden
Uraian Satuan
Range Rata-rata
Terendah Tertinggi
Umur Tahun
25 83
48,02 Pendidikan
Tahun 3
17 7.78
Jumlah anak Orang
1 12
4,02 Pengalaman
Tahun 2
60 26,73
Sumber : Data primer diolah, 2012.
Umur seseorang berpengaruh terhadap keputusan dan kemampuan aktifitas
fisiknya. Umur berkaitan jelas dengan kinerja dan produktifitasnya. Semakin bertambah usia seseorang maka kemampuan untuk melakukan suatu pekerjaan
cenderung menurun. Rata-rata umur sampel adalah 48,02 tahun, menunjukkan bahwa sampel tergolong usia produktif. Simanjuntak 1985 mengelompokkan
usia produktif adalah mereka yang berada pada kelompok umur 15-55 tahun. Pada kelompok usia produktif, kemampuan untuk melakukan usahatani diperkirakan
masih relatif tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Sumber daya manusia yang diukur dari tingkat pendidikan yang merupakan faktor penting dalam mengakomodasi teknologi maupun ketrampilan
dalam usahatani padi. Kategori pendidikan meliputi pendidikan formal yang secara kuantitatif diukur dengan jumlah tahun mengikuti pendidikan yang
selanjutnya disetarakan dengan tahapan tingkat pendidikan umum. Pembahasan mengenai pendidikan dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan sampel
dalam mengelola usahataninya. Hal ini terkait dengan berbagai informasi diantaranya pengetahuan sampel terhadap pemupukan dan pembudidayaan yang
sesuai untuk tanaman padi sawah. Data yang tersaji memperlihatkan bahwa rata- rata pendidikan sampel adalah 7.78 tahun atau setara dengan pendidikan Sekolah
Menengah Pertama SMP. Maka pengelolaan usahatani padi lebih hanyak hanya menitikberatkan pada kemampuan teknis yang diperoleh secara turun temurun,
disamping mendapatkan pelatihan tehnis dari instansi terkait. Sehingga dengan berbekal pengalaman tersebut dapat berpengaruh terhadap hasil produksi padi.
Jumlah anak yang menjadi tanggungan sangat mempengaruhi pengeluaran sampel. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga maka semakin tinggi
pengeluaran untuk barang konsumtif. Bila tidak didukung dengan pendapatan rumah tangga yang memadai maka sampel akan mengurangi jumlah pengeluaran
untuk usahatani, dan hal ini juga akan mempengaruhi pola usahatani padi sawah yang dikelola oleh sampel tersebut. Jumlah tanggungan sampel rata-rata sebanyak
4 orang. Selain itu, jumlah tanggungan juga menunjukkan ketersediaan tenaga kerja dalam keluarga yang siap digunakan dalam usahatani padi. Petani sampel
mempunyai pengalaman yang bervariasi dalam usahatani padi yaitu berkisar antara 2-60 tahun. Secara rata-rata, petani sampel memiliki pengalaman
Universitas Sumatera Utara
berusahatani padi selama 26,73 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel adalah petani tradisional yang secara naluri mampu mengelola faktor-faktor
produksi.
4.4. Sarana dan Prasarana Penunjang
Untuk memperlancar kegiatan ekonomi ataupun non-ekonomi diperlukan sarana pendukung yang berupa fisik maupun non fisik yang memadai. Secara
umum sarana dan prasarana transportasi yang ada di daerah penelitian berada dalam kondisi yang kurang baik sehingga arus lalu lintas sarana produksi dan
hasil-hasil pertanian tidak berjalan lancar dan membutuhkan biaya yang relatif tinggi. Sarana perekonomian yang ada secara umum relatif sudah tersebar di
seluruh wilayah desa, misalnya kios-kios sarana produksi. Di samping itu, tersedianya Balai Penyuluhan Pertanian yang memungkinkan bagi petani untuk
mendapatkan pengetahuan tentang usahataninya. Adanya kondisi ini memungkinkan masyarakat untuk melakukan dan mengembangkan usahataninya
secara tepat dan benar.
