Penelitian II Pulsing HASIL DAN PEMBAHASAN

37

B. Penelitian II Pulsing

1. Persentase Bunga Layu Pulsing merupakan salah satu cara untuk dapat memperpanjang masa kesegaran bunga potong dengan merendam tangkai bunga pada larutan pengawet pulsing. Pada penelitian ini digunakan dua larutan pulsing dan satu kontrol untuk membandingkannya. Adapun komposisi larutan pulsing tersebut adalah 10 sukrosa + 500 ppm AgNO 3 + 150 ppm asam sitrat larutan A dan 5 sukrosa + 150 ppm AgNO 3 + 300 ppm asam sitrat larutan B. Selanjutnya bunga potong direndam pada kedua larutan pulsing di atas dan kontrol yang masing-masing dilakukan selama 60 menit, 90 menit, dan 120 menit. Kemudian pengamatan dilakukan pada suhu 10 o C, suhu 20 o C, dan suhu ruang. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa faktor jenis larutan, waktu pulsing, dan suhu penyimpanan memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap persentase tingkat kelayuan bunga potong. Berikut tabel persentase tingkat kelayuan bunga potong selama penyimpanan setelah perlakuan pulsing. Tabel 11. Bunga Layu Selama Penyimpanan setelah perlakuan pulsing Perlakuan Bunga Layu 10 o C 20 o C Ruang A60 45.24 49.34 51.31 A90 48.39 51.24 52.32 A120 51.9 58.66 52 B60 48.09 50.82 54.64 B90 52.49 59.19 55.72 B120 53.07 58.72 58.24 C60 56.73 57.75 60.07 C90 57.98 61.09 61.05 C120 57.49 57.99 62.61 Keterangan : A = 10 sukrosa + 500 ppm AgNO 3 + 150 ppm asam sitrat B = 5 sukrosa + 150 ppm AgNO 3 + 300 ppm asam sitrat C = kontrol akuades 60 = pulsing 60 menit 90 = pulsing 90 menit 120 = pulsing 120 menit 38 Tabel 12. Hasil uji Duncan suhu penyimpanan dalam pulsing terhadap persentase bunga layu Suhu Rata-rata Signifikasi 10 o C 52.3739 B 20 o C 56.0217 A Ruang 56.4217 A Dari uji lanjut wilayah berganda Duncan pada faktor suhu diperoleh bahwa suhu 10 o C berbeda nyata dengan suhu ruang dan suhu 20 o C. Rata- rata persentase bunga layu pada suhu10 o C sebesar 52.3739 , kemudian pada suhu 20 o C diperoleh 56.0217 , dan pada suhu ruang adalah 56.4217 . Rendahnya tingkat kelayuan bunga potong pada suhu 10 o C dikarenakan enzim-enzim yang berperan dalam proses respirasi tidak aktif sehingga proses pematangan menjadi lebih lama. Pada gambar 17 untuk parameter bunga layu, terlihat bahwa suhu 10 o C memberikan umur bunga shelf life paling tinggi 11.75 hari diantara suhu 20 o C dan suhu ruang. Sehingga suhu 10 o C merupakan suhu terbaik selama masa penyimpanan bunga potong Gerbera setelah perlakuan pulsing karena menghasilkan persentase bunga layu paling rendah. Mayak et al., 1974 menyatakan bahwa kelayuan berhubungan dengan penurunan potensial air pada jaringan. Layu merupakan terkulai dan mengerutnya jaringan akibat perubahan sifat elastisitas karena menurunnya tekanan turgor. Keadaan ini harus diimbangi dengan penyerapan larutan yang cukup untuk mempertahankan kesegaran. Tabel 13. Hasil uji Duncan jenis larutan pulsing terhadap bunga layu Jenis Larutan Rata-rata Signifikasi LA 51.1522 C LB 54.5517 B LC 59.1133 A Setelah dilakukan uji lanjut wilayah berganda Duncan pada taraf jenis larrutan pulsing diperoleh