menggunakan pelarut metanol memberikan hasil yang lebih besar daripada menggunakan pelarut etanol. Hal tersebut menunjukkan pelarut metanol
melarutkan senyawa-senyawa yang memiliki bobot jenis tinggi lebih banyak dibandingkan pelarut etanol yang berarti pelarut methanol 85
memberikan hasil fraksi kaya terpen-o lebih murni. Walaupun nilai berat jenis senyawa terpen-o menggunakan pelarut metanol lebih besar daripada
menggunakan pelarut etanol, namun untuk pemilihan jenis pelarut tetap dipilih pelarut etanol karena selain didukung dengan nilai rendemen yang
sesuai juga karena pelarut etanol tidak berbahaya atau tidak beracun dibandingkan pelarut metanol. Selain itu pelarut etanol 80 memberikan
hasil rendemen fraksi kaya terpen-o yang lebih tinggi dibandingkan pelarut metanol 85, dimana pada penelitian ini lebih diharapkan rendemen fraksi
kaya terpen-o yang tinggi dengan mutu yang juga baik.
C. Pengamatan Rasio Minyak dan Pelarut
Setelah mendapatkan jenis pelarut dan konsentrasi yang sesuai untuk proses pemisahan fraksi minyak kemukus maka langkah selanjutnya
adalah pengamatan perbedaan perbandingan minyak dengan pelarut. Perbandingan minyak dan pelarut yang digunakan adalah 1:2, 1:3 dan 1:4.
Pemisahan fraksi terpen-o dan terpen dilakukan menggunakan pelarut etanol dengan konsentrasi 80 dan lama pemisahan 24 jam. Pemilihan
rasio yang digunakan berdasarkan pada minyak dan pelarut sudah dapat memisah pada perbandingan 1:1,5 dan menurut Heath 1981, bahwa dalam
pemisahan menggunakan ekstraksi pelarut, volume pelarut yang digunakan tiga sampai empat kali volume minyak. Hasil pengamatan dapat dilihat dari
rendemen dan juga mutu minyak kemukus setelah pemisahan.
1. Rendemen
Salah satu parameter untuk mengukur apakah proses pemisahan efisien atau tidak adalah rendemen. Dalam penelitian ini
rendemen minyak kemukus setelah pemisahan dapat dilihat dari fraksi terpen-o dan fraksi terpennya. Nilai rendemen yang tinggi pada fraksi
kaya terpen-o belum tentu menunjukkan proses deterpenasi berhasil karena nilai rendemen pada fraksi kaya terpen-o yang terlalu tinggi
dapat menunjukkan masih adanya senyawa terpen dalam minyak hasil pemisahan. Begitu pula sebaliknya dengan nilai fraksi kaya terpen-o
yang rendah itu menunjukkan masih adanya fraksi kaya terpen-o yang belum terekstrak oleh pelarut. Karena berdasarkan referensi komponen
fraksi terpen-o dalam minyak kemukus berkisar 30-40 maka hasil yang terbaik yang memberikan nilai rendemen berkisar pada angka
tersebut. Hasil rendemen setelah pemisahan untuk pengamatan rasio minyak dan pelarut dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10. Grafik Hubungan Perbandingan Minyak dan Pelarut Dengan Rendemen Fraksi Kaya Terpen-O dan Terpen.
Hasil penelitian menunjukkan nilai rendemen fraksi kaya terpen-o tertinggi pada rasio 1:4 yaitu sebesar 38,13 dan nilai
rendemen terendah pada rasio 1:2 sebesar 19,50. Dari grafik dapat dilihat bahwa rendemen fraksi kaya terpen-o semakin besar dengan
semakin banyaknya jumlah pelarut dan sebaliknya rendemen fraksi kaya terpen semakin rendah dengan semakin banyaknya penambahan
pelarut. Hasil tersebut memperlihatkan adanya kecenderungan semakin tinggi rasio minyak dan pelarut maka rendemen fraksi kaya terpen-o
yang dihasilkan juga semakin tinggi. Pada deterpenasi minyak pala yang dilakukan oleh Armen 2001 juga menunjukkan hasil rendemen
fraksi terpen-o yang tinggi pada perbandingan minyak dan pelarut yang tinggi 1:4 dan hasil rendemen terpen-o yang rendah pada
perbandingan minyak dan pelarut yang rendah 1:1,5. Rasio minyak dan pelarut yang semakin tinggi berarti semakin
banyaknya jumlah pelarut pada proses ekstraksi. Pada proses pelarutan, tarikan antarpartikel komponen murni terpecah dan tergantikan dengan
tarikan antara pelarut dengan zat terlarut. Terutama jika pelarut dan zat terlarutnya sama-sama polar, akan terbentuk suatu sruktur zat pelarut
mengelilingi zat terlarut. Dengan semakin banyaknya pelarut etanol yang ditambahkan pada suatu bahan maka semakin banyak molekul
pelarut yang bertumbukan dengan molekul bahan sehingga semakin besar terjadinya tarikan antar pelarut dengan zat terlarut. Hal tersebut
menyebabkan semakin besar rendemen senyawa terpen-o yang terekstrak dari bahan.
Proses pemisahan menggunakan rasio 1:2 memberikan hasil rendemen fraksi kaya terpen-o terendah 19,50 dan rendemen fraksi
kaya terpennya tertinggi 71,25. Hal tersebut menunjukkan proses pemisahan menggunakan ratio 1:2 belum berjalan dengan baik dimana
masih adanya fraksi terpen-o yang belum terekstrak oleh etanol. Dari hasil rendemen ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan
rasio 1:4 memberikan hasil yang paling baik. Hasil rendemen rasio 1:4 menunjukkan proses pemisahan yang optimal dimana dihasilkan
rendemen fraksi kaya terpen-o minyak kemukus tertinggi 38,13 yang mana seperti telah disebutkan bahwa pemisahan fraksi terpen dan
terpen-o ini lebih menginginkan rendemen fraksi kaya terpen-o yang menjadi tinggi tetapi tetap masuk ke derajat kemurnian yang baik.
Selain itu dapat dilihat hasil GC-MS senyawa terpen-o dengan rasio 1:4 mengalami peningkatan persen areanya dibandingkan dengan senyawa
terpen-o pada rasio 1:3.
2. Analisa Mutu a. Berat Jenis