TUJUAN MANFAAT PENELITIAN PATI

starch RS. Resistant starch RS adalah bagian dari pati yang tidak dapat dicerna oleh usus halus manusia yang sehat Gonzales, et al., 2004. RS akan masuk ke usus besar dan difermentasi oleh mikroflora dalam usus, sehingga dapat menstimulir pertumbuhan bakteri baik, terutama Bifidobacteria dan Lactobacillus yang bermanfaat. Karena sifatnya ini, RS berpotensi sebagai prebiotik. Sumber prebiotik yang sering digunakan adalah FOS Fruktooligosakarida, GOS Galaktooligosakarida dan inulin. Apabila dikonsumsi terlalu banyak, sumber prebiotik komersial ini dapat menyebabkan konstipasi. Menurut Lehmann 2002, dibandingkan dengan FOS, RS memiliki beberapa keuntungan yaitu memiliki indeks glisemik yang rendah, tidak menyebabkan konstipasi, dan menurunkan kolesterol . Suatu bahan pangan dengan kadar amilosa yang tinggi dapat dibuat menjadi RS. Garut, gadung dan talas memiliki kadar amilosa yang cukup tinggi sehingga dapat dibuat menjadi RS yang berpotensi sebagai prebiotik.

B. TUJUAN

Penelitian ini bertujuan mempelajari karakteristik RS tipe III dan tipe IV dari pati garut Maranta arundinacea L, gadung Dioscorea hispida Dennst dan talas Colocasia esculenta L Schoot serta potensinya sebagai prebiotik.

C. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian ini adalah meningkatkan nilai tambah pati garut Maranta arundinacea L, gadung Dioscorea hispida Dennst, dan talas Colocasia esculenta L Schoot dalam bentuk Resistant Starch yang diharapkan bersifat sebagai prebiotik dan sumber serat makanan. II. TINJAUAN PUSTAKA

A. UMBI 1. Garut

Maranta arundinacea L Garut berasal dari Amerika Selatan, khususnya daerah beriklim tropis, kemudian menyebar ke negara-negara tropis lainnya seperti Indonesia, India, Sri Lanka dan Filipina Anonim, 2004a. Di berbagai daerah di Indonesia, garut dikenal dengan nama sagu banban Batak, marus Bali, dan patat sagu Sunda. Dalam farmakologi Cina, garut dikenal dengan nama Cuk Yu Anonim, 2003b. Garut membutuhkan tanah yang gembur, tak mengandung pasir, dan dapat tumbuh subur baik pada ketinggian 500 meter sampai 1.500 meter Anonim, 2003b. Tanah yang lembab dan tempat-tempat yang terlindung merupakan habitat yang terbaik untuk tanaman garut. Garut merupakan tanaman berumur panjang, usianya mencapai 7 tahun, dan dapat dipanen setiap tahun Anonim, 2000a. Gambar 1. Umbi Garut Maranta arundinacea L Gambar 2. Tanaman Garut Maranta arundinacea L Tanaman garut memiliki ketinggian 0,5 meter sampai 1 meter. Daunnya berwarna hijau, di sisi bawah berambut halus, berbentuk jorong panjang dengan ujung yang meruncing. Bunga garut berbunga majemuk dan berwarna putih Anonim, 2003b. Tanaman garut berakar serabut. Rhizomanya mula-mula tampak berupa batang yang merayap, lalu menembus ke dalam tanah, dan membengkak menjadi suatu organ berdaging. Rhizoma garut memiliki sifat yang khas, yaitu melengkung seperti busur panah, berwarna putih, berdaging, dan terbungkus sisik-sisik yang saling menutupi. Panjangnya sekitar 20 - 40 cm dengan diameter 2 - 5 cm Anonim, 2000. Berdasarkan karakteristik umbinya, garut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu garut Banana dan garut Creole. Menurut Villamajor dan Jurkema 1996, Creole mempunyai rimpang yang panjang dan langsing, lebih menyebar dan menembus ke dalam tanah, lebih berserat, tumbuh bergerombol dekat permukaan tanah, lebih mudah dipanen dan diolah untuk diambil patinya. Kultivar Banana mempunyai rimpang yang lebih pendek dan gemuk, tumbuh dengan tandan terbuka pada pemukaan tanah, sehingga lebih mudah dipanen. Umbi garut dibungkus dengan sisik-sisik yang membungkus secara teratur. Sisik-sisik berwarna putih sampai coklat pucat. Greenwood 1956 menyatakan bahwa kadar amilosa dalam pati garut adalah 20.5. Komposisi kimia umbi garut kultivar Creole dan Banana dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Kimia Umbi Garut Dalam 100 Gram Bahan Komposisi Kultivar Creole Banana Air g 69.1 72.0 Abu g 1.4 1.3 Lemak g 0.1 0.1 Serat g 1.3 0.6 Protein kasar g 1.0 2.2 Pati g 21.7 19.4 Sumber : Villamajor dan Jurkema 1996