bahwa ketiga larutan, larutan A 10 sukrosa + 500 ppm AgNO 3 + 150 ppm asam sitrat, larutan B 5 sukrosa + 150 ppm AgNO 3 + 300 ppm asam sitrat dan larutan C kontrol, saling berbeda nyata satu dengan yang lainnya. Rata-rata persentase kelayuan bunga untuk jenis larutan A sebesar 51.1522 , larutan B memiliki 39 persentase bunga layu sebesar 54.5517 , dan persentase bunga layu larutan C sebesar 59.1133 . Kelayuan merupakan tahap normal yang selalu terjadi pada siklus kehidupan tanaman Winarno dan Aman, 1979, kelayuan dapat dipercepat oleh adanya stres seperti stres air water stress ataupun terkena etilen Baker, 1983. Dengan penggunaan larutan pulsing, kebutuhan akan air dapat diperoleh dari larutan tersebut. Akan tetapi larutan pulsing tidak hanya mengandung air, karena pada bunga yang dipotong masih memerlukan cadangan karbohidrat untuk kelangsungan respirasi. Selama keragaan larutan yang digunakan adalah akuades. Kebutuhan air selama keragaan diperoleh dari akuades tersebut, sedangkan kebutuhan akan karbohidrat untuk respirasi dan metabolisme hanya diperoleh dari cadangan yang terdapat pada batang. Rendahnya karbohidrat yang dimiliki oleh bunga yang direndam hanya menggunakan akuades kontrol menyebabkan respirasi yang terjadi sangat rendah sehingga kelayuan akan terjadi Nelson, 1981. Kelayuan dapat terjadi karena hambatan penyerapan air yang disebabkan oleh bakteri, jamur, dan mikroorganisme lainnya Nelson, 1981. Sedangkan pulsing pada taraf jenis larutan A 10 sukrosa + 500 ppm AgNO 3 + 150 ppm asam sitrat, dan larutan B 5 sukrosa + 150 ppm AgNO 3 + 300 ppm asam sitrat telah mempunyai tambahan sukrosa selain dari hasil fotosintesis bunga sebelum dipotong. Sehingga karbohidrat untuk respirasi telah cukup tersedia. Namun komposisi larutan pulsing A lebih baik dibandingkan dengan komposisi larutan pulsing B karena memiliki persentase bunga layu yang lebih rendah. Adanya AgNO 3 pada larutan pulsing A dan B, dapat memperlambat kelayuan, karena AgNO 3 berfungsi sebagai pengambat dan mencegah pertumbuhan bakteri. Sehingga penyumbatan pada batang yang disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri dapat dihindari. Di samping itu peran asam sitrat juga dapat bersifat antibiotik untuk mencegah pertumbuhan bakteri Reid, 1985, Halevy dan Mayak 1981. 40 Tabel 14. Hasil uji Duncan Waktu pulsing terhadap persentaase bunga layu Waktu menit Rata-rata Signifikasi t 60 52.5978 B t 90 55.4939 A t 120 56.7256 A Selanjutnya setelah dilakukan uji lanjut wilayah berganda Duncan untuk faktor waktu pulsing diperoleh waktu pulsing 60 menit t 60 berbeda nyata 120 menit t 120 dan waktu pulsing 90 menit t 90 dimana rata-rata persentase bunga layu yang dihasilkan dengan lama pulsing 60 menit adalah 52.5978, untuk lama pulsing 90 menit menghasilkan tingkat kelayuan bunga 55.4939, dan untuk lama pulsing 120 menit persentase bunga layunya adalah 56.7256. Hal ini disebabkan karena konsentrasi sukrosa yang digunakan terlalu tinggi untuk jenis bunga potong Gerbera sehingga waktu yang dibutuhkan untuk perendaman sebaiknya lebih rendah untuk mendapatkan hasil yang optimum. Sehingga waktu perendaman larutan pulsing selama 60 menit merupakan waktu perendaman terbaik. 