Pelaksanaan Penelitian Hasil Evaluasi Pelatihan

4.2 Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kantor Cakra Semarang TV tepatnya di studio dalam dan ruang serba guna. Subjek sebelumnya belum pernah mengikuti kegiatan pelatihan bekerja dengan hati atau yang sejenisnya. Kelompok eksperimen yang terdiri dari 10 orang mengikuti pelatihan bekerja dengan hati selama enam hari dalam seminggu yang setiap harinya terbagi menjadi dua sesi yaitu sebelum bekerja pada pukul 06.15 sampai 06.45 dan setelah bekerja pada pukul 12.00 sampai dengan selesai sekitar pukul 13.45. Trainer dalam pelatihan bekerja dengan hati ini bernama Ir. Novel Abdul Latief, beliau berkompeten dan telah berpengalaman di dunia pelatihan khususnya pelatihan Emotional Spiritual Quotient sekaligus juga mempunyai kompetensi sebagai terapis relaksasi. Rangkaian pelatihan bekerja dengan hati adalah sebagai berikut: Tabel 4.3. Rangkaian Enam Pertemuan Pelatihan Bekerja dengan Hati Pertemuan Hari, tanggal Aktivitas Fokus materi pada aspek I Senin, 28 Februari 2011 FGD, permainan, materi, sharing, relaksasi. Kelelahan emosional dan fisik II Selasa, 1 Maret 2011 Permainan, materi, sharing, relaksasi. Kelelahan emosional dan fisik III Rabu, 2 Maret 2011 Permainan, materi, sharing, relaksasi. Kelelahan emosional dan fisik IV Kamis, 3 Maret 2011 Permainan, materi, sharing, kontrak diri, renungan. Depersonalisasi dan penghargaan terhadap diri sendiri serta pekerjaan V Jum

4.3 Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah: dengan hati efektif untuk menurunkan burnout karyawan Cakra Semarang TV Mean Teoritis adalah Gambar 4.1. Diagram Presentasi Burnout Kelompok Eksperimen Sebelum Pelatihan b. Deskripsi Burnout Kelompok Kontrol Mean dari kelompok kontrol sebelum pelatihan bekerja dengan hati adalah 10,30. Kategorisasi untuk mendeskripsikan data hasil penelitian mengenai burnout kelompok kontrol sama dengan kategorisasi pada kelompok eksperimen yang dapat dilihat pada tabel 4.5. Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Tingkat Burnout Kelompok Kontrol Sebelum Pelatihan Interval Interval Kategori F X Namun ada 30 karyawan yang mengalami burnout kategori rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar diagram presentasi burnout karyawan Cakra Semarang TV kelompok kontrol sebelum pelatihan bekerja dengan hati berikut ini: Gambar 4.2. Diagram Presentasi Burnout Kelompok Kontrol Sebelum Pelatihan

4.4.2 Deskripsi Burnout Setelah Pelatihan Bekerja dengan Hati

a. Deskripsi Burnout Kelompok Eksperimen Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Tingkat Burnout Kelompok Eksperimen Setelah Pelatihan Interval Interval Kategori F X dengan hati hampir sebagian besar berada dalam kategori rendah yaitu sebanyak 80, dan hanya sebagian kecil saja yang masuk kategori sedang yaitu hanya 20. Ini menunjukkan bahwa ada penurunan tingkat burnout pada subjek setelah diberikan perlakuan berupa pelatihan bekerja dengan hati. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar diagram presentasi burnout karyawan Cakra Semarang TV kelompok eksperimen setelah pelatihan bekerja dengan hati berikut ini: Gambar 4.3. Diagram Presentasi Burnout Kelompok Eksperimen Setelah Pelatihan b. Deskripsi Burnout Kelompok Kontrol Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Tingkat Burnout Kelompok Kontrol Setelah Pelatihan Interval Interval Kategori F X Berdasarkan tabel 4.9. di atas diperoleh informasi bahwa 80 karyawan Cakra Semarang TV yang mengalami burnout cenderung berada pada kategori sedang dan hanya 20 karyawan yang berada pada kategori rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar diagram presentasi burnout karyawan Cakra Semarang TV kelompok kontrol berikut ini: Gambar 4.4. Diagram Presentasi Burnout Kelompok Kontrol Setelah Pelatihan