2. Gadung Dioscorea hispida Dennst

Umbi gadung berasal dari India. Gadung adalah sejenis tanaman umbi-umbian liar yang banyak tumbuh di wilayah tropis. Umbi gadung merupakan umbi dari tanaman menjalar yang termasuk dalam famili Dioscoreaceae . Gadung termasuk ke dalam kelas Monocotylodonae ordo Liliflorae Lingga, 1995. Gadung biasa tumbuh di hutan, dan semak belukar. Tanaman ini memiliki tinggi 5 - 10 meter. Batangnya kecil dan bulat, ditumbuhi bulu, dan duri yang tajam. Daunnya adalah daun majemuk yang terdiri dari tiga helai daun atau lebih, berbentuk jantung, dan berurat seperti jala. Bunga tumbuhan ini terletak pada ketiak daun, tersusun dalam bulir dan berbulu. Pada pangkal batang tumbuhan gadung terdapat umbi yang besar dan kaku yang terletak di dalam tanah. Kulit umbi berwarna gading atau coklat muda dan daging umbinya berwarna kuning atau putih gading. Anonim, 2002. Tebal kulit gadung antara 0.15 cm sampai 0.3 cm dan diameternya antara 10 cm sampai 15 cm Lingga, 1995. Gambar 3. Umbi Gadung Dioscorea hispida Dennst Gambar 4. Daun Gadung Dioscorea hispida Dennst Umbi ini berbentuk bulat panjang dengan sisi yang sejajar atau melebar terhadap puncak, luasnya semakin menyempit di sekeliling alas. Umbi yang sudah masak berwarna coklat atau kuning kecoklatan, dan berbulu halus . Menurut Sutikno 1980, kadar amilosa pati gadung adalah sebesar 10.24. Komposisi kimia umbi gadung dapat dilihat pada Tabel 2 Wijandi, 1976. Tabel 2. Komposisi Kimia Umbi Gadung Komponen Persen Kadar air 78.0 Karbohidrat 18.0 Lemak 0.16 Protein 1.81 Serat kasar 0.93 Kadar abu 0.69 Diosgenin 0.20-0.70 Dioscorin 0.04 Sumber : Wijandi 1976 Berdasarkan bobot kering Gadung mengandung senyawa sianida dan alkaloid dioskorin yang bersifat racun yang secara alami terdapat dalam umbi. Gejala-gejala keracunan yang timbul akibat mengkonsumsi gadung malproses antara lain adalah adanya rasa tidak enak di kerongkongan yang kemudian dilanjutkan dengan pening, lemas dan muntah-muntah Lingga, 1995.