4.5. Rata-rata Produksi dan Nilai Produksi Per Hektar Per Kecamatan
Setelah proses penanaman dan pemeliharaan, tahap akhir dari kegiatan usahatani padi adalah panen dan pasca panen. Dengan proses panen dan pasca
panen yang baik dan benar akan mendukung peningkatan produksi padi yang berkualitas. Untuk mengetahui rata-rata produksi, harga produksi dan nilai
produksi per hektar dapat dic ermati pada Tabel 11 berikut: Tabel 11. Rata-Rata Produksi, Harga Produksi Dan Nilai Produksi Per Hektar
Per Kecamatan
Universitas Sumatera Utara
No Kecamatan
Produksi Kg Ha
Harga Produksi Rpkg
Nilai Produksi Rp
1. Sawang
8.768,36 3.410
29.9000.91.78 2.
Meurah Mulia 4.996,2
3.640 18.186.168,0
3. Tanah Pasir
3.346,46 3.838
12.843.713,5
Sumber : Data primer diolah, 2012
Dari Tabel 11 tersebut menunjukkan bahwa daerah penghasil padi
tertinggi adalah Kecamatan Sawang kemudian diikuti oleh Meurah Mulia dan Tanah Pasir. Harga produksi padi rata-rata di Kecamatan Sawang sebesar RP.
3.410, Meurah Mulia sebesar Rp. 3.640, dan di Kecamatan Tanah Pasir sebesar Rp. 3.838. Untuk nilai produksi per hektarnya, Kecamatan Sawang menempati
urutan tertinggi dan Tanah Pasir sebagai urutan terendah. Rendahnya produksi padi di Kecamatan Meurah Mulia dan Tanah Pasir disebabkan petani di daerah
tersebut kurang efisien dalam menggunakan faktor produksi yang ada seperti luas lahan, jumlah benih serta pupuk. Selain itu juga dalam teknik penanamam yang
digunakan terlalu rapat sehingga produksi yang diperoleh lebih sedikit. Hal demikian dihadapkan pada fenomena penggunaan benih pada daerah penelitian
sebagian besar adalah benih konvensional yang berasal dari hasil panen terdahulu. 4.6. Analisis Finansial dan Kelayakan Usahatani Padi Sawah di Kabupaten
Aceh Utara
Biaya usahatani yang dianalisis dalam penelitian ini terdiri dari biaya sewa lahan, benih, pupuk urea, pupuk KCl, pupuk SP-36, dan tenaga kerja. Besarnya
biaya produksi usahatani selama satu musim tanam dapat dilihat pada Tabel 12.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 12. Analisis Biaya Produksi Usahatani Padi Sawah per Hektar Musim Tanam Periode Oktober 2011-Januari 2012
No Jenis
Jumlah Biaya Rp Persentase
Petani Ha
1. Sewa Lahan
1.266.594,67 4.372.929,26 33,55
2. Biaya Benih
175.040,56 604.329,06 4,64
3. Biaya Pupuk Urea
113.022,22 390.210,22 2,99
4. Biaya Pupuk SP-36
115.262,22 397.943,84 3,05
5. Biaya Pupuk KCl
125.477,78 433.213,13 3,32
6. Biaya Tenaga Kerja 1.979.388,89
6.833.857,60 52,44 Total Biaya
3.774.786,33 13.032.483,11
100,00
Sumber : Lampiran 3
Tabel 12 di atas menunjukkan bahwa biaya usahatani padi sawah per hektar adalah sebesar Rp. 13.032.483,11. Dari biaya tersebut, pengeluaran
terbesar adalah untuk membayar upah tenaga kerja yaitu sebesar 52,44. Keadaan ini menggambarkan bahwa usahatani padi sawah di daerah penelitian
adalah jenis kegiatan yang padat karya labor intensive. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam dan luar keluarga sehingga pengeluaran untuk upah
tenaga kerja sebagian merupakan pendapatan keluarga family Revenue. Lahan sawah yang digunakan sebagian besar merupakan milik pribadi keluarga
sehingga biaya sewa lahan umumnya juga termasuk bagian dari pendapatan keluarga petani. Setelah menyelesaikan analisis biaya produksi, selanjutnya
dilakukan analisis pendapatan dan analisis kelayakan usahatani padi sawah yang hasilnya dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Analisis Pendapatan dan Kelayakan Usahatani Padi Sawah per Hektar Musim Tanam Periode Oktober 2011-Januari 2012
No Uraian
Satuan Nilai Satuan
Petani Ha
Universitas Sumatera Utara
1. Produksi
Kg 1.489,22
5.141,55 2.