4.4.3 Deskripsi Burnout Berdasarkan Mean

Tabel 4.10. Tabel Mean Burnout Kelompok Eksperimen dan Kontrol Mean Pretest Posttest Kelompok Eksperimen 14,00 7,00 Kelompok Kontrol 10,30 10,70 Berdasarkan tabel 4.10. di atas diperoleh informasi bahwa mean burnout kelompok eksperimen dan kontrol sebelum diberi perlakuan berupa pelatihan bekerja dengan hati adalah sama. Kemudian setelah diberikan pelatihan bekerja 20 80 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Rendah Sedang Tinggi Persen dengan hati, mean burnout kelompok eksperimen dan kontrol adalah terjadi perbedaan.

4.4.4 Deskripsi Burnout per Aspek

a. Deskripsi Burnout Sebelum Pelatihan Bekerja dengan Hati Berikut ini disajikan secara deskriptif tingkat burnout karyawan Cakra Semarang TV per aspek pada kelompok eksperimen: 1. Gejala Kelelahan Emosional Kelelahan emosional ditandai dengan adanya perasaan lelah akibat banyaknya tuntutan yang diajukan pada dirinya, yang kemudian menguras sumber-sumber emosional yang ada. Orang yang mengalami kelelahan emosionalnya biasanya mudah marah, mudah tersinggung, sikap bermusuhan terhadap orang lain, dan kurang kendali diri. Tingkat burnout gejala kelelahan emosional subjek dapat dilihat dengan kategori sebagai berikut: Skor Tertinggi 8 x 6 = 48 Skor Terendah 8 x 0 = 0 Luas Jarak Sebarannya 48 Berdasarkan tabel 4.11. diperoleh informasi bahwa 80 karyawan Cakra Semarang TV yang mengalami burnout pada gejala kelelahan emosional cenderung berada dalam kategori sedang meski terdapat 10 subjek pada kategori rendah dan 10 pada kategori tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar diagram presentasi burnout gejala kelelahan emosional yang dialami karyawan Cakra Semarang TV kelompok eksperimen sebelum pelatihan bekerja dengan hati berikut ini: Gambar 4.5. Diagram Presentasi Burnout Gejala Kelelahan Emosional Kelompok Eksperimen Sebelum Pelatihan 2. Gejala Depersonalisasi Kelelahan Mental Merupakan sikap kurang menghargai atau kurang memiliki pandangan yang positif terhadap orang lain. Perilaku yang muncul adalah memperlakukan orang lain secara kasar, sikap sinis terhadap orang lain, tidak berperasaan, kurang perhatian dan juga kurang sensitif terhadap kebutuhan orang lain. Tingkat burnout gejala depersonalisasi subjek dapat dilihat dengan kategori sebagai berikut: 10 80 10 10 20 30 40 50 60 70 80 90 Rendah Sedang Tinggi Persen Skor Tertinggi 5 x 6 = 30 Skor Terendah 5 x 0 = 0 Luas Jarak Sebarannya 30 Gambar 4.6. Diagram Presentasi Burnout Gejala Depersonalisasi Kelompok Eksperimen Sebelum Pelatihan 3. Gejala Penghargaan Terhadap Diri Sendiri yang Rendah Merupakan penilaian diri yang negatif dalam kaitannya dengan pekerjaan, antara lain muncul perasaan tidak efektif atau tidak kompeten dalam pekerjaan, menarik diri dari kontak sosial, merasa tidak berdaya dalam pekerjaan. Tingkat burnout gejala penghargaan terhadap diri sendiri yang rendah subjek dapat dilihat dengan kategori sebagai berikut: Skor Tertinggi 7 x 6 = 42 Skor Terendah 7 x 0 = 0 Luas Jarak Sebarannya 42 Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Tingkat Burnout Gejala Penghargaan Terhadap Diri Sendiri yang Rendah Kelompok Eksperimen Sebelum Pelatihan Interval Interval Kategori F X Berikut ini disajikan secara deskriptif tingkat burnout karyawan Cakra Semarang TV per aspek pada kelompok kontrol: 1. Gejala Kelelahan Emosional Perhitungan untuk kategorisasi tingkat burnout gejala kelelahan emosional kelompok kontrol sama dengan perhitungan pada kelompok eksperimen, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 