pun pengusahaannya dikatakan masih efisien karena RC yang diperoleh lebih dari satu.
6.3 Analisis Usahatani Nenas Dengan SPO
Gambaran analisis usahatani nenas dapat dianalisis dengan perhitungan pendapatan total dan analisis imbangan penerimaan dan biaya RC. Pendapatan
total usahatani diperoleh dari selisih antara penerimaan hasil produksi dengan pengeluaran total usahatani total farm expenses. Pengeluaran total usahatani
pada buah nenas dengan SPO di Desa Cipelang terdiri dari pengeluaran tetap total total fixed cost dan pengeluaran tidak tetap total total variable cost.
Biaya tetap adalah biaya yang terus menerus dipakai baik ada atau tidak adanya proses produksi atau dikatakan biaya yang tidak habis dipakai dalam satu
kali proses produksi. Jenis peralatan yang digunakan petani untuk mengelola usahatani nenas SPO yaitu sprayer, cangkul, garpu, kored, keranjang buah, golok
dan arit. Nilai penggunaan peralatan per tahun untuk usahatani nenas SPO dihitung berdasarkan penyusutan peralatan total. Penyusutan dihitung dengan
menggunakan metode garis lurus, dimana peralatan petani rata-rata berumur teknis empat tahun. Penggunaan alat-alat pertanian untuk usahatani nenas SPO
dapat dilihat pada tabel 13.
Tabel 13. Penyusutan alat Pertanian Usahatani Nenas dengan SPO Tahun 20072008
No Jenis
Harga Satuan
Rp Jumlah
Harga Umur
Teknis Tahun
Penyusutan
1 Sprayer 1 buah 1.500.000 1.500.000
4 375.000
2 Cangkul 3 buah 35.000
105.000 4
26.250 3 Garpu 1 buah
50.000 50.000
4 12.500
4 Arit 2 buah 25.000
50.000 4
12.500 5 Kored 2 buah
25.000 50.000
4 12.500
6 Golok 1 buah 25.000
25.000 4
6.250 7 Keranjang 2 Buah
20.000 40.000
4 10.000
Jumlah 1.820.000
455.000
Sumber : Data Primer diolah
Biaya variabel yang dikeluarkan dalam usahatani nenas dengan SPO ini terdiri dari bibit dan pupuk. Harga bibit nenas untuk satu pohon sebesar Rp 175,-.
Lahan seluas satu hektar ditanam secara monokultur. Jumlah pohon nenas yang dimiliki adalah berjumlah 40.000 pohon. Dengan demikian dalam analisis
usahatani nenas ini jumlah pohon yang digunakan adalah 40.000 pohon sebagai dasar perhitungan. Jumlah 40.000 pohon tersebut akan menempati lahan seluas
satu hektar dengan jarak antar tanaman 30x50 centimeter persegi. Penggunaan sarana produksi untuk usahatani nenas menggunakan pupuk
kandang dan pupuk kimia seperti urea, SP-36, KCL dan obat-obatan untuk mengatasi hama penyakit dan untuk meningkatkan buah yang dihasilkan per
pohonnya. Adapun kebutuhan sarana produksi untuk 40.000 pohon dapat dilihat pada Tabel 14.
Pemberian pupuk dilakukan dua kali dalam setahun, dimana pemberian pupuk kandang dilakukan pada saat pengolahan lahan dan untuk pupuk kimia
pertama dilakukan pada saat satu bulan sesudah penanaman bibit nenas. Pemberian pupuk pertama dengan dosis pupuk urea 300 kilogram per hektar, SP-
36 100 kilogram per hektar dan KCL 100 kilogram per hektar. Pemberian pupuk kedua dilakukan saat usia nenas mencapai 10 bulan. menjelang forcing dengan
dosis pupuk urea 150 kilogram per hektar, SP-36 30 kilogram per hektar dan KCL 300 kilogram per hektar. Forcing dilakukan saat tanaman nenas berumur 10 bulan
keatas. Larutan ethrel sebanyak 0,6 mililiter dicampur dengan urea sebanyak 30 gram kedalam satu liter air.
