Hasil Belajar Psikomotorik Hasil Belajar

pembelajaran sains dengan pendekatan keterampilan proses dapat meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa.

4.2.2.1 Hasil Belajar Psikomotorik

Aspek hasil belajar psikomotorik yang diamati pada penelitian ini yaitu menyiapkan alat percobaan, melakukan percobaan dan mengacungkan tangan. Secara umum, rata-rata hasil belajar psikomotorik siswa mengalami peningkatan pada setiap pertemuan setelah diterapkan model BTL berketerampilan proses. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata aspek psikomotorik siswa pada pertemuan pertama yaitu 64, ketuntasan klasikal sebesar 41. Hasil ini menunjukkan bahwa hasil belajar psikomotorik siswa pada pertemuan pertama masih rendah terutama aspek mengacungkan tangan. Hal ini dikarenakan siswa masih terlihat malu dan kurang berani untuk mengemukakan pendapat atau menjawab pertanyaan dari guru. Selain itu, permasalahan yang dihadapi pada pertemuan pertama yaitu siswa masih belum cekatan dalam melakukan pengamatan dan pengumpulan data ketika percobaan berlangsung. Siswa masih kesulitan mengerjakan LKS karena belum memahami apa yang harus mereka lakukan. Percobaan yang dilakukan dalam model BTL menggunakan bahan- bahan yang sederhana dan terjangkau. Guru memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar bagi siswa. Menurut Rusmiyati Yulianto 2009, melalui percobaan dapat memberikan pemahaman yang lebih jelas dan tepat. Penerapan model BTL berketerampilan proses pada pertemuan kedua, telah sesuai rencana karena guru telah melakukan refleksi dari pertemuan sebelumnya. Guru lebih mengarahkan dan membimbing siswa dalam mengerjakan LKS. Meskipun pada pertemuan kedua, materi yang diajarkan berbeda yaitu Tekanan pada Zat Cair, namun siswa sudah mulai terbiasa dengan model pembelajaran yang diterapkan. Kekompakan kelompok sudah lebih terjalin dan hasil kerja pun juga lebih bagus, baik dari segi isi maupun kreativitas. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran menyebabkan rata-rata aspek psikomotorik siswa meningkat sebesar 0,44 dari pertemuan sebelumnya. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata aspek psikomotorik naik menjadi 80, ketuntasan klasikal sebesar 88. Menurut Dahniar 2006, pembelajaran yang melibatkan siswa berpengaruh pada pertumbuhan psikomotoriknya. Pada pertemuan kedua, siswa terlihat antusias dan senang ketika dilakukan percobaan di luar kelas. Siswa merasa bosan ketika pembelajaran dilakukan di dalam kelas secara terus menerus tanpa adanya interaksi antarsiswa dan lingkungan. Salah satu pola pembelajaran yang terdapat dalam penelitian ini yaitu kontekstual. Pembelajaran kontekstual yaitu pembelajaran yang menekankan pada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka Sanjaya, 2006: 109. Kelemahan yang terjadi pada pertemuan kedua adalah jumlah percobaan yang dilakukan lebih banyak sedangkan kerjasama siswa masih belum optimal, sehingga menyebabkan tidak terselesaikan tepat waktu. Pada pertemuan ketiga, siswa lebih aktif dalam melakukan percobaan walaupun masih dengan bimbingan guru. Guru lebih mengintensifkan proses pembimbingan ketika siswa melakukan percobaan agar dapat berjalan lebih lancar. Percobaan yang dilakukan pada pertemuan ketiga yaitu menyelidiki keadaan terapung, melayang dan tenggelam pada benda menggunakan bahan telur. Siswa tidak mengalami kesulitan karena mereka sudah pernah melakukan sehingga percobaan dapat berjalan lancar. Berdasarkan Tabel 4.2, rata-rata aspek psikomotorik siswa pada pertemuan ketiga sebesar 93, ketuntasan klasikal mencapai 100. Peningkatan ini disebabkan karena siswa terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Siswa sudah terlihat aktif dan antusias ketika melakukan percobaan maupun membuat hasil kerja. Siswa sudah mulai terbiasa melakukan percobaan dan berani untuk mengajukan pertanyaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rusmiyati Yulianto 2009 yang menyatakan bahwa pembelajaran yang memberikan kesempatan siswa untuk terlibat secara langsung dalam proses pembelajaran akan memberikan hasil yang lebih baik.

4.2.2.2 Hasil Belajar Afektif

Dokumen yang terkait

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG (Direct Instructional) DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (Contextual Teaching and Learning) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMP NEGERI I PACET

0 18 1

PENERAPAN BETTER TEACHING AND LEARNING (BTL) PADA MATA KULIAH EKSPERIMEN FISIKA UNTUK MENGEMBANGKAN KARAKTER MAHASISWA JURUSAN FISIKA SEMESTER V UNNES

0 7 176

PENGEMBANGAN MODEL BTL (BETTER TEACHING AND LEARNING) UNTUK MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF DAN KARAKTER SISWA SMP

0 10 183

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA SMP.

1 6 15

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS SISWA KELAS V SD NEGERI 060885 MEDAN.

0 0 35

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING DALAM PEMBELAJARAN IPA MATERI PROSES PEMBENTUKAN TANAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

0 2 33

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN KETERAMPILAN BERFIKIR KREATIF SISWA SMP.

0 4 53

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI BILANGAN PECAHAN.

0 1 62

View of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS III SD

0 0 12

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS IV SDI OLAEWA KECAMATAN BOAWAE KABUPATEN NAGEKEO

0 0 11