Tekanan pada Zat Padat Tekanan pada Zat Cair

Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku yang diperoleh setelah mengalami aktivitas belajar. Benyamin S. Bloom Rifa‟i Anni, 2009: 85 mengklasifikasikan hasil belajar dalam tiga taksonomi sebagai berikut: 1 ranah kognitif berkaitan dengan hasil berupa pengetahuan, kemampuan dan kemahiran intelektual. Ranah kognitif mencakup kategori pengetahuan knowledge, pemahaman comprehension, penerapan application, analisis analysis, sintesis synthesis, dan penilaian evaluation; 2 ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat dan nilai; 3 ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan motorik dan syaraf, manipulasi objek dan koordinasi syaraf.

2.5 Tinjauan Materi

2.5.1 Tekanan pada Zat Padat

Besar tekanan yang bekerja pada sebuah benda dipengaruhi oleh gaya dan luas bidang tekan. Tekanan didefinisikan sebagai gaya yang bekerja tiap satuan luas. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut: � = � dengan P = tekanan Nm 2 F = gaya tekan N A = luas bidang m 2 Satuan tekanan dalam Sistem Internasional SI adalah newton per meter persegi Nm 2 , yang dinamakan pascal Pa.

2.5.2 Tekanan pada Zat Cair

Tekanan hidrostatik Pada Gambar 2.2, sebuah tabung berisi zat cair setinggi h yang massa jenisnya ρ dan luas penampang tabung A maka seluruh zat cair tersebut akan menekan bidang alas tabung. Dasar tabung mendapat gaya yang besarnya sama dengan berat zat cair di atas dasar tabung. w = mg = ρVg = ρgAh = F dengan: m = ρV dan V = Ah Tekanan oleh zat cair disebut tekanan hidrostatis P h � = � = = dengan: P h = tekanan hidrostatis Nm 2 ρ = massa jenis zat cair kgm 3 P Gambar 2.2 Tekanan Hidrostatis Pada Kedalaman h. h P o w A g = percepatan gravitasi ms 2 h = kedalaman zat cair pada titik pengamatan dari permukaan m Tekanan hidrostatis pada suatu titik di dalam zat cair ditentukan oleh kedalaman zat cair yang diukur dari permukaan dan tidak bergantung pada luas serta bentuk penampang. Jika P o adalah tekanan dibagian atas dan P adalah tekanan di dasar, maka selisih gaya ke atas yang disebabkan oleh perbedaan tekanan ini adalah PA - P o A. Dengan membuat selisih gaya ke atas ini sama dengan berat zat cair, maka diperoleh tekanan mutlak pada kedalaman h yaitu PA - P o A = ρgAh P = P o + ρgh dengan: P = tekanan mutlak Nm 2 P o = tekanan udara luar Nm 2 Bejana berhubungan Bejana berhubungan adalah dua bejana atau lebih yang bagian atasnya terbuka dan bagian bawahnya saling berhubungan. Pada Gambar 2.3, jika ke dalam bejana berhubungan dimasukkan zat cair sejenis maka dalam keadaan setimbang tinggi permukaan zat cair terletak pada satu bidang datar. Gambar 2.3 Permukaan Zat Cair dalam Bejana Berhubungan Jika dalam bejana berhubungan terdapat dua cairan yang berbeda maka dalam keadaan setimbang tinggi permukaan kedua cairan menjadi tidak sama Gambar 2.4. Gambar 2.4 Pipa U yang Diisi dengan Dua Cairan yang Berbeda Pada Gambar 2.4 terlihat bahwa tinggi permukaan cairan 1 dan 2 tidak sama. Titik P adalah titik khayal yang terletak pada perbatasan cairan 1 dan 2 sedangkan titik Q adalah titik khayal pada cairan 2 di ujung bejana yang lain. Tekanan di titik P dan Q adalah sama. Dengan demikian, dapat dituliskan sebagai berikut: P P = P Q ρ 1 x g x h 1 = ρ 2 x g x h 2 ρ 1 x h 1 = ρ 2 x h 2 dengan: ρ 1 = massa jenis cairan 1 kgm 3 h 1 = ketinggian permukaan cairan 1 m ρ 2 = massa jenis cairan 2 kgm 3 h 2 = ketinggian permukaan cairan 2 m P Q h 1 h 2 Hukum Pascal Hukum Pascal menyatakan bahwa jika permukaan zat cair yang berada dalam ruang tertutup diberikan tekanan maka tekanan itu akan diteruskan ke segala arah dengan besar yang sama. Banyak peralatan yang dibuat berdasarkan hukum