Penentuan Jenis dan Konsentrasi Pelarut

Bobot jenis minyak dipengaruhi oleh komposisi fraksi berat dan fraksi ringan di dalam minyak. Nilai bobot jenis minyak kemukus yang diperoleh sebesar 0,9124 masuk dalam rentang standar minyak kemukus SII-2048. Nilai putaran optik ditentukan oleh adanya atom karbon asimetris dalam senyawa komponen minyak. Nilai putaran optik yang diperoleh dari minyak kemukus yaitu sebesar – 53 o 40 tidak masuk dalam standar yang diperkenankan yaitu antara -12 o – -43 o 0. Hal ini dapat disebabkan oleh perbedaan komposisi senyawa penyusun antara minyak kemukus yang diperoleh dengan minyak kemukus yang digunakan sebagai standar. Hal tersebut juga dapat dilihat melalui hasil GC-MS dimana minyak kemukus yang digunakan cukup banyak mengandung senyawa kadinen -125 o sehingga nilai putaran optiknya lebih besar ke arah kiri. Masing-masing komponen minyak atsiri memiliki kerapatan tertentu sehingga cahaya yang melewati minyak atsiri akan dibiaskan dengan sudut tertentu. Indeks bias minyak kemukus yang diperoleh adalah sebesar 1,4928 dimana nilai tersebut masuk ke dalam standar minyak kemukus. Kelarutan minyak atsiri dalam alkohol sering digunakan untuk mengetahui adanya pemalsuan pada minyak atsiri. Nilai kelarutan minyak kemukus yang digunakan masuk ke dalam standar minyak kemukus yaitu larut dalam 1 ml alkohol 90.