Tabel 14. Kebutuhan Sarana Produksi Pada Usahatani Nenas Dengan SPO Tahun 20072008
No Sarana Produksi
Jumlah Harga
Rp Nilai
Total Persentase
1 Sarung tangan buah
5 5.000
25.000 0,15
2 Masker buah
5 5.000
25.000 0,15
3 Ember buah
5 5.000
25.000 0,15
4 Pupuk Urea Kg
450 1.500
675.000 6,55
5 Pupuk SP-36 Kg
130 2.500
325.000 3,15
6 Pupuk KCL Kg
400 5.000
2.000.000 19,41
7 Pupuk kandang
1000 150
150.000 1,46
8 Ethrel botol
1 29.500 29.500
0,29
9 Obat-obatan
a Ron up liter 1 52.000
52.000 0,50
b Antrakol Kg 0,5 28.000
28.000 0,27
10 Bibit 40000
175 7.000.000
67,93
Jumlah 1.304.500
100
Sumber : Data primer diolah
Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat penting dalam usahatani, disamping pupuk, bibit, obat dan alat-alat. Tenaga kerja yang
digunakan dalam usahatani nenas terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga dan tenaga kerja luar keluarga, namun kebanyakan adalah tenaga kerja yang berasal
dari dalam keluarga. Waktu kerja dilaksanakan mulai pukul 07.00 sampai 15.00 setiap hari. Upah atau gaji rata-rata tenaga kerja usahatani nenas di Desa Cipelang
sebesar Rp. 12.500,- per HOK untuk tenaga kerja pria dan jam kerja petani dari
jam 07.00 pagi sampai dengan jam 15.00 sore. Penggunaan tenaga kerja dalam keluarga untuk usahatani nenas queen per tahun dapat dilihat pada Tabel 15.
Tabel 15. Penggunaan Tenaga Kerja Dalam Keluarga TKDK pada Usahatani Nenas dengan SPO
Kebutuhan Tenaga Kerja
No Kegiatan
Tenaga Kerja
Hari Kerja
hari Jumlah
Hok Nilai
Rp Jumlah
Rp
1 Persiapan lahan 20
4 80
12500 1000000
2 Penanaman 12
2 24
12500 300000
3 Penyiangan gulma 4
2 8
12500 100000
4 pemupukan 4
2 8
12500 100000
5 Penyemprotan 4
2 8
12500 100000
6 Forcing 4
1 4
12500 50000
7 Panen 4
2 8
12500 100000
Jumlah 140
1750000
Sumber : Data Primer diolah
Lahan yang digarap oleh petani untuk budidaya nenas merupakan lahan milik negara yang dikelola oleh PT Perhutani. Petani memperoleh ijin untuk
menggarap lahan Perhutani dengan tetap memperhatikan kelestarian hutan. Pihak Perhutani sendiri mulai memberikan ijin untuk mengolah lahan kepada petani
sejak tahun 1999. untuk mengolah lahan Perhutani, petani tidak dibebani biaya Sewa lahan. Sewa lahan di daerah penelitian diasumsikan sebesar Rp. 3.000.000,-
per hektar per tahun, karena disesuaikan dengan keadaan di sekitar daerah penelitian. Sedangkan pajak lahan di tiadakan karena pajak lahan langsung di
bayarkan oleh PT Perhutani. Pengeluaran usahatani nenas dengan SPO dapat dilihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Pengeluaran Usahatani Nenas dengan SPO Tahun 20072008 Nenas Queen
No Uraian
Tunai Dipt
Total Persentase
1 Biaya Tetap a Penyusutan alat-alat
455.000 2,93
b Sewa Lahan 3.000.000
19,31
2 Biaya Tetap Total 3.455.000
3 Biaya Variabel 45,05
a Bibit 7.000.000
20,46 b Pupuk
3.179.500 0,51
c Pestisida 80.000
11,26 d Tenaga kerja TKDK
1.750.000 0,48
e Perlengkapan 75.000
4 Biaya Variabel Total 3.334.500
8.750.000 12.084.500 5 Total Biaya TC
12.205.000 15.539.500 100
Sumber : Data primer diolah Dipt = Diperhitungkan
Pengeluaran total usahatani nenas untuk 40000 pohon yaitu Rp 15.539.500,- Pengeluaran tersebut terdiri dari pengeluaran diperhitungkan yaitu
penyusutan alat, sewa lahan, bibit, dan tenaga kerja dalam keluarga sebesar Rp 12.205.000,- sedangkan pengeluaran tunai terdiri dari pupuk dan pestisida
sejumlah 3.304.500,- . Biaya terbesar yang dikeluarkan dalam usahatani nenas adalah bibit sebesar Rp 7.000.000,- atau sebesar 45,05 persen dari total
pengeluaran. Sedangakan biaya terkecil dikeluarkan untuk perlengkapan sebesar Rp 75.000,- atau sebesar 0,48 persen dari total pengeluaran.