10 20 30 40 50 60 70 A6 A9 A1 20 B6 B9 B1 20 C 60 C9 C 120 Pulsing B u n g a L ayu T10 T20 TRuang Gambar 12. Histogram persentase bunga layu selama penyimpanan setelah perlakuan pulsing 2. Jumlah Larutan Terserap Penyerapan larutan dilakukan berhubungan dengan adanya transpirasi yang dilakukan oleh bunga. Transpirasi merupakan kehilangan air karena adanya penguapan evaporasi dari jaringan bunga. Untuk mengatasi 41 kehilangan air tersebut, dilakukan penyerapan air dari lingkungannya dalam hal ini wadah bunga yang berisi air. Tabel 15. Jumlah Larutan Terserap Selama Penyimpanan setelah perlakuan pulsing Perlakuan Jumlah Larutan Terserap mlbatang 10 20 Ruang A60 9.75 9.85 10.9 A90 8.75 9.75 11.75 A120 8.25 7.9 10.3 B60 9.5 8.75 9.75 B90 7.9 8.25 9.68 B120 9.25 7.75 8.5 C60 7.75 7.4 8.75 C90 7.43 7.25 7.75 C120 7.25 6.45 7.15 Keterangan : A = 10 sukrosa + 500 ppm AgNO 3 + 150 ppm asam sitrat B = 5 sukrosa + 150 ppm AgNO 3 + 300 ppm asam sitrat C = kontrol akuades 60 = pulsing 60 menit 90 = pulsing 90 menit 120 = pulsing 120 menit Dari tabel 15, terlihat bahwa kisaran penyerapan larutan selama penyimpanan setelah perlakuan pulsing adalah sebanyak 6.45 – 11.75 mlbatang. Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa taraf jenis larutan pulsing memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap jumlah larutan yang diserap bunga potong sedangkan faktor waktu pulsing dan suhu hanya berpengaruh nyata. Tabel 16. Hasil uji Duncan suhu penyimpanan dalam pulsing terhadap jumlah larutan terserap bunga potong Suhu Rata-rata Signifikasi 20 o C 8.1500 B 10 o C 8.4250 B Ruang 9.3861 A Hasil uji lanjut wilayah berganda Duncan terhadap faktor suhu diperoleh bahwa penyerapan larutan pada suhu 10 o C dan 20 o C berbeda nyata dengan penyerapan larutan pada suhu ruang. Rata-rata penyerapan larutan pada suhu 10 o C rata-rata penyerapan larutannya 8.425, mlbatang, 42 rata-rata penyerapan larutan pada suhu 20 o C adalah 8.15 mlbatang, dan penyerapan larutan pada suhu ruang adalah 9.3861 ml batang. Sehingga semakin tinggi suhu maka menyebabkan penyerapan larutan akan semakin tinggi pula karena pada suhu ruang, aktivitas dan metabolisme yang terjadi sangat tinggi yang berakibat pada proses respirasi yang semakin cepat sehingga membutuhkan banyak air untuk mengganti kehilangan tersebut agar mampu bertahan hidup. Tabel 17. Hasil uji Duncan jenis larutan pulsing terhadap jumlah larutan terserap Jenis Larutan Rata-rata Signifikasi LA 9.6833 A LB 8.8139 B LC 7.4639 C Hasil uji lanjut wilayah berganda Duncan pada faktor jenis larutan pulsing diperoleh ketiga jenis larutan di atas LA, LB, dan LC saling berpengaruh nyata satu dengan yang lain. Jenis larutan A 10 sukrosa + 500 ppm AgNO 3 + 150 ppm asam sitrat menghasilkan jumlah penyerapan larutan paling besar yaitu 9.6833 mlbatang. Sementara LB 5 sukrosa + 150 ppm AgNO 3 + 300 ppm asam sitrat mengasilkan jumlah penyerapan larutan 8.8139 mlbatang, dan penyerapan larutan pada jenis larutan C kontrol sebesar 7.4639 