4.14. Distribusi Frekuensi Tingkat Burnout Gejala Kelelahan Emosional Kelompok Eksperimen Kontrol Interval Interval Kategori F X Gambar 4.8. Diagram Presentasi Burnout Gejala Kelelahan Emosional Kelompok Kontrol 2. Gejala Depersonalisasi Kelelahan Mental Perhitungan untuk kategorisasi tingkat burnout gejala depersonalisasi kelompok kontrol sama dengan perhitungan pada kelompok eksperimen, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 4.15. Distribusi Frekuensi Tingkat Burnout Gejala Depersonalisasi Kelompok Kontrol Interval Interval Kategori F X Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar diagram presentasi burnout gejala depersonalisasi yang dialami karyawan Cakra Semarang TV kelompok kontrol berikut ini: Gambar 4.9. Diagram Presentasi Burnout Gejala Depersonalisasi Kelompok Kontrol 3. Gejala Penghargaan Terhadap Diri Sendiri yang Rendah Perhitungan untuk kategorisasi tingkat burnout gejala kelelahan emosional kelompok kontrol sama dengan perhitungan pada kelompok eksperimen, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel 4.16. Distribusi Frekuensi Tingkat Burnout Gejala Penghargaan Terhadap Diri Sendiri yang Rendah Kelompok Kontrol Interval Interval Kategori F X Berdasarkan tabel 4.16. diperoleh informasi bahwa 60 karyawan Cakra Semarang TV yang mengalami burnout pada gejala penghargaan terhadap diri sendiri yang rendah cenderung berada dalam kategori sedang meski terdapat 40 subjek pada kategori rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar diagram presentasi burnout gejala penghargaan terhadap diri sendiri yang rendah yang dialami karyawan Cakra Semarang TV kelompok kontrol berikut ini: Gambar 4.10. Diagram Presentasi Burnout Gejala Penghargaan Terhadap Diri Sendiri yang Rendah Kelompok Kontrol b. Deskripsi Burnout Setelah Pelatihan Bekerja dengan Hati Berikut ini disajikan secara deskriptif tingkat burnout karyawan Cakra Semarang TV per aspek pada kelompok eksperimen 40 60 10 20 30 40 50 60 70 Rendah Sedang Tinggi Persen 1. Gejala Kelelahan Emosional Tabel 4.17. Distribusi Frekuensi Tingkat Burnout Gejala Kelelahan Emosional Kelompok Eksperimen Setelah Pelatihan Interval Interval Kategori F X Gambar 4.11. Diagram Presentasi Burnout Gejala Kelelahan Emosional Kelompok Eksperimen Setelah Pelatihan 2. Gejala Depersonalisasi Kelelahan Mental Tabel 4.18. Distribusi Frekuensi Tingkat Burnout Gejala Depersonalisasi Kelompok Eksperimen Setelah Pelatihan Interval Interval Kategori F X dialami karyawan Cakra Semarang TV kelompok eksperimen setelah pelatihan bekerja dengan hati berikut ini: Gambar 4.12. Diagram Presentasi Burnout Gejala Depersonalisasi Kelompok Eksperimen Setelah Pelatihan 3. Gejala Penghargaan Terhadap Diri Sendiri yang Rendah Tabel 4.19. Distribusi Frekuensi Tingkat Burnout Gejala Penghargaan Terhadap Diri Sendiri yang Rendah Kelompok Eksperimen Setelah Pelatihan Interval Interval Kategori F X penghargaan terhadap diri sendiri yang rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar diagram presentasi burnout gejala penghargaan terhadap diri sendiri yang rendah yang dialami karyawan Cakra Semarang TV kelompok eksperimen setelah pelatihan bekerja dengan hati berikut ini: Gambar 4.13. Diagram Presentasi Burnout Gejala Penghargaan Terhadap Diri Sendiri yang Rendah Kelompok Eksperimen Setelah Pelatihan Berikut ini disajikan secara deskriptif tingkat burnout karyawan Cakra Semarang TV per aspek pada kelompok kontrol: 1. Gejala Kelelahan Emosional Tabel 4.20. Distribusi Frekuensi Tingkat Burnout Gejala Kelelahan Emosional