15
membentuk gelombang. Pengadukan harus dilakukan untuk mencegah penumpukan nutrien pada satu titik.
Selama kultivasi dilakukan pengukuran rapat optis kultur menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 480 nm. Pengukuran rapat
optis kultur digunakan untuk menentukan waktu pemanenan. Pengukuran dilakukan setiap hari pada pukul 09.30 WIB. Pengambilan sampel dilakukan
setelah dilakukan pengadukan supaya sampel yang diambil seragam.
3.3.2 Pemanenan dan pengeringan
pemanenan Spirulina dilakukan saat kepadatan sel sudah cukup tinggi rapat optis kultur 1 yaitu pada hari ke-10 dan 18. Pemanenan dilakukan
dengan cara menyaring biomasa menggunakan kain nylon mesh dengan kerapatan 20 µm. Sebelum penyaringan dilakukan, kultur Spirulina dipindahkan terlebih
dahulu ke bak penampungan sementara. Hal ini dilakukan untuk mempermudah penyaringan kultur Spirulina dari wadah plastik. Kultur Spirulina yang telah
ditampung langsung disaring ke bak penampungan kedua. Media kultivasi hasil penyaringan selanjutnya dimasukkan ke dalam wadah plastik untuk ditumbuhkan
kembali. Pengeringan biomasa Spirulina dilakukan berdasarkan hasil penelitian
Mohammad 2007, yaitu biomasa dikeringkan pada suhu ruang 25-30
o
C. Untuk mempercepat waktu pengeringan, biomasa dihamparkan pada tempat yang
lapang dan diberi aliran udara menggunakan kipas angin. Pengeringan dengan cara ini dapat menghasilkan kadar fikosianin sebesar 8,090 .
3.3.3 Ekstraksi fikosianin
Ekstraksi fikosianin dilakukan berdasarkan metode Lorenz 1998. Fikosianin diekstraksi dari Spirulina menggunakan larutan buffer fosfat 100 mM
pH 7. Prosedur ekstraksi dilakukan dengan cara menambahkan larutan buffer fosfat ke dalam contoh kering Spirulina yang akan diekstraksi. Campuran buffer
fosfat dan Spirulina dikocok menggunakan vorteks agar tercampur semua. Sampel disimpan dalam lemari pendingin pada suhu 10
o
C selama 24 jam. Campuran dikocok dan disentrifugasi untuk memisahkan fikosianin dari biomasa Spirulina.
Sentrifugasi dilakukan dengan kecepatan minimum 3500 rpm selama 5 menit pada suhu 10
o
C. Analisis kuantitatif fikosianin berdasarkan metode Lorenz 1998. Kadar
fikosianin dihitung dengan mengukur absorbansi fikosianin pada panjang gelombang 620 nm, dengan buffer fosfat sebagai blanko. Persentase fikosianin
dalam bahan dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:
3.3.4 Pengeringan fikosianin
Fikosianin dikeringan menggunakan dua metode berbeda, yaitu pengeringan menggunakan suhu tinggi dan suhu rendah. Pengeringan dengan
suhu tinggi dilakukan menggunakan spray dryer, sedangakan pengeringan dengan suhu rendah dilakukan menggunakan freeze dryer. Alat spray dryer yang
digunakan untuk pengeringan fikosianin adalah Büchi 190 Mini Spray Dryer. Prinsip pengeringan menggunakan spray dryer penyemprotan larutan contoh
dalam bentuk partikel kecil droplet melewati media pengering bersuhu tinggi Dubey et al. 2009.
Pengeringan dengan suhu rendah menggunakan freeze dryer dengan suhu pengeringan kurang dari -18
o
C. Prosedur pengeringan dengan freeze dryer dilakukan dengan menyiapkan larutan fikosianin dan dimasukkan kedalam tabung
khusus yang disediakan. Fikosianin dalam tabung dimasukkan kedalam freezer hingga larutan membeku. Kemudian tabung berisi larutan fikosianin membeku
dipasangkan pada alat freeze dryer yang sudah dihidupkan. Selanjutnya, keran pengatur tekanan dibuka agar uap air yang tersublim dapat berpindah dari bahan.
Proses ini berlangsung hingga bahan benar-benar kering.
3.3.5 Amobilisasi fikosianin menggunakan kitosan