mlbatang. Dari kedua jenis larutan di atas LA dan LB terlihat jelas keduanya tampak lebih dominan dalam penyerapan larutan dibandingkan dengan jenis larutan C. Hal ini disebabkan adanya peran asam sitrat dalam meningkatkan efektifitas penyerapan larutan serta sukrosa yang berfungsi untuk menjaga tekanan osmotik pada bunga potong, sehingga penyerapan air dapat lebih baik Darmawan dan Baharsyah, 1983. Gangguan penyerapan larutan juga dapat terjadi karena adanya mikroorganisme. Mikroorganisme dan zat-zat kimia yang dihasilkan menyumbat ujung batang, sehingga penyerapan air terbatas. Mikroorganisme tersebut terus berkembang dan pada akhirnya menyumbat saluran xylem Nelson, 1981. Hal ini terjadi pada kontrol, yaitu pengamatan secara visual terlihat adanya kekeruhan yang berupa lendir 43 terdapat dalam larutan. Penyerapan larutan pada kontrol lebih rendah dibandingkan dengan larutan pengawet pulsing. Oleh karena itu, adanya AgNO 3 sebagai bakterisida Aarts, 1957 di dalam Halevy dan Mayak, 1981 dan asam sitrat yang mempunyai sifat antibiotik ini Reid, 1985 dapat menghambat perkembangbiakan bakteri. Keadaan ini dapat dilihat pada grafik perubahan parameter mutu bunga selama penyimpanan setelah perlakuan pulsing, pada parameter jumlah larutan terserap. Pada grafik terlihat bahwa penyerapan larutan tiga hari pertama mengalami kenaikan yang signifikan, tetapi mulai hari keempat dan selanjutnya mengalami penurunan sesuai jenis larutannya. Keaadaan ini merupakan suatu fenomena yang umum terjadi pada bunga potong Mayak et al., 1974. Akan tetapi dalam penelitian ini terlihat bahwa penyerapan larutan oleh bunga potong yang menggunakan larutan pulsing lebih lambat penurunannya daripda kontrol. Hal ini disebabkan oleh mikroorganisme yang terdapat pada kontrol. Tabel 18. Hasil uji Duncan Waktu pulsing terhadap jumlah larutan terserap Waktu menit Rata-rata Signifikasi t 60 9.1556 A t 90 8.7222 A t 120 8.0833 B Selanjutnya pada faktor waktu setelah dilakukan uji lanjut wilayah berganda Duncan diperoleh bahwa waktu pulsing selama 60 menit dan waktu pulsing selama 90 menit tidak berbeda nyata satu dengan lainnya, namun berbeda nyata dengan waktu pulsing selama 120 menit. Rata-rata jumlah larutan terserap dengan waktu pulsing selama 60 menit sebanyak 9.1556 mlbatang, waktu pulsing selama 90 menit sebanyak 8.7222 mlbatang dan penyerapan larutan dengan waktu pulsing selama 120 menit sebanyak 8.0833 mlbatang. Sehingga waktu perendaman larutan pulsing selama 60 menit merupakan waktu yang paling optimum untuk penyerapan jumlah larutan 44 2 4 6 8 10 12 14 A6 A9 A1 20 B6 B9 B1 20 C6 C9 C 12 Pulsing L ar u tan T er ser ap ml ba ta ng T10 T20 TRuang Gambar 13. Histogram rata-rata jumlah larutan terserap selama penyimpanan setelah perlakuan pulsing 3. Persentase Tingkat Pencoklatan Tingkat pencoklatan bunga potong sangat perlu diperhatikan karena akan berdampak pada nilai ekonomis bunga potong tersebut. Makin rendah tingkat pencoklatan bunga potong maka akan meningkatkan nilai jual bunga potong tersebut. Tabel 19. Persentase Tingkat Pencoklatan Selama Penyimpanan setelah