Penerimaan usahatani nenas diperoleh dari produksi yang dihasilkan dikalikan dengan harganya yang belaku pada saat penelitian dilakukan Tabel 18.
Rata-rata produksi nenas pada saat panen pertama adalah 70 persen dari jumlah pohon yang ada., hal ini diperoleh dari jumlah sebanyak 40000 pohon dikalikan
dengan persentase tumbuh tanaman nenas yang berbuah yaitu sebesar 70 persen, sehingga diperoleh produksi nenas sebanyak 28.000 pohon. Adapun dari total
buah tersebut untuk grade A bobot buah lebih dari atau sama dengan 0,8 kilogram
dan rata-rata produksi sekitar 45 persen, grade B bobot buah sekitar 0,6-0,7 kilogram dan rata-rata berproduksi sebanyak 30 persen dan grade C bobot buah
kurang dari atau sama dengan 0,5 kilogram dan rata-rata berproduksi sebanyak 25 persen. Adapun usahatani nenas dengan SPO ini dilakukan grading, yaitu memilih
buah nenas sesuai dengan standar mutu yang baik. Untuk harga jual petani buah nenas queen di kabupaten bogor dengan grade A sebesar Rp 1.250,- per buah,
grade B sebesar Rp. 800,- per buah dan grade C sebesar Rp 500,- perbuah. Sehingga penerimaan usahatani nenas sebesar Rp 25.970.000,-. Pendapatan
usahatani nenas dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Pendapatan Usahatani Nenas Queen Dengan SPO Tahun 20072008 No
Uraian Perhitungan
Jumlah 1 Produksi grade A Y
12600 Harga per buah Grade A Rp P
1250
Total Penerimaan Grade A TR Y x P
15750000 2 Produksi grade B Y
8400 Harga per buah Grade B Rp P
800
Total Penerimaan Grade B TR Y x P
6720000 3 Produksi grade C Y
7000 Harga per buah Grade C Rp P
500
Total Penerimaan Grade C TR 3500000
4 Total Penerimaan Grade A, B dan C 25970000
5 BiayaPengeluaran Rp
a tunai 3334500
b diperhitungkan 12205000
c Total a + b
15539500
6 Pendapatan Rp
I Tunai TR - 4a
22635500 II diperhitungkan
TR - 4b 13765000
III Total 1+ 11
36400500
7 Keuntungan Usahatani I TR - TC
10430500 8 RC Tunai
TR 4a 7,79
9 RC Total TR 4c
1,67
Sumber : Data primer diolah
Pada analisis pendapatan, pendapatan yang diperoleh petani terdiri dari pendapatan berdasarkan atas biaya total dan atas biaya tunai. Pendapatan atas
biaya tunai pada usahatani nenas dengan SPO yaitu sebesar Rp 22.635.500,- dan pendapatan atas biaya totalnya sebesar Rp. 36.400.500,-. Nilai imbangan
penerimaan dan biaya RC tunai untuk usahatani nenas sebesar 7,79 yang berarti setiap biaya yang dikeluarkan petani sebesar Rp 1,- maka petani memperoleh
penerimaan sebesar Rp 7,79. sedangkan RC rasio total untuk usahatani nenas sebesar 1,67 yang artinya setiap biaya yang dikeluarkan oleh petani sebesar Rp 1,-
maka petani akan memperoleh penerimaan sebesar Rp 1,67,-. Berdasarkan hasil analisis tersebut, kedua RC usahatani nenas dengan SPO lebih dari satu maka
dapat dikatakan bahwa pengusahaan usahatani nenas tersebut efisien karena nilai RC lebih dari satu.