Kelompok Eksperimen Kontrol Interval Interval Kategori F X Berdasarkan tabel 4.20. diperoleh informasi bahwa 80 karyawan Cakra Semarang TV yang mengalami burnout pada gejala kelelahan emosional berada dalam kategori sedang meski terdapat 20 subjek pada kategori rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar diagram presentasi burnout gejala kelelahan emosional yang dialami karyawan Cakra Semarang TV kelompok kontrol berikut ini: Gambar 4.14. Diagram Presentasi Burnout Gejala Kelelahan Emosional Kelompok Kontrol 2. Gejala Depersonalisasi Kelelahan Mental Tabel 4.21. Distribusi Frekuensi Tingkat Burnout Gejala Depersonalisasi Kelompok Kontrol Interval Interval Kategori F X Berdasarkan tabel 4.21. diperoleh informasi bahwa 70 karyawan Cakra Semarang TV yang mengalami burnout pada gejala depersonalisasi cenderung berada dalam kategori sedang meski terdapat 30 subjek pada kategori rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar diagram presentasi burnout gejala depersonalisasi yang dialami karyawan Cakra Semarang TV kelompok kontrol berikut ini: Gambar 4.15. Diagram Presentasi Burnout Gejala Depersonalisasi Kelompok Kontrol 3. Gejala Penghargaan Terhadap Diri Sendiri yang Rendah Tabel 4.22. Distribusi Frekuensi Tingkat Burnout Gejala Penghargaan Terhadap Diri Sendiri yang Rendah Kelompok Kontrol Interval Interval Kategori F X Berdasarkan tabel 4.22. diperoleh informasi bahwa 70 karyawan Cakra Semarang TV yang mengalami burnout pada gejala penghargaan terhadap diri sendiri yang rendah cenderung berada dalam kategori sedang meski terdapat 30 subjek pada kategori rendah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar diagram presentasi burnout gejala penghargaan terhadap diri sendiri yang rendah yang dialami karyawan Cakra Semarang TV kelompok kontrol berikut ini: Gambar 4.16. Diagram Presentasi Burnout Gejala Penghargaan Terhadap Diri Sendiri yang Rendah Kelompok Kontrol 30 70 10 20 30 40 50 60 70 80 Rendah Sedang Tinggi Persen Berikut ini disajikan ringkasan hasil statistik deskriptif: Tabel 4.23. Kategori Burnout Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol No. Kelompok Burnout dan Aspek Burnout Kategori Rendah Sedang Tinggi Pre Post Pre Post Pre Post 1. Eksperimen Burnout a.Kelelahan emosional b.Depersonalisasi c.Penghargaan terhadap diri sendiri yang rendah 10 10 40 20 80 60 70 70 90 80 60 80 20 40 30 30 10 2. Kontrol Burnout a.Kelelahan emosional b.Depersonalisasi c.Penghargaan terhadap diri sendiri yang rendah 30 30 40 20 20 30 30 70 100 70 60 80 80 70 70 Selain tabel menyeluruh over all berupa prosentase, disajikan pula tabel over all dalam bentuk mean sebagai berikut: Tabel 4.24. Mean Burnout Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol No. Kelompok Aspek Burnout Mean per Aspek Mean Burnout Pre Post Pre Post 1. Eksperimen a.Kelelahan emosional b.Depersonalisasi c.Penghargaan terhadap diri sendiri yang rendah 25,30 10,60 17,30 14,60 7,90 11,70 14,00 7,00 Lanjutan Tabel 4.24. Mean Burnout Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol 2. Kontrol a.Kelelahan emosional b.Depersonalisasi c.Penghargaan terhadap diri sendiri yang rendah 21,50 10,80 14,10 19,60 10,80 16,70 10,30 10,70 Berikut disajikan gambar diagram mean pretest dan postest untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tiap aspek: Gambar 4.17. Diagram Mean Pretest Postest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol tiap Aspek 25.3 10.6 17.3 21.5 10.8 14.1 14.6 7.9 11.7 19.6 10.8 16.7 5 10 15 20 25 30 M E A N ASPEK BURNOUT Pretest Postets