perlakuan pulsing Perlakuan Browning 10 o C 20 o C Ruang A60 45.59 49.07 49.09 A90 46.24 51.19 49.57 A120 47.89 51.9 51.07 B60 47.67 51.59 50.05 B90 49.74 53.9 50.9 B120 49.69 54.23 52.24 C60 50.84 59.91 57.57 C90 51.92 60.52 58.82 C120 53.19 62.41 60.07 Keterangan : A = 10 sukrosa + 500 ppm AgNO 3 + 150 ppm asam sitrat B = 5 sukrosa + 150 ppm AgNO 3 + 300 ppm asam sitrat C = kontrol akuades 60 = pulsing 60 menit 90 = pulsing 90 menit 120 = pulsing 120 menit 45 Dari tabel di atas terlihat jelas bahwa kisaran tingkat pencoklatan bunga potong setelah perlakuan pulsing adalah 45.59 – 62.41 . Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa faktor jenis larutan pulsing dan suhu memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap tingkat pencoklatan bunga potong. Sedangkan faktor waktu pulsing hanya berpengaruh nyata. Tabel 20. Hasil uji Duncan suhu penyimpanan dalam pulsing terhadap tingkat pencoklatan bunga potong Suhu Rata-rata Signifikasi 10 o C 49.5622 C Ruang 53.0189 B 20 o C 54. 9650 A Dari hasil uji lanjut wilayah berganda Duncan berdasarkan faktor suhu diperoleh bahwa tingkat pencoklatan ketiga suhu 10 o C, 20 o C, dan ruang saling berbeda nyata satu dengan lainnya. Rata-rata tingkat pencoklatan browning pada suhu 10 o C tingkat pencoklatan sebesar 49.5622, pada suhu ruang sebesar 53.0189 dan pada suhu 20 o C sebesar 54.965. Hal ini menunjukkan bahwa suhu 10 o C merupakan suhu penyimpanan terbaik setelah perlakuan pulsing untuk parameter browning, karena menghasilkan rata-rata persentase yang paling rendah sekaligus umur bunga yang paling tinggi yaitu 15.25 hari. Tabel 21. Hasil uji Duncan jenis larutan pulsing terhadap tingkat pencoklatan browning bunga potong Jenis Larutan Rata-rata Signifikasi LA 49.1933 C LB 51.1094 B LC 57.2433 A Hasil uji lanjut wilayah berganda Duncan menunjukkan bahwa ketiga jenis larutan pulsing di atas LA, LB, dan LC saling berpengaruh nyata antara satu dengan yang lainnya. Untuk jenis larutan A 10 sukrosa + 500 ppm AgNO 3 + 150 ppm asam sitrat, menghasilkan rata-rata tingkat pencoklatan paling rendah yaitu sebesar 49.1933, kemudian untuk jenis larutan B 5 sukrosa + 150 ppm AgNO 3 + 300 ppm asam sitrat rata-rata tingkat pencoklatannya adalah 51.1094, sedangkan untuk jenis larutan 46 C kontrol menghasilkan rata-rata tingkat pencoklatan yang paling tinggi yaitu 57.2433. Tingkat pencoklatan ini saling berkaitan dengan kelayuan bunga. Semakin cepat bunga mengalami respirasi, maka bunga menjadi lebih cepat layu yang mengakibatkan tingkat pencoklatan pun semakin cepat. Berbeda halnya dengan larutan A dan larutan B, yang menggunakan sukrosa sebagai sumber energi cadangan makanan yang digunakan untuk proses respirasi dan metabolisme, AgNO 3 sebagai bakterisida yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme sehingga proses pematangan jadi lebih lama, serta peran asam sitrat yang dapat meningkatkan efektifitas penyerapan larutan untuk mengganti kehilangan air akibat transiprasi yang terjadi. Sehingga tingkat pencoklatan yang terjadi pun semakin kecil. Tabel 22. Hasil uji Duncan waktu pulsing terhadap