B. Penentuan Jenis dan Konsentrasi Pelarut

Dua jenis pelarut yang digunakan untuk dibandingkan keefektifannya dalam melarutkan senyawa terpen-o minyak kemukus yaitu metanol dan etanol. Dalam penggunaannya, pelarut metanol dan etanol diencerkan sampai pada konsentrasi tertentu. Senyawa terpen-o termasuk golongan senyawa polar. Terdapat kecenderungan kuat bahwa senyawa polar akan larut dalam pelarut polar. Digunakannya kedua jenis pelarut tersebut dikarenakan keduanya bersifat polar dan memenuhi syarat sebagai pelarut yang sesuai untuk ekstraksi minyak atsiri yaitu mempunyai titik didih yang cukup rendah agar mudah diuapkan, bersifat inert, mudah didapat dan murah harganya. Selain itu dipilihnya pelarut metanol dan etanol untuk proses pemisahan ini juga dikarenakan keduanya termasuk kedalam golongan alkohol dimana sebagian besar dari senyawa terpen-o minyak kemukus termasuk ke dalam golongan alkohol. Percobaan proses pemisahan dengan metanol dan etanol menggunakan prinsip yang sama yaitu kesesuaian polaritas pelarut dengan penambahan air. Dengan diperolehnya kesesuaian polaritas dari pelarut diharapkan senyawa terpen-o di dalam minyak kemukus yang bersifat polar dapat terekstrak dengan baik. Pelarut metanol memiliki kepolaran yang lebih tinggi dari etanol dengan nilai konstanta dielektrik metanol sebesar 32,6 sedangkan etanol sebesar 24,3 sehingga pelarut metanol tidak perlu diencerkan dalam jumlah yang besar. Proses penentuan jenis dan konsentrasi pelarut pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pelarut metanol 90 dan 85 serta pelarut etanol 85 dan 80 dengan perbandingan bahan dan pelarut 1:3 dan lama pemisahan 24 jam. Pemilihan konsentrasi tersebut dilakukan melalui trial and errors. Penentuan pemilihan jenis dan konsentrasi pelarut yang akan digunakan berdasarkan nilai rendemen yang tinggi dan juga sesuai dengan referensi persentase komponen terpen-o dan terpen di dalam minyak kemukus. Pada proses pemisahan menggunakan pelarut tersebut akan terbentuk dua fasa yaitu lapisan atas yang merupakan fraksi terpen-o dengan pelarut dan lapisan bawah merupakan fraksi terpen yang disebabkan perbedaan bobot jenis dari kedua lapisan dimana bobot jenis fraksi kaya terpen lebih berat daripada fraksi pelarut dan kaya terpen-o. Hasil rendemen penggunaan pelarut dapat dilihat pada Gambar 8. Gambar 8. Grafik Rendemen Fraksi Kaya Terpen dan Terpen-O Pada Jenis dan Konsentrasi Pelarut Tertentu Dari Gambar 8 dapat dilihat bahwa pemisahan fraksi menggunakan pelarut metanol dengan konsentrasi 90 menghasilkan rata-rata rendemen kaya terpen-o sebesar 45,8 dan kaya terpen 42, metanol 85 menghasilkan rata-rata rendemen kaya terpen-o sebesar 20,5 dan kaya terpen 62,5, untuk pelarut etanol 85 menghasilkan rata-rata rendemen kaya terpen-o sebesar 50 dan kaya terpen 41, dan pelarut etanol 80 mengasilkan rata-rata rendemen kaya terpen-o sebesar 36,5 dan kaya terpen 58,50. Menurut Ketaren 1985, komponen terpen-o dari kemukus berkisar antara 30-40, menurut Shankaracharya et al. 1995, komponen terpen-o minyak kemukus sekitar 28 dan menurut Sumathykutty et al. 1999, komponen terpen-o dalam minyak kemukus sekitar 40. Oleh karena itu pada penelitian tahap ini yang terpilih sebagai pelarut untuk proses pemisahan fraksi terpen dan terpen-o minyak kemukus selanjutnya adalah pelarut etanol 80 dimana rendemen kaya terpen-o nya sebesar 36,5. Hal tersebut juga didukung dengan hasil analisa GC-MS minyak kemukus awal dimana dapat dilihat bahwa senyawa terpen dalam minyak kemukus lebih banyak daripada senyawa terpen-o. Selain itu, karena kegunaan utama dari minyak kemukus sebagai obat sehingga pemilihan etanol sebagai pelarut sangat sesuai karena pelarut etanol tidak berbahaya tidak beracun sedangkan pelarut metanol bersifat toksik. Jika dibandingkan dengan minyak kemukus sebelum pemisahan fraksi maka minyak kemukus setelah pemisahan fraksi mengalami peningkatan nilai berat jenis dan larut dalam konsentrasi etanol yang lebih rendah. Minyak kemukus setelah pemisahan larut dalam alkohol 80 dengan perbandingan 1:1. Dimana Guenther 1952 menyebutkan bahwa pemurnian minyak yang sempurna akan menaikkan nilai berat jenis minyak bebas terpen dan menurut Ketaren 1985 menyebutkan minyak tanpa terpen akan lebih mudah larut dalam alkohol. Data berat jenis setelah pemisahan fraksi dapat dilihat pada Gambar 9. Gambar 9. Grafik Berat Jenis Pada Jenis dan Konsentrasi Pelarut Tertentu Nilai berat jenis senyawa kaya terpen-o menggunakan metanol 90 sebesar 0,9292 dan menggunakan metanol 85 sebesar 0,9365. Sedangkan nilai berat jenis senyawa kaya terpen-o menggunakan etanol 85 sebesar 0,9242 dan menggunakan etanol 80 sebesar 0,9243. Dari grafik dapat dilihat kecenderungan peningkatan nilai berat jenis fraksi kaya terpen-o dengan menurunnya konsentrasi pada pelarut metanol. Pada pelarut etanol memberikan hasil nilai berat jenis yang sama peningkatan tidak signifikan pada fraksi kaya terpen-o. Peningkatan nilai berat jenis fraksi kaya terpen-o menunjukkan bahwa dengan menurunnya konsentrasi pelarut atau meningkatnya pengenceran pelarut maka proses pemisahan senyawa terpen-o dan senyawa terpen dalam minyak kemukus berlangsung lebih baik. Pada konsentrasi yang sama nilai berat jenis senyawa terpen-o menggunakan pelarut metanol memberikan hasil yang lebih besar daripada menggunakan pelarut etanol. Hal tersebut menunjukkan pelarut metanol melarutkan senyawa-senyawa yang memiliki bobot jenis tinggi lebih banyak dibandingkan pelarut etanol yang berarti pelarut methanol 85 memberikan hasil fraksi kaya terpen-o lebih murni. Walaupun nilai berat jenis senyawa terpen-o menggunakan pelarut metanol lebih besar daripada menggunakan pelarut etanol, namun untuk pemilihan jenis pelarut tetap dipilih pelarut etanol karena selain didukung dengan nilai rendemen yang sesuai juga karena pelarut etanol tidak berbahaya atau tidak beracun dibandingkan pelarut metanol. Selain itu pelarut etanol 80 memberikan hasil rendemen fraksi kaya terpen-o yang lebih tinggi dibandingkan pelarut metanol 85, dimana pada penelitian ini lebih diharapkan rendemen fraksi kaya terpen-o yang tinggi dengan mutu yang juga baik.

C. Pengamatan Rasio Minyak dan Pelarut