4.5 Hasil Evaluasi Pelatihan

Hasil evaluasi terhadap pelaksanaan penelitian dilakukan pada akhir penelitian secara lisan pada sesi pesan dan kesan serta wawancara dengan rekan kerja ketika postest berdasarkan pengamatan rekan kerja tersebut kepada peserta yang mengikuti pelatihan. Berikut hasil evaluasi selengkapnya berdasarkan teori dari Anthony 2006: 339: e. Reaction Reaksi Reaksi dari peserta pelatihan merupakan tahap pertama dalam evaluasi. Informasi mengenai reaksi peserta tersebut dapat berupa apa yang mereka rasakan mengenai pelatihan secara umum, fasilitas-fasilitas yang terdapat pada pelatihan, dan content atau isi dari pelatihan tersebut. Materi pelatihan yang diberikan selama seminggu dirasakan jelas, menarik dan dapat bermanfaat untuk diterapkan oleh peserta khususnya dalam bekerja maupun dalam kehidupan sehari-hari secara umum. Namun menurut peserta, materi yang diberikan pada sesi sebelum bekerja belum tersampaikan secara maksimal dan belum melibatkan peserta secara keseluruhan karena waktu yang pendek. Penyampaian materi pelatihan yang diberikan oleh trainer dirasakan peserta sudah cukup baik, dapat diterima oleh peserta secara jelas. Selain itu, ketika peserta bosan dalam penyampaian materi, trainer dapat memberikan ice breaking untuk menyegarkan suasana. Penguasaan materi dari trainer juga dirasakan cukup baik karena dapat meyakinkan semua peserta yang mengikuti pelatihan ini. Minat dari peserta baik, karena peserta antusias untuk mengikuti pelatihan ini, meski peserta harus berangkat lebih pagi dari biasanya, namun mereka tetap bersemangat. Pada proses pelatihanpun ketika berlangsung, subjek merasa senang dengan materi-materi yang disampaikan dengan metode-metode yang tidak membosankan dan menyenangkan. Fasilitas yang ada selama proses pelatihan dirasa peserta sudah cukup memuaskan. Tempat yang digunakan dirasa nyaman, karena selain bersih, peserta juga dapat melihat pemandangan yang berhadapan langsung dengan ruangan dan dapat merasakan udara segar. Namun, peserta mengeluhkan dengan suhu udara yang panas disiang hari. Makan siang dan makan ringan juga sudah dirasa cukup memuaskan selama pelatihan berlangsung. f. Learning Pengetahuan Tahap kedua dari evaluasi pelatihan adalah tingkat pengetahuan yang di dapat oleh peserta. Secara khusus, hasilnya ialah menentukan apakah peserta dapat menguasai keadaan dirinya, teknik-teknik, kemampuan, dan proses yang diajarkan selama pelatihan. Bagi subjek, pelatihan bekerja dengan hati ini sangat bermanfaat karena memang sebelumnya subjek belum pernah mengikuti pelatihan semacam ini. Menurutnya setelah mendapatkan pelatihan ini, subjek jadi lebih banyak tahu mengenai gejala-gejala burnout dan bagaimana cara menanganinya. Selain itu subjek juga menjadi lebih sadar bahwa selama ini mereka