2.1.6 Contextual Teaching Learning CTL
2.1.6.1 Pengertian CTL Penelitian ini menggunakan pendekatan Contextual teaching and Learning
CTL atau pembelajaran kontekstual pada pembelajaran IPA. Menurut Johnson 2011: 25, sistem CTL merupakan suatu proses pendidikan bertujuan membantu
siswa melihat makna dalam bahan pelajaran yang dipelajari dihubungkan dengan konteks kehidupan sehari-hari melalui penerapan delapan komponen yaitu
melakukan hubungan bermakna, mengerjakan pekerjaan berarti, mengatur cara belajar sendiri, bekerja sama, berpikir kritis dan kreatif, memelihara pribadi siswa,
mencapai standar tinggi, dan menggunakan asesmen penilaian. Sementara Keneth dalam Rusman, 2010: 189 mendefinisikan CTL sebagai
pembelajaran yang memungkinkan terjadinya proses belajar di mana siswa menggunakan pemahaman, kemampuan akademiknya dari berbagai konteks, baik
di dalam atau di luar sekolah untuk memecahkan masalah baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama.
Sesuai pendapat Senduk dan Nurhadi 2003: 13, CTL adalah konsep belajar dimana guru memfasilitasi siswa berinteraksi dengan sumber belajar secara nyata,
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari untuk bekal memecahkan masalah
sebagai anggota masyarakat. Berdasar teori diatas dapat disimpulkan CTL adalah suatu konsep
pembelajaran membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan sesuai dunia nyata, dengan membuat hubungan bermakna yang diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh sedikit demi sedikit dari pengetahuan yang telah dimiliki.
Kemajuan belajar diukur dari proses, kinerja, produk, berbasis prinsip penilaian autentik
Ditjen Dikdasmen dalam Komalasari, 2011: 11-12 menyebutkan tujuh komponen utama pembelajaran kontekstual:
1 Konstruktivisme
Siswa perlu membiasakan membangun sendiri pengetahuannya melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran sehingga memberi makna melalui
pengalaman nyata. Menurut Trianto 2007: 108, siswa perlu memecahkan masalah untuk menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dengan
menemukan ide-ide. Guru tidak memberikan semua pengetahuan, tetapi siswa mengonstruksikan sendiri pengetahuannya.
2 Menemukan
Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa selama proses pembelajaran diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta
melainkan menemukan sendiri. Sebagaimana pendapat Kesuma, dkk 2010: 63-4 menemukan atau inkuiri adalah proses pembelajaran didasarkan pencapaian dan
penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. 3
Bertanya Bertanya merupakan bagian penting untuk melakukan inkuiri, yaitu
menggali informasi, menginformasikan apa yang sudah diketahui, mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahui. Menurut Trianto 2007: 110,
bertanya berguna
untuk menggali
informasi, mengecek
pemahaman, membangkitkan respon, mengetahui sejauh mana keingintahuan, mengetahui hal-
hal yang sudah diketahui siswa, memfokuskan perhatian siswa pada sesuatu yang dikehendaki guru, membangkitkan lebih banyak lagi pertanyaan dan menyegarkan
kembali pengetahuan siswa. 4
Masyarakat Belajar Konsep masyarakat belajar memberi kesempatan siswa memperoleh hasil
pembelajaran melalui kerjasama dengan teman lainnya. Dengan belajar kelompok siswa dapat mencari, memperoleh pengetahuan, saling bertukar pikiran yang
dimilikinya. Oleh karena itu, guru disarankan melaksanakan pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.
5 Pemodelan
Pembelajaran dengan memperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapat ditiru setiap siswa. Pemodelan dalam kegiatan pembelajaran bisa langsung dari
guru, misalnya memberi contoh cara mengerjakan sesuatu atau dengan melibatkan siswanya sebagai model pembelajaran.
6 Refleksi
Refleksi merupakan respon terhadap kejadian, aktivitas, atau pengetahuan baru yang diterima. Misalnya ketika pelajaran berakhir, siswa mengevaluasi dan
menginstropeksi diri apakah selama mengikuti proses pembelajaran tadi dapat memahami materi yang disampaikan, berpartisipasi aktif, termotivasi, dll.
7 Penilaian sebenarnya
Penilaian perkembangan belajar didasarkan pada proses dan hasil yang diperoleh selama kegiatan pembelajaran. Penilaian dilakukan dengan berbagai
cara meliputi penilaian tertulis, unjuk kerja, penugasan, produk, dan portofolio. Sesuai pendapat Kesuma, dkk 2010: 13, penilaian autentik memberikan
kesempatan siswa mendapatkan umpan balik yang realistik bagi perbaikan proses dan hasil belajar.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan CTL memiliki tujuh komponen meliputi konstruktivisme, menemukan, bertanya, masyarakat belajar,
pemodelan, refleksi,
dan penilaian
yang sebenarnya.