Pascal, salah satu diantaranya yaitu pengangkat hidrolik. Secara skematik, pengangkat hidrolik ditunjukkan pada Gambar 2.5. Gambar 2.5 Skema Alat Berdasarkan Prinsip Hukum Pascal Pada Gambar 2.5, karena kedua piston berada pada ketinggian yang sama maka keduanya memiliki tekanan yang sama. Jika tekanan diberikan pada penampang A 1 , maka tekanan pada A 2 juga mengalami perubahan yang besarnya sama. Secara matematis, dapat dituliskan sebagai berikut: � 1 1 = � 2 2 dengan: F 1 = gaya pada piston 1 N A 1 = luas penampang pada piston 1 m 2 F 2 = gaya pada piston 2 N A 2 = luas penampang pada piston 2 m 2 F 1 F 2 A 1 A 2 Hukum Archimedes Jika sebuah benda dicelupkan ke dalam zat cair sebagian atau seluruhnya, maka benda akan mendapat gaya ke atas sebesar berat zat cair yang dipindahkan oleh benda tersebut Gambar 2.6. Hal ini merupakan bunyi hukum Archimedes. Karim et al., 2008: 228 Gambar 2.6 Percobaan Hukum Archimedes Secara matematis hukum Archimedes dapat dituliskan F A = m c g dengan m c = ρ c V c F A = ρ c gV c dengan: F A = gaya Archimedesgaya apung N ρ c = massa jenis zat cair kgm 3 g = percepatan gravitasi ms 2 V c = volume benda yang tercelup m 3 Adanya gaya Archimedes menyebabkan berat benda dalam zat cair akan berkurang. Sebuah benda ketika ditimbang di udara beratnya w u tetapi ketika ditimbang di dalam zat cair beratnya berkurang menjadi w c , berkurangnya berat benda karena adanya gaya Archimedes F A . Secara matematis besar gaya Archimedes yang dialami benda dapat dituliskan: F A = w u – w c Apabila suatu benda dimasukkan ke dalam zat cair maka ada tiga kemungkinan keadaan yaitu mengapung, melayang dan tenggelam. Mengapung Sebuah benda dikatakan mengapung di dalam zat cair, apabila ada bagian benda yang muncul di atas permukaan zat cair Gambar 2.7. Benda akan mengapung di dalam zat cair apabila massa jenis benda lebih kecil daripada massa jenis zat cair ρ b ρ a . dengan: ρ a = massa jenis zat cair ρ b = massa jenis benda Melayang Sebuah benda dikatakan melayang di dalam zat cair apabila tidak ada bagian benda yang muncul di atas permukaan zat cair dan tidak menempel di Gambar 2.7 Benda Mengapung di dalam Zat Cair dasar zat cair Gambar 2.8. Benda akan melayang di dalam zat cair apabila massa jenis benda sama besar dengan massa jenis zat cair ρ b = ρ a . Tenggelam Sebuah benda dikatakan tenggelam di dalam zat cair, apabila benda tersebut berada pada dasar zat cair Gambar 2.9. Benda akan tenggelam di dalam zat cair apabila massa jenis benda lebih besar daripada massa jenis zat cair ρ b ρ a .

2.6 Kerangka Berpikir

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (Direct Instructional) DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (Contextual Teaching and Learning) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMP NEGERI I PACET

0 18 1

PENERAPAN BETTER TEACHING AND LEARNING (BTL) PADA MATA KULIAH EKSPERIMEN FISIKA UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER MAHASISWA JURUSAN FISIKA SEMESTER V UNNES

0 7 176

PENGEMBANGAN MODEL BTL (BETTER TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KARAKTER SISWA SMP

0 10 183

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMP.

1 6 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 060885 MEDAN.

0 0 35

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI PROSES PEMBENTUKAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 2 33

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP.

0 4 53

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BILANGAN PECAHAN.

0 1 62

View of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS III SD

0 0 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SDI OLAEWA KECAMATAN BOAWAE KABUPATEN NAGEKEO

0 0 11