Nilai Produksi Revenue Rp
5.348.511,1 1
18.465.781,8
3. Biaya Produksi Cost
Rp 3.774.786,3
3 13.032.483,1
2 4.
Pendapatan Bersih Net Revenue Rp
1.573.724,7 8
5.433.298,68 5.
Pendapatan Keluarga
Family Revenue
Rp 4.819.708,3
3 16.640.085,5
4 6.
Revenue Cost Ratio RCR -
1,42 1,42
Sumber : Pengolahan Data Primer
Dari Tabel 13 di atas dapat dilihat bahwa ternyata usahatani padi sawah di daerah penelitian adalah usahatani yang menguntungkan. Hal tersebut tergambar
dari pendapatan bersih yang bernilai positif rata-rata Rp. 1.573.724,78 petani atau Rp. 5.433.298,68 Ha. Secara ekonomis, usahatani padi sawah layak untuk
diusahakan dikembangkan yang ditunjukkan oleh nilai RCR 1nilai rata-rata 1,42. Hal tersebut berarti dengan pengorbanan biaya produksi sebesar Rp. 1,00
maka petani akan memperoleh penerimaan nilai produksi sebesar Rp. 1,42 sehingga diperoleh pendapatan bersih sebesar Rp. 1,28. Dengan mengacu pada
keadaan ini, maka usahatanipadi sawah di daerah penelitian layak untuk dijaga kelestariannya bahkan untuk dikembangkan.
4.7. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi 4.7.1. Kecamatan Sawang
Produksi padi dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adalah penggunaan sarana produksi yang terdiri dari lahan, benih, pupuk, dan tenaga
Universitas Sumatera Utara
kerja. Rata-rata luas lahan sawah petani sampel di Kecamatan sawang adalah 0,18Ha. Benih yang digunakan oleh petani di Kecamatan Sawang umumnya
adalah benih unggul bersertifikat yang dijual dengan harga yang relatif murah oleh kios saprodi yang bekerjasama dengan lembaga pertanian setempat. Jumlah
benih rata-rata yang digunakan petani adalah sebanyak 42,13 kgHa. Pupuk yang digunakan oleh petani terdiri dari Urea: 278 kgHa, SP-36: 188 kgHa, dan KCL:
259,7 kgHa. Jika dibandingkan dengan dosis anjuran maka terjadi kelebihan urea sebanyak 28 Kg, SP-36 sebanyak 138 Kg, dan KCl sebanyak 159,7 Kg. Tenaga
kerja yang digunakan berasal dari dalam dan luar keluarga, untuk setiap satu hektar luas lahan membutuhkan tenaga kerja sebanyak 190,55 HOK. Untuk
mengetahui pengaruh dari masing-masing faktor produksi tersebut terhadap produksi padi di Kecamatan Sawang dilakukan analisis regresi berganda dengan
persamaan sebagai berikut:
Tk b
K b
S b
U b
B b
Lh b
a Y
6 5
4 3
2 1
, Gujarati, 2003…………..…5 Dimana :
: Produksi Padi Lh
: Luas Lahan Ha B
: Benih Kg U
: Urea Kg S
: SP-36 kg, Dummy =1, jika memakai SP-36
=0, jika tidak memakai SP-36
K : KCl Kg
Tk : CurahanTenaga Kerja HOK
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan hasil analisis regresi menggunakan soft ware SPSS versi 16.0 diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 14. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi di Kecamatan Sawang