mengalami gejala- gejala burnout, hanya saja banyak dari mereka yang belum tahu istilah burnout. Setelah mendapatkan pelatihan ini, subjek merasa lebih tenang, relaks, ringan, hubungan dengan rekan kerja semakin baik, lebih berusaha berdamai dengan keadaan, lebih menghargai diri sendiri dan pekerjaannya serta subjek dapat lebih mengelola emosinya dengan baik. Sehingga ketika ada masalah pekerjaan timbul, subjek dapat menghadapinya dengan tenang. g. Behavior Perilaku Evaluasi perilaku dari program pelatihan bertujuan untuk menguji apakah kebiasaan perilaku peserta mengalami perubahan dalam pekerjaannya. Data yang digunakan untuk mengevaluasi perilaku peserta biasanya dikumpulkan dari individu-individu, seperti atasan dan rekan kerja yang cukup dekat dengan peserta untuk mengevaluasi kinerjanya. Sebagian besar dari subjek merasakan adanya perubahan yang positif baik secara afektif maupun kognitif setelah mengikuti pelatihan ini. Perubahan itu dirasakan amat bermanfaat bagi mereka. Menurut rekan kerja yang biasanya berhubungan setiap hari dengan subjek, setelah mendapatkan pelatihan, rekan kerja menilai subjek mengalami perubahan yang postitif, diantaranya subjek sudah tidak mudah marah-marah, dapat mengelola emosinya, lebih ramah dengan orang lain, lebih bersemangat, dan lebih menghargai dirinya sendiri, orang lain, dan pekerjaannya. h. Results Hasil Tahap terakhir dari evaluasi pelatihan adalah tahap hasil. Tahap ini meneliti bagaimana program pelatihan berpengaruh terhadap organisasi. Data yang dikumpulkan untuk mengevaluasi program pelatihan pada tahap ini mungkin dapat termasuk harga jual, proyek dan keuntungan, kenaikan penjualan, penuruan kecelakaan kerja, peningkatan sikap kerja yang baik, turnover dan ketidakhadiran karyawan semakin rendah, atau kenaikan produksi. Pada tahap ini, penulis hanya mengamati pada aspek peningkatan sikap kerja dan kenaikan produktivitas. Perubahan yang terjadi setelah subjek mendapatkan pelatihan adalah sikap kerja yang semakin baik yang dilakukan oleh subjek ketika melakukan pekerjaan sehari-harinya. Ketika burnout subjek menurun, maka hambatan yang dialami subjek juga berkurang, sehingga produktivitas subjek juga meningkat. Hal ini akan berpengaruh terhadap profit yang didapatkan oleh perusahaan. Kelemahan dalam penelitian ini adalah peneliti kurang dapat mengobservasi sikap kerja setiap karyawan sebagai efek dari pelatihan dalam jangka waktu tertentu. Peneliti hanya mengukur burnout karyawan setelah mendapatkan pelatihan dengan skala dan mengetahui efeknya hanya dari Focus Group Discussion FGD setelah pelatihan selesai. Peneliti kurang mengamati perubahan yang terjadi pada karyawan yang mendapatkan pelatihan ketika karyawan melakukan pekerjaannya disaat jam kerja berlangsung secara penuh.

4.6 Pembahasan