6.3 Alternatif Terbaik Dari Analisis Usahatani Nenas Non SPO dan SPO Perbandingan usahatani nenas terdiri dari biaya tunai dan biaya
diperhitungkan. Perbandingan biaya usahatani nenas non SPO dan nenas SPO disajikan dalam Tabel 18.
Tabel 18. Perbandingan Biaya Usahatani Nenas Non SPO dan Nenas Dengan SPO Tahun 20072008
No Komponen
Nenas Non SPO Nenas SPO
Biaya Tunai 1 Biaya Variabel
a Kebutuhan Pupuk 1.405.000
3.259.500 b Bibit
6.000.000 8.000.000
c Pestisida 80.000
d Perlengkapan 75.000
75.000 2 Biaya Diperhitungkan
Biaya tetap a Penyusutan
80.000 455.000
b sewa Lahan 3.000.000
3.000.000 Biaya Variabel
a Tenaga Kerja 1.675.000
1.750.000
Usahatani nenas non SPO biaya terbesar dialokasikan pada kebutuhan bibit sebesar Rp 6.000.000,- dan untuk usahatani nenas dengan SPO kebutuhan
bibitnya sebesar Rp 7.000.000,-. Biaya kedua dari perbandingan biaya analisis nenas non SPO dan SPO adalah sewa lahan sebesar Rp 3.000.000,-. Biaya ketiga
pada usahatani nenas Non SPO adalah tenaga kerja sebesar Rp 1.675.000,-, sedangkan untuk usahatani nenas dengan SPO biaya terbesar ketiga adalah
kebutuhan pupuk sebesar Rp 3.259.500,-. Biaya keempat pada analisis usahatani nenas non SPO adalah kebutuhan
pupuk sebesar Rp 1.405.000,-. Pada analisis usahatani nenas queen SPO biaya keempat terdapat pada biaya tenaga kerja sebesar 1.750.000,-. Pestisida pada
usahatani nenas queen dengan SPO merupakan prioritas kelima dari perbandingan biaya yaitu sebesar Rp 80.000,- dan untuk analisis usahatani nenas non SPO tidak
ada biaya pestisida karena petani tidak ada dana, selain itu tanaman nenas merupakan tanaman yang tidak memerlukan pemeliharaan khusus. Prioritas
keenam dari usahatani nenas queen non SPO dan SPO adalah perlengkapan yaitu sebesar Rp 75.000,-. Perbandingan analisis usahatani nenas non SPO dan SPO
disajikan dalam Tabel 19.
Tabel 19. Perbandingan Analisis Usahatani Nenas Non SPO dan Dengan SPO Tahun 20072008
Komponen Nenas Non SPO Rp Nenas SPO Rp
1. Total Penerimaan 19.200.000
25.970.000 2. Total Biaya Tunai
1.480.000 3.334.500
3. Total Biaya Diperhitungkan 10.755.000
12.205.000 4. Total Biaya
12.235.000 15.539.500
5. Pendapatan Atas Biaya Tunai 17.720.000
22.635.500 6. Pendapatan Atas Biaya Total
26.165.000 36.400.500
7. Keuntungan Usahatani 8.445.000
10.430.500 8. RC atas Biaya Tunai
12,97 7,19
9. RC atas Biaya Total 1,57
1,67
Sumber : Data Primer diolah
Dilihat dari dua analisis usahatani nenas non SPO dan SPO diperoleh biaya dan Perbandingan analisis biaya dan pendapatan usahatani nenas non SPO
dan SPO dapat dilihat pada Tabel 20. dilihat dari total penerimaan usahatani nenas dengan SPO yang diasumsikan ke dalam luas lahan satu hektar merupakan
penerimaan terbesar dibandingkan dengan usahatani nenas non SPO. Hal ini disebabkan jumlah produksi nenas dengan SPO lebih tinggi dibandingkan nenas
non SPO. Selain itu perbedaan dalam penentuan harga buah nenas, dimana dalam usahatani nenas non SPO buah nenas yang akan dijual tidak dibedakan sesuai
mutu buah nenas. Sedangkan untuk analisis usahatani nenas dengan SPO buah nenas yang akan dijual dibedakan sesuai mutu buah nenas.