Variabel Koefisien Nilai signifikan
Constant -360.388
.027 luas lahan
62.073 .967
Benih -6.835
.669 Urea
2.155 .433
SP-36 -187.164
.228 KCL
1.077 .776
TK 56.610
.000
Sumber : Lampiran 4
Berdasarkan Tabel 14 di atas dapat diketahui bahwa hanya curahan tenaga kerja yang memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produksi padi di
Kecamatan Sawang. Koefisien regresi diperoleh sebesar 56,610 menunjukkan bahwa peningkatan curahan tenaga kerja sebanyak 1 HOK Ha dalam usahatani
padi sawah di Kecamatan Sawang akan meningkatkan produksi padi sebanyak 56,610 kg Ha. Hal ini berarti bahwa penggunaan tenaga kerja dalam usahatani
padi sawah di Kecamatan Sawang masih kurang terutama dalam hal pemeliharaan pengendalian gulma. Luas lahan tidak berpengaruh nyata terhadap
produksi padi di Kecamatan Sawang karena lahan yang luas jika kurang pemeliharaan juga tidak akan memberikan hasil yang baik. Benih memiliki
koefisien regresi yang negatif berarti bahwa petani yang menggunakan banyak benih memiliki tingkat produksi yang lebih rendah. Di daerah penelitian diketahui
bahwa petani yang menggunakan banyak benih adalah petani yang memiliki lahan sawah dengan serangan hama keong mas sehingga membutuhkan penyulaman.
Walaupun penyulaman telah dilakukan namun produksi tetap turun karena
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan tanaman terganggu. Koefisien regresi pupuk SP-36 juga negatif yang menunjukkan bahwa petani yang menggunakan pupuk SP-36 memiliki
produksi yang lebih rendah dibandingkan dengan petani yang tidak menggunakannya. Namun demikian, pupuk SP-36 dan benih secara statistik tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap produksi padi. Pupuk tidak berpengaruh yang signifikan terhadap produksi padi kemungkinan disebabkan
karena pada dasarnya lahan sawah di Kecamatan Sawang memiliki kesuburan yang cukup baik dan pemupukan yang dilakukan oleh petani juga berbeda dengan
dosis maupun waktu yang dianjurkan. Hal ini sesuai dengan teori pemupukan yang mengatakan bahwa pupuk akan berpengaruh terhadap produksi jka diberikan
dengan dosis yang tepat Anonymous,
2006 4.7.2. Kecamatan Meurah Mulia
Rata-rata luas lahan sawah petani sampel di Kecamatan Meurah Mulia adalah 0,35 Ha. Benih yang digunakan oleh petani di Kecamatan Meurah Mulia
umumnya benih unggul bersertifikat yang dibeli dengan harga Rp.7.000- Rp.15.000 per Kg dan hanya sebagian kecil petani yang menggunakan benih
konvensional. Jumlah benih rata-rata yang digunakan petani adalah sebanyak 65,20 kgHa, hampir tiga kali lipat dari jumlah yang dianjurkan pemerintah.