Dalam proses
pembelajarannya, ketujuh komponen ini saling terkait satu sama lain. Jadi, apabila salah satu komponen tidak dilaksanakan maka pembelajaran yang dilakukan
belum dikatakan sebagai CTL. 2.1.6.2 Karakterisitik CTL
Pembelajaran kontekstual memiliki beberapa karakteristik khusus yang membedakannya dengan pendekatan pembelajaran lain.
Johnson 2011:93-95 mengidentifikasi delapan karakteristik pendekatan CTL, yaitu:
1 Membuat keterkaitan bermakna
Siswa dapat mengatur diri sendiri sebagai orang yang belajar aktif untuk mengembangkan minat secara individual, dapat bekerja sendiri atau berkelompok,
membangun keterkaitan antara sekolah dan konteks kehidupan nyata sebagai anggota masyarakat.
2 Melakukan pekerjaan berarti
Siswa melakukan pekerjaan yang memiliki tujuan, berguna untuk orang lain, melibatkan proses menentukan pilihan, dan menghasilkan produk nyata atau
tidak nyata. 3
Mengatur cara belajar sendiri Siswa secara mandiri mengatur diri sendiri, aktif dalam mengembangkan
minat siswa, mampu bekerja sendiri atau dalam kelompok. Proses belajar yang demikian memberikan siswa kesempatan untuk mempertajam kesadaran terhadap
lingkungan sehingga dapat membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
4 Bekerja sama
Pembelajaran CTL menuntut siswa bekerja secara kelompok dalam melaksanakan pekerjaan atau tugas yang diberikan sehingga siswa dapat
menemukan persoalan, merancang rencana, mencari pemecahan masalah agar mencapai hasil optimal.
5 Berpikir kritis dan kreatif
Berpikir kritis adalah kemampuan berpandapat dengan cara terorganisasi, dapat menilai pendapat pribadi dan orang lain. Sedangkan berpikir kreatif adalah
memupuk ide dengan pemahaman baru. Berpikir kritis dan kreatif dapat membantu siswa mempelajari dan menghadapi masalah secara sistematis,
merumuskan pertanyaan inovatif, dan merancang solusi permasalahan.
6 Membantu siswa tumbuh dan berkembang
Mengembangkan sikap ingin tahu, memberi perhatian, memotivasi dan mendorong setiap siswa agar dapat mencapai hasil belajar optimal.
7 Mencapai standar tinggi
CTL memberikan kesempatan siswa bekerja, memotivasi diri sendiri untuk mencapai hasil belajar optimal.
8 Menggunakan penilaian autentik
Penggunaan berbagai strategi penilaian misalnya: penilaian proyek, portofolio, daftar cek, pedoman observasi akan merefleksikan hasil belajar
sesungguhnya. CTL memiliki karakteristik khas dalam pembelajaran meliputi membuat
keterkaitan-keterkaitan bermakna, melakukan pekerjaan berarti, melaksanakan pembelajaran diatur sendiri, bekerjasama, berpikir kritis dan kreatif, membantu
individu tumbuh dan berkembang, mencapai standar tinggi, dan menggunakan penilaian autentik. Penerapan kedelapan karakteristik tersebut akan membantu
siswa memperoleh hasil belajar optimal melalui keterkaitan materi pelajaran dengan situasi nyata di lingkungan sekitar siswa
2.1.6.3 Kelebihan pembelajaran CTL Penerapan pendekatan CTL dalam pembelajaran mempunyai beberapa
kelebihan, menurut Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia 2012 yaitu: 1 mengutamakan pengalaman nyata; 2 berpikir tingkat tinggi; 3 berpusat
pada siswa; 4 siswa aktif, kritis, dan kreatif; 5 pengetahuan bermakna dalam kehidupan; 6 dekat dengan kehidupan nyata; 7 adanya perubahan perilaku; 8
pengetahuan diberi makna; 9 kegiatannya bukan mengajar tetapi belajar. Sesuai pendapat Rusman 2010: 189, CTL dapat memfasilitasi siswa memperoleh
kecakapan, keterampilan dalam hidup dari apa yang dipelajarinya. Sedangkan menurut Senduk dan Nurhadi 2003:26-28, pembelajaran
kontekstual memiliki beberapa kelebihan yaitu terjadinya peningkatan pada beberapa aspek: 1 motivasi siswa melalui konteks kehidupan nyata yang
menarik; 2 pemahaman konsep melalui keterkaitan pengetahuan lama dengan yang baru; 3 keterampilan komunikasi; 4 penguasaan materi; 5 kontribusi
pribadi dan sosial meliputi perkembangan dalam masyarakat, pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai.
Kelebihan pendekatan CTL dapat menumbuhkan, membekali kecakapan hidup pada diri siswa melalui pengalaman nyata yang dialami sehingga nantinya
dapat bermanfaat di masyarakat. Oleh karena itu, dengan kelebihannya diharapkan ketika diterapkan dalam pembelajaran dapat meningkatkan kualitas pembelajaran
IPA.
2.1.7 Teori yang Mendasari CTL