Solusi numerik model saraf terkopel I

Gambar 44. Sinkronisasi kopling saraf tipe 2 dengan nilai skala waktu berbeda. Propagasi pada tipe 1 dan 2 diatas hanya melibatkan nilai arus I app tetap dan kekuatan kopel antar kedua saraf. Sedangkan untuk perbedaan skala waktu menyebabkan dua saraf terkopel sangat sulit untuk tersinkronisasi. Jika nilai parameter lain ikut divariasikan seperti potensial pembalik V s , jenis kopling menjadi suatu saraf pemacu excitatory, dan nilai laju kopling σ, maka akan didapatkan hasil yang lebih bervariasi dari hasil simulasi diatas. Dengan demikian fenomena sinkronisasi ini sangat bergantung dengan karakteristik propagasi tiap-tiap saraf dalam suatu jaringan kompleks.

4.3.3 Solusi numerik model saraf terkopel I

app AC bergantung waktu. Seperti telah yang dijelaskan sebelumnya mengenai bahasan pengaruh arus I app bergantung waktu yang akan dibahas adalah merupakan fungsi arus AC. Dengan mensubstitusikan persamaan 38 ke dalam persamaan 54 dan 55. N NX = − ∞ − − − − − + z { g sin ~X + a g + µ¹ g g ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ 57 N NX = ∞ − ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ 58 K = s = 1,2,3, … . . , o Pada sistem kopling dua saraf, maka persamaan diatas menjadi. N . NX = − ∞ . . . − − . . − − . − + z { . sin ~X + a . + µ¹ . ∙∙∙∙∙∙∙∙ 59. G N . NX = ∞ . . − . . . ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ 59. I N NX = − ∞ − − − − − + z { sin ~X + a + µ¹ . . ∙∙∙∙∙∙∙∙∙ 59. P N NX = ∞ − ∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙∙ 59. N Hasil simulasi untuk tipe 1 dengan variasi nilai ε dihasilkan pada Gambar 45 -50 -40 -30 -20 -10 10 20 30 40 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 -60 -40 -20 20 40 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 -60 -40 -20 20 40 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 -60 -40 -20 20 40 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 V mV W m V -60 -40 -20 20 40 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 V mV W m V Far-Synchronization Near-Synchronization No Synchronization non-coupled, eps1=eps2=0 coupled, eps1=0.25 eps2=1.25 coupled, eps1=0.5 eps2=0.5 Class 2 Excitability coupled, eps1=1.75 eps2=2.5 coupled, eps1=2 eps2=2.5 Gambar 45. Sinkronisasi tipe 1 dengan arus terapan AC. Hasil simulasi pada tipe 1 menunjukan bahwa saat nilai arus menuju positif, maka frekuensi eksitasi lebih tinggi dibandingkan dengan saat nilai arus pada keadaan negatif. Kondisi ini berlaku pada keadaan terkopel maupun tidak. Hal yang membedakan adalah saat kondisi tidak terkopel, kedua saraf memiliki frekuensi yang lebih lebar dibandingkan saat keadaan terkopel. Sama seperti sebelumya, hal ini disebabkan oleh adanya potensial batasan yang memiliki tipe inhibitory. Ini berarti bahwa saat potensial saraf pertama mencapai nilai potensial pembalik V s =- 40 mV, maka seolah saraf dua akan kembali menaikan nilai potensial saraf tersebut, sehingga akan lebih cepat tereksitasi, begitu juga sebaliknya. 18 Saat keadaan saraf mulai terkopel, dapat dilihat bahwa ketika nilai ε 1 ≠ε 2 maka saraf belum tersinkronisasi. Saat nilai ε 1 =ε 2 ,maka kedua saraf sudah sinkron, namun masih memiliki perbedaan fase propagasi. Ini dapat dilihat dari hasil simulai bahwa kedua saraf memiliki propagasi yang identik dengan beda fase -40 mV. Untuk membuat fase kedua saraf sama, maka nilai awal potensial membran kedua saraf diseragamkan menjadi 0 mV. Didapatkan propagasi yang identik. Ini berarti kedua saraf telah sinkron dengan fase propagasi yang sama. Dengan mengganti nilai I max = 10 mV, I init =55 mA, dan V 3 =2 mV, untuk kedua saraf pada tipe 2, maka didapatkan hasil seperti pada Gambar 46. Hasil yang unik didapatkan pada simulasi tipe 2. Pada keadaan saraf tidak terkopel, kedua saraf diberi fase yang berbeda -40 mV, propagasi kedua saraf hanya berbeda pada bagian awal yaitu saat t400 ms. Saat t400 ms, fase kedua saraf hampir sama dan akhirnya sefase. Terlihat pada grafik garis hijau dan merah yang saling berhimpitan. Keadaan ini dapat terjadi walaupun kondisi kedua saraf tidak terkopel terisolasi satu sama lain. Sedangkan saat keadaan saraf Gambar 46. Sinkronisasi tipe 2 dengan arus terapan AC. 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 -100 100 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 -100 100 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 -50 50 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 -50 50 time ms 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 40 60 80 Class 1 Excitability Injected AC current Not coupled hij=0 coupled hij=1, eps1=0.25, eps2=1.25, not synchron coupled hij=1, eps1=0.5, eps2=0.5, synchron with different phase coupled hij=1, eps1=0.5, eps2=0.5, synchron with same phase 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 -50 50 time ms 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 -50 50 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 -50 50 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 -100 100 100 200 300 400 500 600 700 800 900 1000 40 60 80 coupled hij=1, eps1=0.5, eps2=0.5, synchron with same phase coupled hij=1, eps1=0.5, eps2=0.5, synchron with different phase coupled hij=1, eps1=0.25, eps2=1.25, not synchron Not coupled hij=0 Injected AC current Class 2 Excitability mulai terkopel dengan kekuatan yang berbeda, propagasi kedua saraf tidak sama. Saat nilai ε bernilai sama dan sefase, maka kedua saraf telah tersinkronisasi. Keadaan ini dinamakan keadaan sinkronisasi fase terkunci phase locking Synchronization. 22 Perbedaan antara propagasi tipe 1 dan 2 saraf terkopel hampir sama dengan pada saat tidak terkopel. Untuk saraf terkopel tipe 1, saat nilai arus memasuki negatif, maka frekuensi spike akan menurun. Sedangkan untuk tipe 2, saat nilai arus negatif, maka tidak akan terjadi spike, melainkan terjadi pemuluran waktu delay yang menyebabkan bursting. Khusus untuk tipe 2, antara keadaan terkopel dan tidak adalah saat terkopel, frekuensi bursting akan lebih cepat terjadi dibandingkan saat tidak terkopel. Ini berkaitan dengan penjelasan sebelumnya pada tipe 1, bahwa jenis kopling diatas adalah merupakan jenis inhibitory.

4.4 Solusi Numerik pada n Saraf Terkopel