Biaya tunai pada analisis usahatani non SPO diperoleh dari kebutuhan pupuk dan perlengkapan. Sedangkan analisis usahatani nenas dengan SPO alokasi
biaya tunai diperoleh dari biaya pupuk, pestisida dan perlengkapan. Hal ini dipengaruhi dari pola pikir petani yang masih menggunakan tekhnik bercocok
tanam secara tradisional sedangkan untuk usahatani nenas dengan SPO sudah melakukan teknik bercocok tanam dengan pemeliharaan yang optimal.
Dalam perhitungan atas biaya tunai dan biaya total usahatani nenas SPO memberikan pendapatan terbesar dibandingkan usahatani nenas non SPO. Dilihat
dari rasio pendapatan atas biaya tunai maupun biaya total, usahatani nenas non SPO dan SPO adalah layak untuk diusahakan atau usahatani tersebut sudah
efisien. Usahatani nenas SPO merupakan usahatani yang paling layak dilakukan atau yang paling efisien untuk diusahakan dibandingkan usahatani nenas non SPO
karena memiliki nilai ratio penerimaan dan biaya total yang terbesar. pendapatan yang berbeda. Hal ini dikarenakan oleh perbedaan dalam
pemeliharaan, dimana pada usahatani nenas dengan SPO dilakukan secara intensif dengan melakukan perencanaan dana yang jelas sedangkan pada usahatani nenas
non SPO dalam hal pemeliharaannya masih secara sederhana dan belum menganggarkan dana yang jelas, sehingga akan berpengaruh terhadap jumlah
produksi yang dihasilkan dan tentunya dengan kualitas yang berbeda. Pada usahatani nenas dengan SPO kualitas produknya lebuh tinggi dan kualitas ini akan
berpengaruh terhadap harga buah nenas, dengan kualitas yang lebih baik maka harga pun akan lebih tinggi sehingga penerimaan yang diperoleh jauh lebih besar
walaupun biaya yang dikeluarkan lebih besar dibandingkan dengan usahatani nenas non SPO.
VII. ANALISIS SENSITIVITAS PADA PENGUSAHAAN TANAMAN NENAS
Nilai PCR dan DRC pada analisis dayasaing dapat berubah apabila komponen biaya pengusahaan nenas berubah. Untuk mengamati perubahan
tesebut digunakan analisis sensitivitas. Analisis sensitivitas dilakukan mengingat matriks PAM mempunyai keterbatasan, yaitu merupakan analisis yang bersifat
statis sehhingga memerlukan simulasi kebijakan untuk mengantisipasi setiap perubahan yang terjadi dalam sistem ekonomi yang dinamis. Bentuk perubahan
yang terjadi seperti perubahan harga pada input dan output. Pada penelitian ini menggunakan lima macam analisis sensitivitas. Empat
analisis pertama adalah jika terjadi perubahan pada satu variabel saja dan variabel lain dianggap tetap Ceteris paribus, sedangkan analisis yang kelima adalah jika
terjadi perubahan variabel diatas secara bersamaan. Masing-masing variabel tersebut adalah perubahan harga input, perubahan harga input, perubahan nilai
tukar upiah terhadap dollar Amerika, perubahan jumlah output, dan analisis sensitivitas gabungan.
7.1. Analisis Sensitivitas Pengusahaan Nenas di Kecamatan Cijeruk,