tingkat pencoklatan Waktu menit Rata-rata Signifikasi t 60 51.2606 B t 90 52.8989 A t 120 53.3867 A Selanjutnya setelah dilakukan uji lanjut wilayah berganda Duncan diperoleh bahwa waktu pulsing selama 120 menit dan waktu pulsing selama 90 menit tidak berbeda nyata satu dengan lainnya, namun berbeda nyata dengan waktu pulsing selama 60 menit. Rata-rata tingkat pencoklatan dengan waktu pulsing selama 60 menit sebanyak 51.2606 , waktu pulsing selama 90 menit sebesar 52.8989 dan rata-rata tingkat pencoklatan dengan waktu pulsing selama 120 menit sebesar 53.3869 . Hal ini menunjukkan bahwa waktu perendaman larutan pulsing selama 60 menit merupakan waktu perendaman terbaik untuk parameter tingkat pencoklatan setelah perlakuan pulsing. 47 10 20 30 40 50 60 70 A6 A9 A1 20 B6 B90 B1 20 C6 C9 C 120 Pulsing B row ni ng T10 T20 TRuang Gambar 14. Histogram rata-rata tingkat pencoklatan selama penyimpanan setelah perlakuan pulsing Dari semua parameter yang diamati dapat dibuat rekapitulasi yang menunjukkan perlakuan yang terbaik. Untuk jenis larutan pulsing, diperoleh jenis larutan A dengan komposisi larutan 10 sukrosa + 500 ppm AgNO 3 + 150 ppm asam sitrat, untuk waktu perendaman terbaik didapat bahwa waktu perendaman larutan pulsing selama 60 menit karena menghasilkan umur bunga tertinggi yaitu 15.25 hari sedangkan kontrol 12.25 hari. Dan untuk suhu penyimpanan didapatkan suhu 10 o C merupakan suhu penyimpanan terbaik melihat hasil yang didapat pada penelitian I. Semua perlakuan tersebut adalah yang terbaik berdasarkan parameter persentase bunga layu, jumlah larutan terserap, dan persentase tingkat pencoklatan. Perlakuan ini memberikan hasil terbaik seperti yang telah dibahas sebelumnya. 48 10 20 30 40 50 60 70 3 6 9 12 15 Hari ke- B u nga La y u A60 A90 A120 B60 B90 B120 C60 C90 C120 5 10 15 20 25 30 3 6 9 12 15 Hari ke- Ju m lah L a ru ta n T e rser ap ml ba ta ng A60 A90 A120 B60 B90 B120 C60 C90 C120 10 20 30 40 50 60 70 3 6 9 12 15 Hari ke- B row ni ng A60 A90 A120 B60 B90 B120 C60 C90 C120 Gambar 15a Grafik perubahan parameter mutu bunga selama penyimpanan pada suhu 10 o C setelah perlakuan pulsing 49 10 20 30 40 50 60 70 3 6 9 12 15 Hari ke- B u n g a L ayu A60 A90 A120 B60 B90 B120 C60 C90 C120 5 10 15 20 25 30 3 6 9 12 15 Hari ke- J u m la h La ru ta n Te rs e ra p m l ba ta n g A60 A90 A120 B60 B90 B120 C60 C90 C120 10 20 30 40 50 60 70 3 6 9 12 15 Hari ke- B row ni n g A60 A90 A120 B60 B90 B120 C60 C90 C120 Gambar 15b Grafik perubahan parameter mutu bunga selama penyimpanan pada suhu 20 o C setelah perlakuan pulsing 50 10 20 30 40 50 60 70 3 6 9 12 15 Hari ke- B u nga La y u A60 A90 A120 B60 B90 B120 C60 C90 C120 5 10 15 20 25 30 35 3 6 9 12 15 Hari ke- Ju m lah lar u ta n T e rser ap ml ba ta n g A60 A90 A120 B60 B90 B120 C60 C90 C120 10 20 30 40 50 60 70 3 6 9 12 15 Hari ke- B ro w ni ng A60 A90 A120 B60 B90 B120 C60 C90 C120 Gambar 15c Grafik perubahan parameter mutu bunga selama penyimpanan pada suhu ruang setelah perlakuan pulsing 51 Gambar 16. Kegiatan Perendaman Bunga dengan Larutan Pulsing 52

C. Kombinasi Pre Cooling dan Pulsing