3. Talas Colocasia esculenta L Schoot

Talas merupakan jenis umbi-umbian yang banyak terdapat di daerah tropis dan subtropis. Talas berasal dari daerah Asia Tenggara, menyebar ke Cina pada abad pertama, ke Jepang, ke daerah Asia Tenggara lainnya dan beberapa pulau di Samudera Pasifik Anonim, 2005. Tumbuhan talas berupa herba bergetah dengan ketinggian mencapai 40 cm hingga 1.5 meter. Talas biasa tumbuh liar di pinggiran air sungai, rawa, tanah tandus, atau ditanam. Tumbuhan ini hidup baik di ketinggian 250 sampai 2000 meter di atas permukaan laut. Tumbuhan talas memiliki daun berjumlah 2 sampai 5 helai, bertangkai dan berwarna hijau, bergaris- garis hijau tua atau keungu-unguan. Bagian batang talas di bawah tanah berbentuk umbi. Curah hujan untuk pertumbuhan tanaman talas adalah 175 cm per tahun. Talas juga dapat tumbuh di dataran tinggi, pada tanah tadah hujan dan tumbuh sangat baik pada lahan yang bercurah hujan 2000 mm per tahun atau lebih. Selama pertumbuhan, tanaman talas menyukai tempat terbuka dengan penyinaran penuh serta tanaman ini mudah tumbuh pada lingkungan dengan suhu 25-30ºC dan kelembaban tinggi Anonim, 2005. Gambar 5. Umbi Talas Colocasia esculenta L Schoot Gambar 6. Tanaman Talas Colocasia esculenta L Schoot Umbi talas terletak di bagian bawah pokok batang talas. Umbi ini dimanfaatkan sebagai bahan makanan. Umbi talas dapat mencapai berat 4 kg atau lebih dengan bentuk silinder atau bulat, berukuran 30x15 cm dan warna kulit luar umumnya coklat Anonim, 2004b. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hartati dan Prana 2003, kadar amilosa talas yang diuji pada 20 kultivar talas adalah berkisar antara 10.54 - 21.44 . Pada Tabel 3 dapat dilihat komposisi kimia talas per 100 gram bahan mentah. Tabel 3. Komposisi Kimia Talas Per 100 Gram Bahan Mentah Kandungan gizi Jumlah Energi Kadar air Protein Lemak Serat Total karbohidrat Abu Ca P Fe K Na Karoten Thiamin Riboflavin Niacin Asam askorbat 393 KJ 75.4 2.2 g 0.4 g 0.8 g 21.0 g 1.0 g 34 mg 62 mg 1.2 mg 448 mg 10 mg 2.0 mg 0.12 mg 0.04 mg 1.0 mg 8.0 mg Sumber : FAO 1990 Varietas talas yang ada di Bogor menjadi tiga kelompok yaitu : 1. Talas pandan, varietas ini mempunyai ciri berpohon pendek, bertangkai daun agak keunguan, pangkal batang berwarna merah atau kemerahan dengan umbi lonjong berkulit coklat dan daging berwarna keunguan, seperti direbus berbau pandan. 2. Talas lampung, varietas ini mempunyai ciri daun dan pelepah daun berwarna kuning keunguan, umbi berwarna kuning dan besar. 3. Talas sutera, varietas ini mempunyai ciri berdaun halus yang berwarna hijau muda, pelepah daun hijau dengan pangkal berwarna putih dan umbi berwarna putih yang rasanya enak Anonim, 2004b.

B. PATI

Pati adalah salah satu dari jenis polisakarida yang disimpan sebagai cadangan makanan tumbuh-tumbuhan, yang terdapat dalam biji-bijian, batang maupun umbi-umbian. Pati merupakan homopolimer glukosa dengan ikatan α- glikosidik. Pati terdiri dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut amilosa dan fraksi tidak larut disebut amilopektin. Amilosa mempunyai struktur lurus dengan ikatan α-1,4-D-glukosa, sedang amilopektin mempunyai cabang dengan ikatan α-1,4-D-glukosa sebanyak 4- 5 dari berat total. Pati dalam jaringan tanaman mempunyai bentuk granula butir yang berbeda-beda. Dengan mikroskop, jenis pati dapat dibedakan karena mempunyai bentuk, ukuran dan letak hilum yang unik Winarno, 1997. Pada daerah dimana rantai-rantai polimer tersusun secara teratur di dalam molekul pati dinyatakan sebagai daerah kristal. Diantara daerah-daerah teratur tersebut terdapat susunan rantai-rantai polimer tidak teratur yang disebut daerah amorf Winarno,1997. Bentuk granula pati adalah semikristalin yang terdiri dari unit kristal dan unit amorf. Kira-kira 70 dari massa pati tersusun atas daerah amorf dan 30 sebagai daerah kristal. Daerah amorf mengandung sejumlah amilosa sebagai komponen utama, tetapi juga mengandung sejumlah amilopektin. Penyusun utama daerah kristalin adalah amilopektin Belitz dan Grosch, 1999. Apabila pati mentah dimasukkan ke dalam air dingin, granula patinya akan menyerap air dan membengkak. Granula pati dapat dibuat membengkak luar biasa, tetapi bersifat tidak dapat kembali lagi pada kondisi semula. Perubahan tersebut disebut gelatinisasi Winarno, 1997. Gelatinisasi membuat molekul pati dapat sepenuhnya dicerna oleh enzim pencernaan. Pada umumnya gelatinisasi terjadi pada suhu 40-120 C tergantung dari asal tanaman dan kadar amilosanya. Pada saat didinginkan, molekul-molekul amilosa berikatan kembali satu sama lain serta berikatan dengan cabang amilopektin pada pinggir luar granula. Dengan demikian, mereka menggabungkan butir pati yang membengkak itu menjadi semacam jaring-jaring membentuk mikrokristal dan membengkak. Proses kristalisasi kembali pati yang telah mengalami gelatinisasi tersebut disebut retrogadasi Winarno, 1997.

C. RESISTANT STARCH RS