Pupuk yang digunakan oleh petani terdiri dari Urea: 206,02 kgHa, SP-36: 164 kgHa, dan KCL: 168,74 kgHa. Jika dibandingkan dengan dosis anjuran maka
terjadi kelebihan urea sebanyak 6,02 Kg, SP-36 sebanyak 64 Kg, dan KCl sebanyak 118,7 Kg. Tenaga kerja yang digunakan berasal dari dalam dan luar
keluarga, untuk setiap satu hektar luas lahan membutuhkan tenaga kerja sebanyak
Universitas Sumatera Utara
135,73 HOK. Untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing faktor produksi tersebut terhadap produksi padi di Kecamatan Meurah Mulia dilakukan analisis
regresi berganda dengan persamaan sebagai berikut:
K b
S b
U b
B b
Lh b
a Y
5 4
3 2
1
, Gujarati, 2003…………..…6 Dimana :
: Produksi Padi Lh
: Luas Lahan Ha B
: Benih Kg U
: Urea Kg S
: SP-36 kg, Dummy = 1, jika memakai SP-36
= 0, jika tidak memakai SP-36 K
: KCl Kg = 1, jika memakai KCl
= 0, jika tidak memakai KCl Berdasarkan hasil analisis regresi menggunakan soft ware SPSS versi 16.0
diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 15. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi di
Kecamatan Meurah Mulia Variabel
Koefisien Nilai signifikan Constant
-1074.326 .002
luas lahan 3577.217
.000 Benih
3.575 .637
Urea 9.426
.004 SP-36
576.459 .013
KCL 388.850
.031
Sumber : Lampiran 5
Berdasarkan Tabel 15 di atas dapat diketahui bahwa luas lahan berpengaruh signifikan terhadap produksi padi di Kecamatan Meurah Mulia
dengan koefisien regresi sebesar 3.577,217. Hal ini berarti bahwa peningkatan
Universitas Sumatera Utara
luas lahan satu hektar akan meningkatkan produksi padi sebanyak 3.577,217 Kg. Luas lahan memiliki pengaruh yang dominan terhadap produksi padi di
Kecamatan Meurah Mulia. Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nur Riza 2006. Benih tidak berpengaruh signifikan terhadap
produksi padi karena berdasarkan uji statistik diperoleh bahwa nilai signifikansi lebih besar dari alpha 0,637 0,05. Rata-rata petani di Kecamatan Meurah
Mulia menggunakan benih melebihi dosis yang dianjurkan sehingga secara statistik tidak mempengaruhi hasil produksi padi. Kondisi ini sesuai dengan
penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Desky Syahrul 2008. Pupuk urea, SP-36, dan pupuk KCl berpengaruh signifikan terhadap
produksi padi di Kecamatan Meurah Mulia. Hal ini terlihat dari perolehan nilai signifikansinya yang lebih kecil dari alpha 0,004;0,013;0,031 0,05. Koefisien
regresi pupuk urea sebesar 9,426 berarti bahwa setiap penambahan satu kilogram pupuk urea per hektar akan meningkatkan produksi padi sebanyak 9,426 kg.
Pupuk SP-36 memiliki koefisien regresi sebesar 576,459 berarti bahwa petani sampel yang menggunakan pupuk SP-36 memiliki kelebihan produksi sebanyak
576,459 kgHa jika dibandingkan dengan petani yang tidak menggunakan SP-36. Koefisien regresi pupuk KCl sebesar 388,850 berarti bahwa perbedaan produksi
antara petani yang menggunakan KCl dengan petani yang tidak menggunakan KCl sebesar 388,850 kgHa. Hal tersebut menunjukkan bahwa petani sampel di
Kecamatan Meurah Mulia bisa meningkatkan produksi dengan meningkatkan penggunaan pupuk Urea, SP-36, dan KCl.
Universitas Sumatera Utara
Curahan tenaga kerja tidak dimasukkan dalam analisis regresi karena terdapat korelasi yang sangat kuat dengan luas lahan sehingga untuk menghindari
multikolinieritas maka salah satu variabel harus dikeluarkan. Dalam hal ini dipilih tenaga kerja karena umumnya petani di Kecamatan Meurah Mulia mengerjakan
usahatani padi dengan sistem borongan dengan jumlah curahan tenaga kerja yang standar per satuan luas lahan. Sehingga pertambahan jumlah curahan tenaga kerja
akan sejalan dengan pertambahan luas lahan.
4.7.3. Kecamatan Tanah Pasir